NovelToon NovelToon
Pembalasan Rania

Pembalasan Rania

Status: sedang berlangsung
Genre:Angst / Pelakor / Keluarga / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / Selingkuh
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: sweetiemiliky

Calon suami Rania direbut oleh adik kandungnya sendiri. Apa Rania akan diam saja dan merelakan calon suaminya? Tentu saja tidak! Rania membalaskan dendamnya dengan cara yang lebih sakit, meski harus merelakan dirinya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sweetiemiliky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6 : Siapa Ryan?

Awalnya Rania pikir jika ia menggertak Bumi seperti tiga hari yang lalu, Bumi akan berbalik memilihnya dan memilih melanjutkan pernikahan mereka daripada bertanggung jawab menikahi Ambar. Tapi ternyata salah. Bumi benar-benar menginginkan janin dikandungan Ambar, dan memilih menikahi Ambar dihari pernikahan mereka yang seharusnya.

Semua persiapan yang sudah dilakukan Rania selama ini sia-sia. Uang tabungan, kerja keras, lelah, pada akhirnya Ambar yang menikmati.

Rania hanya manusia biasa, hingga saat pernikahan Ambar dan Bumi dilangsungkan, ia masih belum bisa berlapang dada dan menerima semuanya.

Dibanding ikut menjadi saksi atas kebahagiaan mereka, Rania memutuskan menyendiri disudut ruang kamar miliknya. Penampilan berantakan yang menyedihkan.

Berbanding terbalik dengan keadaan sunyi dilantai dua, dilantai satu pesta pernikahan berlangsung dengan meriah meski tak sedikit orang bertanya-tanya kenapa nama pengantin perempuan berbeda dari undangan yang tertera.

Salah satu-nya adalah Ajeng, ia merasa heran karena tidak menemukan Rania di pelaminan, malah perempuan lain bernama Ambar. Ajeng sampai mengecek alamat rumah beberapa kali karena takut ia salah masuk ke pesta orang lain.

"Tidak salah, kok. Tapi kenapa nama pengantin perempuannya Ambar?" Berulang kali Ajeng membaca nama sepasang pengantin yang tertulis dipapan dan maps di ponsel. Rasa bingung ini lama kelamaan membuatnya pusing.

"Mbak? Ada yang bisa saya bantu?"

Ajeng mengangkat wajahnya dan menemukan seorang ibu-ibu dengan pakaian kebaya datang menghampirinya. Ponsel segera masuk ke dalam tas, lalu berjalan mendekat.

"Ah, iya. Saya mau bertanya, apakah benar ini acara pernikahan Rania dan Bumi? Atau ditempat lain? Sepertinya saya salah alamat."

Ibu-ibu dengan kebaya ungu pastel itu diam sebentar, kemudian celingak-celinguk memastikan keadaan sekitar. Ia mendekat dan berbisik. Ajeng juga spontan mendekatkan telinganya.

"Sebenarnya benar, mbak. Ini rumah Rania dan seharusnya hari ini dia menikah. Saya tetangganya."

"Lalu kenapa disana namanya Ambar?"

Semakin lirih suara terdengar, semakin valid dan penting berita yang akan disampaikan.

"Semenjak tiga hari yang lalu berita ini sedang panas-panasnya dan terus menjadi perbincangan orang-orang. Kalau dari kabar angin, Ambar menggantikan posisi kakaknya karena dia hamil diluar nikah dengan calon kakak iparnya sendiri. Ambar sendiri adalah adik kandung Rania."

Manik Ajeng langsung melebar. "Serius, Bu? Lalu dimana Rania sekarang?"

"Dia mengurung diri dikamar. Ya, wajar saja, sih. Pasti sakit diposisi dia," Ibu-ibu itu berubah murung saat membahas Rania, seolah ia juga ikut merasakan rasa sakit yang sedang dialami oleh Rania. Bahkan mata ibu-ibu itu kini mulai berkaca-kaca.

Ajeng diam dengan wajah terkejut. Tentu saja! Ia tahu bagaimana hubungan Rania dengan adiknya, bisa dibilang kurang baik. Dan sekarang Rania harus rela calon suaminya menikahi adik kandungnya sendiri karena hamil diluar nikah.

Tanpa sadar Ajeng mengusap-usap dadanya sendiri. Sama seperti ibu-ibu tadi, Ajeng turut merasakan sakit usai mendengar berita ini.

"Sepertinya saya ingin pulang saja."

"Iya, tidak apa-apa. Kamu teman Rania?"

"Bukan. Saya pemilik toko bunga tempat Rania bekerja."

"Ooh. Kamu bos nya?" Ajeng hanya membalas dengan senyuman tipis. "Tidak apa-apa kalau kamu ingin pulang. Lagipula saya disini juga karena terpaksa, andai rumah saya tidak tepat disebelah, sudah pasti saya tidak akan datang. Disini hanya membuat saya emosi saja. Rasanya ingin naik ke pelaminan dan mencakar wajah Ambar."

Ajeng tertawa dan pamit setelahnya. Sepanjang perjalanan, Ajeng sedikit melamun memikirkan nasib Rania saat ini. Jikalau Rania ingin bekerja lagi dengan-nya, sudah pasti Ajeng akan menerima Rania dengan tangan terbuka.

...----------------...

Disebuah tempat terbengkalai, ada satu bangunan sederhana yang dipenuhi gambar random dengan warna mencolok, bangunan itu sebagian besar dibuat dari kayu.

Bangunan tersebut adalah tempat berkumpul orang-orang yang selalu membuat onar dan sering kali meresahkan warga. Namun entah kenapa sampai saat ini tidak ada satupun orang yang berani menegur, atau membubarkan perkumpulan orang-orang tersebut.

