SCRIPT SWEET

Arimbi dan Sabda pamit, hanya sebentar saja mengunjungi si sulung dengan membawa paket makanan dan beberapa box kue dari toko Arimbi. Mereka semua antusias dengan orang tua Aluna. Sang papa yang terlihat menyeramkan ternyata asyik juga saat mengobrol, kalau mama Aluna jangan ditanya, definisi emak-emak rempong melekat sekali dalam diri beliau. Bagaimana tidak, dapur cling di tangan beliau. Sampah yang belum sempat dibuang, dibersihkan mama Aluna tanpa tersisa sedikit pun. Peralatan masak yang masih berantakan langsung dicuci Arimbi dan Aluna, mereka mau membantu tapi kayaknya angkat tangan dengan cekatan kedua perempuan itu.

"Pantas saja Aluna cekatan, emaknya super!" ucap Eriska sembari menggigit sendok. Bayangan dia yang super pemalas, mungkin tak bisa hidup dengan mama Aluna barang sehari, bisa-bisa ia berontak. Sang mama menyuruhnya membalik gorengan saja menggerutu apalagi mama Aluna yang tak bisa melihat perkakas dapur berantakan. Bisa dibayangkan rumah Aluna pasti kinclong.

Bahkan Arimbi kerja sama celometan, sumpah pengeng telinga yang mendengar. "Maaf ya, kalau mama Aluna terlalu cerewet," ujar sang papa saat mendengar suara sang istri menyuruh Aluna bersih-bersih seperti di rumah. Sedang Aluna sih bilang kalau ada jadwal piket di basecamp.

"Gak pa-pa, Om. Memang mereka saja yang malas," Gopi cari gara-gara menunjuk Eriska cs yang tak segera membersihkan area dapur. Sebagai anak yang biasa ada ART tentu sering menundanya kan, apalagi kalau perkakasa dapur masih ada, nanti dulu deh buat cuci piring.

Kedua orang tua Aluna kemudian pamit menjelang ashar. Mereka semua menatap kedekatan Aluna dengan kedua orang tuanya, sang mama kasih uang saku lalu cipika-cipiki kepada Aluna. Sedangkan dengan papa, Aluna diusap kepalanya, kemudian dipeluk. Benar-benar keluarga cemara.

Mereka kemudian salim dan mengucapkan terima kasih banyak, "Kapan-kapan kita main ke rumah Aluna ya Tante," ucap Eriska dengan riang.

"Boleh, nginap juga boleh. Tapi Tante gelarin terop depan rumah ya," canda beliau membuat mereka tertawa. Sungguh asyik punya orang tua seperti orang tua Aluna, terkesan tegas pada anak tapi sangat dekat.

"Jaga kesehatan ya, Mbak. Da da," ucap mama sembari menurunkan kaca mobil. Aluna hanya mengacungkan jempolnya saja.

"Papa hati-hati nyetirnya," ucap Aluna sembari melambaikan tangan. Sabda hanya tersenyum dan mengacungkan jempol saja.

"Gue pengen banget jadi salah satu keluarga lo, tapi kalau disuruh bersih-bersih gitu, angkat tangan!" ucap Eriska melas. Aluna tertawa ngakak.

"Ya gimana, emak gue bentukannya begitu. Anaknya lelet bakal jadi ayam geprek," sahut Aluna yang sudah terbiasa kerja bareng sang mama.

"Papa lo asyik juga, Lun!" puji Afkar yang memang paling bersemangat ngobrol dengan papa Aluna tadi, apalagi background kuliah yang sama di bidang IT. Sangat nyambung, ditambah apa yang dilakukan Afkar sama dengan Sabda dulu, mencari cuan dengan memanfaatkan skill IT nya. Tapi percayalah, kemiripan Afkar dengan sang papa, tak membuat Aluna klik dengan ketua KKN itu. Justru dia langsung nyeletuk seperti papa pada Keenan.

Eh kenapa jadi kepikiran Keenan? Gak mungkin Aluna luluh setelah diberi pisang 2 sisir kan ya. Kalau sampai luluh dengan pemberian itu, harga diri Aluna nyungsep, sok-sok an marah dianggap pacar eh luluh hanya dikasih pisang. Malu atuh Lun!

