tentang dia yang ingin mengubah hidupnya menjadi lebih baik. kehidupan pertamanya yang di perlakukan buruk hingga mati tragis dalam penyiksaan, membuat dia bertekad untuk memperbaiki hidupnya dengan mengambil keputusan yang berbeda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon vami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DUA PULUH TIGA
Gladis menjatuhkan tubuhnya di atas kasur, pikirannya melayang jauh, memikirkan pembicaraan nya dengan papi di ruang kerja tadi. Jika di pikir, alasan apa yang membuat seseorang membawanya pergi?
Gladis menghela napas berat, kenapa semuanya terasa membingungkan? semua akan jelas jika dia bisa bertemu dengan perempuan itu, masalah nya perempuan itu sudah meninggal, jadi mayat bisa memberi penjelasan apa?
Di drama yang dia lihat atau novel yang dia baca, seseorang yang kembali ke masa lalu, dia bisa mengingat semua nya tanpa kurang memori sedikit pun. Tapi kenapa dia tidak? Tidak semua kejadian di masa lalu dia ingat sepenuhnya, sangat payah, rutuk Gladis. Walau terkadang dia ingat tapi itu di waktu yang sangat mepet, seharusnya bersyukur bukan?
Ddrrttt.. ddrrtttt...
Gladis meraba ponselnya, tertera 'pacar imut' di sana, entah kenapa dia malah menamai Alex dengan sebutan itu, mungkin baginya Alex benar-benar imut?
"Hallo kak".
"kamu belum tidur? " terdengar suara Alex di seberang sana.
"Belum, ini lagi siap-siap mau tidur"jawab Gladis sambil membenarkan posisi berbaringnya. " Kakak lagi apa? " tanya nya, karna dia mendengar grasak grusuk di seberang.
"Siapin keperluan buat pergi besok" jawab Alex. sesaat kemudian kedua nya terdiam karna sibuk dengan kegiatan masing-masing, Alex dengan kegiatannya dan Gladis dengan pemikirannya.
"Aku gak bisa tidur karna terus kepikiran, apa aku tanya pendapat kak Al aja? " batin Gladis.
"kak".
"Hm".
" Aku mau nanya sama kakak".
"Hm".
Gladis melihat ponsel nya lalu mencebik kesal, "hm mulu, gak ada kosa kata lain apa?"batin Gladis kesal sendiri, dia menghela napas pasrah. Entah sudah berapa kali dia hela napas malam ini.
"Mau nanya apa hm? " tanya Alex karena tidak mendengar suara pacarnya lagi. Gladis bangun dari baring nya dan beralih duduk sambil menyandar di head board .
"Kak, kalau kakak di posisi orang jahat, kejam dan licik. Trus kakak punya musuh, kakak ingin membunuhnya, lalu apa yang akan kakak lakukan pada istri dan anak nya yang masih umur hampir dua tahun? " tanya Gladis serius. Dia rasa bisa menanyai pendapat Alex dari sudut pandang jika Alex orang jahat, apa yang akan Alex lakukan pada musuhnya. Dia memposisikan orang tuanya dan dirinya sebagai musuh Alex.
"Jika aku orang jahat ya? " Alex terdiam sebentar.
"Hm. Apa yang akan kak Al lakukan pada istri dan anak musuh kak Al".
"Bunuh juga".
"Ikut bunuh anak dan istrinya? kenapa? " tanya Gladis penasaran.
"Bukan nya kamu ingin dari sudut aku jahat? Alasan aku bunuh istrinya, karena seorang istri yang sangat mencintai suami nya, jika terjadi sesuatu dia pasti akan balas dendam dan orang jahat tidak akan mengambil resiko itu" jelas Alex. Gladis mengangguk mengerti, memang benar pasti itu yang akan terjadi.
"Tapi bagaimana kalau istrinya itu wanita yang lemah? ".
"Orang yang lemah bukan berarti tidak bisa menunjukkan taring nya jika ada yang mengusik kan? ".
