Pertemuan pertama yang tak disangka, ternyata membawa pada pertemuan kedua, ketiga dan seterusnya. Membuat rasa yang dulu tak pernah ada pun kini tumbuh tanpa mereka sadari.
kehidupan seorang gadis bernama Luna yang berantakan, membuat seorang Arken pelan-pelan masuk ke dalamnya. Bahkan tanpa Luna sadari, setiap dia tertimpa masalah, Ken selalu datang membantunya. Cowok itu selalu dia abaikan, tapi Ken tak pernah menyerah atau menjauh meski sikap Luna tidak bersahabat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abil Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 30 Cari Kosan
Ken menghentikan motornya tepat di sebuah bangunan later L. Terdapat beberapa pintu di setiap bangunan itu, terlihat seperti sebuah kosan yang memang sedang di cari oleh Luna.
Keduanya turun dari motor dan langsung melepas helm yang mereka kenakan. Luna lebih dahulu menatap Ken, dan pemuda itu hanya tersenyum saja.
"Bentar, Lo tahu kosan ini dari mana?" tanya Luna, sebab sejak dari area perumahannya, Ken langsung menuju ke tempat ini. Tanpa bertanya pada siapapun, bahkan seperti hafal dengan daerah tersebut.
"Ada lah," jawab pemuda itu.
Bersamaan dengan hal itu, seorang wanita paruh baya memakai daster dan hijab bergo panjang bergegas menghampiri mereka berdua.
"Mas Ken, ayo masuk ke rumah saya dulu Mas," ucap wanita paruh baya itu.
"Baik Bu," sahut Ken lalu menarik pergelangan tangan Luna yang berdiri di sebelahnya.
"Siapa Ken? Kok Lo kenal?" bisik Luna penasaran.
"Ssst, ikut aja, entar Lo bakalan tahu," jawab Ken.
Luna mengangguk dan terus mengikuti langkah Ken. Mereka di bawa masuk ke sebuah rumah yang letaknya paling ujung dari bangunan tersebut. Terpisah dengan bangunan yang memiliki banyak pintu itu, sepertinya itu rumah pemilik kosan.
"Silahkan masuk," wanita itu mempersilahkan mereka berdua untuk masuk dan duduk di sofa yang ada di ruangan itu. Sedangkan dirinya berpamitan masuk ke dalam.
"Lo tahu kosan ini dari mana Ken?" tanya Luna penasaran.
"Pacarnya temen gue ada yang kos di sini," jawab Ken pada akhirnya.
Tak lama setelah itu, wanita pemilik kos tersebut keluar membawa dua gelas air minum dan beberapa cemilan dengan menggunakan sebuah nampan. Meletakkan di atas meja tepat di hadapan Ken dan Luna.
"Silahkan diminum dan di cicipi camilan nya." Wanita itu mempersilahkan mereka untuk menikmati hidangan tersebut. "oh ini temennya yang mau kos ya?" tanya wanita itu ramah.
"Terimakasih bu, jadi ngerepotin nih," sahut Ken. "Iya Bu, dia yang mau kos. Kira-kira ada kamar kosong kan Bu? Kata temen saya ada satu kamar yang kosong, apa masih ada?" tanya Ken.
"Sebenarnya sudah gak ada Mas, tapi emang ada yang mau keluar dari kos ini karena kuliahnya udah selesai. Cuma dia bilang masih bulan depan, gimana mau nunggu atau gak, saya serahkan sama Mbaknya saja," jelas ibu kos tersebut.
"Gimana Rel?" tanya Ken kini menatap ke arah Luna.
"Tapi gue butuhnya sekarang, gimana?" bisik Luna.
"Lo bisa tinggal di apartemen dulu aja, atau mau cari yang lain?" usul Ken.
"Cari dulu aja deh Ken," putus Luna.
"Gimana kalau lihat-lihat dulu aja Mbak? Siapa tahu tertarik. Tapi sebelum itu, silahkan diminum dulu minumannya," wanita itu tersenyum menatap mereka berdua.
Keduanya mulai menikmati minuman tersebut, setelah dirasa cukup mereka bertiga mulai keluar dari rumah itu menuju kamar kos. Kosan itu memiliki dua lantai dengan halaman cukup luas. Meski bukan kosan mewah tapi terlihat nyaman untuk di huni.
"Kos ini sengaja saya sewakan khusus untuk putri. Awalnya sih bebas, tapi ada satu kejadian yang gak pantas diceritakan, akhirnya saya memutuskan untuk menerima putri saja," jelas wanita itu.
"Kamar ini yang bulan depan kosong. Kamar ini tuh selalu jadi favorit, soalnya di lantai bawah, letaknya paling pojok dekat dengan rumah saya." Wanita itu menunjuk sebuah kamar kos paling ujung dekat dengan rumah pemilik kos tersebut.
"Maaf untuk saat ini saya gak bisa ngasih lihat dalamnya langsung, soalnya pemilik kamar ini masih di kampus, tapi nanti saya kaish lihat lewat foto kalau berkenan," ucap wanita itu.
Setelah cukup lama berdiskusi dan melihat sekitar kosan tersebut, akhirnya Luna dan Ken berpamitan. Luna belum memutuskan untuk mengambil kamar kos itu atau tidak, soalnya masih harus menunggu bulan depan, dan dia sudah tidak sabar keluar dari rumahnya.
"Ada satu kos lagi, tapi ini kos umum. Gue pengennya Lo di kosan khusus cewek aja, lebih aman Rel," ucap Ken saat mereka sudah berada di atas motor. Ken melajukkan motornya cukup pelan.
"Gak apa-apa deh Ken, gue pengen lihat," putus Luna.