Kegiatan IT kembali berjalan setelah ashar. Video yang ibu-ibu rekam tadi kemudian diajari editing yang sangat sederhana, hanya diberikan efek zoom in zoom out dan sentuhan lain. Mereka diajari langkah-langkahnya dengan sistematis dan pelan-pelan. Stok sabar Afkar sangat banyak saat melayani pertanyaan para warga. Tapi percayalah, saat pelatihan kemudian pesertanya antusias sangatlah menyenangkan, artinya mereka menghargai effort yang telah dirancang. Bahkan ada bapak-bapak yang lumayan punya, mengajak Afkar ke kota untuk beli ponsel baru dengan kapasitas RAM yang tinggi, dan memori internal yang besar juga, plus tripod. Beliau sangat ingin, kedua putranya yang menjadi TKI pulang, beliau sudah tua, ingin ditemani kedua anaknya semasa tua. Itulah harapan indah sebagai orang tua.

Pelatihan berlanjut setelah maghrib, para bapak-bapak yang antusias malah, beliau serasa punya teman baru bernama capcut. Anggota KKN lain pun antusias juga. Membiarkan beliau untuk tetap di basecamp, alhasil evaluasi hari ini diundur besok saja.

Mbak Kamila pulang, naik motor membawa si kecil. Beberapa anak KKN lain menawari untuk diantar mereka, tentu tak tega juga melihatnya. Pulang sendiri, malam, bawa bayi lagi. Bahkan Aluna dan Eriska sudah mewek. Tak tega betapa besar perjuangan Mbak Kamila, sungguh Aluna tak sanggup bila berada di posisi Mbak Kamila begini.

"Setiap ibu strong buat anaknya. Dah saya balik ya, Assalamualaikum," pamit Mbak Kamila, kemudian melajukan motor membelah malam bersama si dedek. Mbak Kamila ngotot pulang karena ia tak mau merepotkan anggota KKN lain dengan kerepotannya, toh sang ibu sudah selesai dengan urusan, jadi Mbak Kamila besok sudah bisa menitipkan si dedek.

"Gue harus kerja. Gue gak mau ngandelin harta orang tua dan suami," ujar Eriska masih sesenggukan memikirkan Mbak Kamila saat di jalan. "Coba kalau Mbak Kamila punya uang melimpah, tenti bisa beli mobil sehingga bisa nyaman kalau bawa si kecil, atau sewa baby sitter juga."

"Gak semudah itu, Er, sewa baby sitter di zaman sekarang. Apalagi Mbak Kamila jauh di sini, pasti gak nyaman kalau meninggalkan si bayi dengan baby sitter sendiri," sahut Jihan.

"Terus bagaimana dong?"

"Dijalani tanpa mengeluh, sudah itu solusi terbaik," ujar Gopi. "Apa yang dilakukan Mbak Kamila hanya dia yang tahu seberapa kuatnya dia berjuang dalam rumah tangganya, meski kita merasa kasihan. Seseorang yang berhadapan dengan masalah tentu punya daya juang masing-masing, termasuk kita. Sekarang saja kita ogah susah, tapi saat lulus tak segera punya kerja, auto stress juga lah. Makanya mumpung bertemu teman hebat kita belajar," mereka saling pandang, kemudian tertawa ngakak. Seorang Gopi ternyata bisa bijak juga.

"Tumben waras," ledek Eriska yang beberapa kali berseteru dengan Gopi. Pemuda itu membusungkan dada, seolah dirinya pemuda hebat.

"Heleh, waras karena habis dimarahin pacarnya, keluar di dalam," ujar Rohman yang langsung dibungkam mulutnya oleh Gopi. Sedangkan para cewek melongo.

"Gop?"

"Heleh, emang kalian gak main sama pacar?" Gopi tak terima lah dianggap brengsek seorang diri.

"Gue jomblo!" ujar Aluna santai.

"Gue cuma ciuman," jawab Rohman jujur.

"Kalau kalian?" tanya Gopi menunjuk pada Jihan, Ulin, Eriska dan Citra, dengan tatapan menyelidik.

"Harus ya gue jawab, privasi lah!" sahut Jihan.

"Heleh, kamu bilang childfree aslinya sudah dipakai pacar kamu kan, tapi pintar jaga aja biar gak kebobolan," tebak Gopi. Ekspresi Jihan langsung kikuk, serasa tebakan Gopi benar.

"Emang kalian gak takut dosa ya?" beberapa anak langsung tertawa saat Aluna bertanya begitu.

"Nikmat, Lun. Gimana coba," ujar Eriska secara tidak langsung menunjukkan kalau dirinya sudah berbuat dengan pacar.