"Bos! Ada perempuan cantik yang mencari didepan. Tapi aku tidak tahu siapa, aku baru pertama kali melihatnya."

Ryan sedang bermain kartu bersama tiga teman yang lain, kini mengangkat padangan usai mendengar aduan salah satu temannya.

"Siapa?" Heran karena seingatnya tidak ada janji pada orang sebelumnya.

Jati mengangkat ke-dua bahunya. "Sudah aku bilang, aku baru pertama kali melihatnya. Coba temui saja dulu. Btw, dia sangat cantik."

Kata cantik terus berulang dari mulut Jati, tentu saja semakin membuat Ryan penasaran.

"Lebih baik temui saja daripada penasaran," Kali ini Onad yang menyahut, ia salah satu diantara tiga orang yang sedang bermain kartu.

Untuk pertama kalinya Ryan menuruti perintah orang lain. Ia melempar dua lembar kartu ke atas meja, lalu beranjak dan berjalan keluar. Sebetulnya Ryan akan segera memenangkan permainan serta uang jaminan. Awas saja kalau tidak penting, Ryan akan mengamuk pada orang yang ingin bertemu dengannya, tak peduli perempuan cantik atau apapun itu.

Begitu sampai diambang pintu, spontan Ryan tertawa dan tersenyum miring sambil bersandar pada kusen pintu. "Ternyata kamu. Ada apa? Bukankah urusan kita sudah selesai? Katanya tidak mau berurusan denganku lagi," Mengorek telinga dengan santai.

"Aku ingin bicara denganmu."

"Ya, katakan. Aku akan mendengarkan semuanya."

Tidak ada raut ketakutan maupun keraguan diwajah Rania. Ia menatap mantap, ke-dua tangan mengepal dibawah sana.

"Aku datang bertemu denganmu karena aku hanya ingin bilang, aku menerima tawaranmu waktu itu."

Ryan diam dan mengingat-ingat. Detik selanjutnya, tawa keras terdengar begitu Ryan mengingat tawaran apa yang dimaksud oleh Rania.

"Tidak tahu malu. Apa Bumi kurang membuatmu puas diatas ranjang hingga kamu datang menemui ku? Katamu aku brengsek dan kotor," Sindirnya diakhir kalimat.

"Ya, aku minta maaf—,"

"Waktu itu pacarmu juga memukuliku hanya karena aku memegang bokong mu."

"Hei! Tapi itu memang tidak sopan!"

"Aku tahu. Maka dari itu aku heran kenapa sekarang kamu datang dan ingin aku sentuh secara sukarela. Apa kamu beralih profesi menjadi wanita bayaran?"

"Tidak," Ada jeda sejenak. "Jika kamu tidak mau, aku bisa mencari orang lain untuk—,"

"Sebenarnya ada apa denganmu?"

Ada apa dengannya? Jawabannya adalah tidak tahu. Rania hanya ingin Bumi merasakan sakit yang sama, ia tidak bisa berpikir jernih untuk saat ini. Rania merasa semua telah hancur, dan bukankah lebih baik dibuat semakin hancur saja? Rania tidak punya siapa-siapa, tidak ada yang memeluknya saat ini, Rania butuh pelampiasan atas rasa sakitnya kini.

Melihat lawan bicara hanya diam tak berkutik, Ryan kembali bersuara. "Aku tidak mau mencari masalah dengan pacar menyebalkan mu itu. Dia tidak asik dan kaku seperti robot. Kamu tahu? Aku ingin berbuat onar dengan tenang tanpa ancaman pacarmu."

"Dia tidak akan menggangu mu lagi, aku bisa menjamin seratus persen. Aku butuh pelampiasan saat ini, aku ingin bersenang-senang."

Ya, pria mana yang tidak tergiur coba? Ada perempuan cantik menawarkan diri secara sukarela? Apalagi pria itu adalah Ryan, orang yang sudah lama mengincar Rania. Tapi selalu gagal karena ada Bumi didekat perempuan itu.

Ryan tersenyum miring, berjalan meninggalkan pintu dan bergerak mendekati Rania. "Kamu serius? Tentu saja aku tidak akan menolak!"

Hening selama beberapa saat. Rania memejamkan ke-dua mata, lalu mengangguk mantap, ia yakin pada keputusan kali ini.

Setelah anggukan kepala Rania, Ryan segera menarik Rania menjauh, mengajak Rania pergi menggunakan motor entah kemana. Meninggalkan lembaran kartu serta hadiah jaminan yang masih teronggok diatas meja.

1
sutiasih kasih
ambar... km itu jenis makhluk benalu tak tau diri....
hobi merampas yg bukan milikmu....
tunggulah azab atas smua kbusukanmu ambar...
tak kn prnah bahagia hidupmu yg sll dlm kcurangan...
sutiasih kasih
lnjut up....
👍👍
Riska Ananda
terfav🥰🥰
Riska Ananda
gk sabar nunggu kelanjutannya klo bisa up banyak2 thor
sutiasih kasih
org tua tak adil itu memang sll ada... & benar adanya....
tpi.... ank yg tak di anggp justru kelak yg sll ada untuk org tuanya di bandingkn ank ksayangan....
𝙋𝙚𝙣𝙖𝙥𝙞𝙖𝙣𝙤𝙝📝: Halo kak baca juga d novel ku 𝘼𝙙𝙯𝙖𝙙𝙞𝙣𝙖 𝙞𝙨𝙩𝙧𝙞 𝙨𝙖𝙣𝙜 𝙜𝙪𝙨 𝙧𝙖𝙝𝙖𝙨𝙞𝙖 atau klik akun profilku ya😌
total 1 replies
Shreya Das
Bagus banget, jadi mau baca ulang dari awal lagi🙂
KnuckleBreaker
Gak bisa berhenti!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!