Gladis diam, benar juga. Mama nya memang lemah dan penurut menurut cerita papi tapi dia berani berontak ketika orang tua mama sudah keterlaluan dalam mengusiknya.
"Lalu kenapa anak kecil juga di bunuh? " tanya Gladis lagi, karena nyatanya dia masih selamat malah dia di bawa pergi jauh.
"Orang jahat akan ikut membunuhnya untuk menghindari resiko balas dendam ketika anak itu dewasa" jawab Alex.
"Tapi anak itu masih kecil" protes Gladis tak setuju dengan pemikiran orang jahat yang di main kan oleh Alex. terdengar tawa kecil Alex di seberang sana.
"Menurut mu , anak kecil ketika dia besar nanti gak akan mencari tau kebenaran tentang orang tuanya, baby?" tanya Alex, dia ingin Gladis berpikir tentang ucapannya.
Gladis sendiri kembali terdiam mencerna ucapan Alex, bukan kah itu seperti dirinya? Dia ingin mencari tau tentang kebenaran orang tuanya ketika mendengar bahwa mereka kecelakaan. wajah Gladis memerah ketika menyadari panggilan Alex di ujung ucapannya.
"Tapi tidak semua orang jahat begitu" ucap Alex lagi ketika dia tidak mendengar suara Gladis lagi. "Terkadang mereka berpikir, jika anak kecil yang tidak tau apa-apa mereka akan membiarkannya hidup tapi mungkin di telantar kan atau di bawa pergi jauh untuk meminimalisir balas dendam kedepannya" ucap nya lagi.
Apa kemungkinan yang ini? dia di bawa pergi jauh untuk menghindari balas dendam tentang orang tua nya? karena berpikir dia masih kecil jadi tidak ada resiko yang membahayakan. kepala Gladis pusing jadinya memikirkan ini, tapi kata-kata Alex memang seperti membantunya memecahkan misteri yang belum terungkap.
"Orang jahat yang begini cukup punya hati nurani" komentar Gladis.
"Kamu salah sayang, bayi yang di pisah kan dari orang tua nya cukup membuatnya tersiksa dan menderita. Dia masih bayi dan membutuhkan orang tuanya. Belum tentu tempat dia di telantarkan akan bersikap baik dan peduli padanya kan? " ujar Alex. Syukur ada yang berbuat baik bagaimana jika tidak? Gladis kembali ingat kehidupan nya di panti dan kehidupan pertama nya yang jauh dari baik-baik saja. Benar kata Alex.
"Kenapa tiba-tiba nanya soal ini hm?" tanya Alex.
"Ha.. ha.. " Gladis tertawa canggung, "hanya terbawa suasana drama aja kok kak" katanya.
"Ingat ini, apapun masalah mu, kamu bisa berbagi dengan ku. Aku tidak akan memaksa mu untuk bercerita. Apapun yang kamu ingin lakukan, lakukan saja karna ada aku yang melindungi mu dari belakang"
Gladis diam, apa Alex tau dia bohong soal drama? apa yang harus dia lakukan?
"Kak aku... "
"Aku tau kamu pasti punya masalah sendiri. kalau cuma terbawa suasana drama, kamu tidak perlu repot-repot memikirkan tentang pembunuhan karna pasti akhir dari drama akan ada penyelesaian nya" potong Alex.
"Benar-benar gak bisa di kelabui" batin Gladis, dia kagum dengan kejelian dan ketelitian Alex.
"Aku yakin kamu bisa menyelesaikan masalah mu sendiri makanya aku tak akan ikut campur, tapi kalau kamu ingin aku membantumu, aku dengan senang hati akan ikut campur" ucap Alex lagi.
"Apa aku jahat kalau aku ingin balas dendam? " tanya Gladis lirih.
" semua keputusan ada di tangan mu sayang, apapun pilihan mu aku akan tetap berada di pihak mu, kita manusia biasa dan hati, kita yang mengendalikan nya. kita tidak akan mengusik jika tidak di usik".
*******