"Yaudah kita ke sana."
Tak lama perjalanan mereka, akhirnya mereka sampai di kos yang Ken maksud. Keduanya langsung turun dari motor tersebut.
"Tian juga kos di sini, Lo tahu Tian, kan?" tanya Ken.
Luna mengangguk, dia ingat Tian adalah cowok yang membantu dia masak bersama Andre.
"Tian bilang ada kamar kosong di sini, tapi di lantai dua. Kalau Lo mau di sini juga gak apa-apa," jelas Ken.
Kosan kali ini terlihat lebih mewah dari yang pertama tadi, bangunnya juga lebih bagus dari yang pertama tadi. Selain itu kamarnya pun cukup banyak, sama-sama terdapat dua lantai.
Mereka langsung menemui pemilik kos tersebut, dan mereka langsung dibawa ke lantai dua, dimana letak kamar kos tersebut.
"Kebetulan yang kosong kamar khusus perempuan. Saya memang memisahkan antara kamar laki-laki dan perempuan, laki-laki di lantai bawah dan perempuan di lantai atas. Tapi kalau pasangan suami istri, bolah di atas ataupun di bawah. Kosan ini juga bebas, tapi diatas jam sebelas malam gerbang akan dikunci," jelas pemilik kos tersebut yang kali ini adalah seorang wanita yang usianya lebih muda dari pemilik kos pertama.
Kosan itu cukup luas, ada kamar mandinya di dalam. Di belakang kamar kos terdapat balkon yang biasanya digunakan untuk menjemur pakain. Atau bisa dijadikan sebagai dapur.
"Gimana Rel?" tanya Ken.
"Kayaknya gue mau ini aja deh Ken, yang bisa langsung ditempati," jawab Luna.
"Baiklah kalau memang mau kamar ini, kamu bisa langsung ditempati saja, kebetulan sudah saya bersihkan kemarin," ucap wanita itu.
"Untuk pembayaran bisa langsung atau DP dulu juga boleh," ucapnya lagi.
"Bu, kalau misalnya saya kasih DP dulu, terus saya gak jadi, uangnya bisa kembali kan ya?" tanya Luna.
"Bisa kembali tapi separo ya Mbak," jawab wanita itu.
"Yaudah saya bayar DP nya dulu, berapa Bu?" tanya gadis itu lagi.
Ken hanya memperhatikan saja, sesekali dia melihat ke sekeliling kamar tersebut. Tempatnya memang cukup nyaman, tapi entahlah dia merasa ada yang kurang dari kamar tersebut.
Selesai dengan urusannya di sana, Ken langsung mengajak Luna ke markas. Tapi sebelum itu mereka lebih dahulu membeli makanan untuk makan siang.
"Lo serius mau ngekos di sana?" Ken kembali bertanya saat mereka sedang menikmati makan siang di markas.
"Iya kayaknya gue udah mantap mau ngekos di sana Ken, tempatnya juga lumayan sih. Ya walaupun harganya sedikit lebih mahal," jawab Luna setelah menelan makanan di mulutnya.
"Gak mau tanya dulu sama Tian, siapa yang sebelumnya menempati kamar itu, soalnya gue penasaran. Si ibu tadi gak mau jelasin secara detail," ucap Ken sedikit merasa curiga sebab pemilik kos tersebut tidak menjelaskan detail kamar tersebut, berbeda dengan pemilik kos yang pertama. Bahkan seperti menyembunyikan sesuatu.
"Nanti deh tanya Tian kalau dia kesini," putus Luna
Keduanya kembali menikmati makan siang tersebut diisi dengan obrolan ringan.
"Sebenarnya Lo tinggal di apartemen gue aja gak apa-apa Rel, itu milik gue pribadi. Disana lebih aman juga, dan gue gak terlalu khawatir sama keadaan Lo. Disana juga gak jauh dari markas atau kampus," ucap Ken mengeluarkan unek-uneknya.
"Tapi gue gak enak sama Lo Ken," sahut Luna.
"Ck, biasa aja. Kalau apartemen itu ada yang nempatin malah gue seneng, soalnya jadi gak kosong, dan pasti selalu dibersihkan tanpa gue harus nyewa tukang bersih-bersih," ujar Ken membuat Luna menghela napas panjang.
"Lo tinggal aja di sana, kan bisa," usul Luna.
Kali ini Ken menggelengkan kepala, "Gue lebih nyaman tinggal di markas Rel, rame di sini. Atau Lo mau tinggal di sini juga? Ada tuh satu kamar kosong," usul Ken.
"Lebih gak enak lagi kalau di sini Ken, gue tahu markas ini bukan milik Lo seorang kan?" tolak Luna lagi membuat Ken pasrah.
Selesai makan siang, mereka masih betah berada di sana. Memperhatikan beberapa anggota Scorpion yang sedang melakukan banyak hal. Ada yang bermain game, ada yang mengerjakan tugas, ada juga yang tidur bersama seekor kucing.
"Itu Tian datang," ucap Ken saat melihat Tian masuk ke dalam markas.
"Yan, gue mau tanya sedikit boleh?" tanya Luna membuat Tian mengangguk dan ikut duduk di antara Ken dan Luna.
"Mau tanya apa, tanya aja," jawab cowok itu.
"Gini, gue tadi ke kosan Lo dan mau nyewa satu kamar atas yang kosong, menurut Lo gimana Yan?" tanya Luna langsung.
"Kamar yang mana dulu Lun? Setahu gue ada dua kamar yang kosong, kamar nomor tiga atau nomor empat gitu, terus sama kamar sebelah kiri tangga tengah," tanya balik pemuda itu.
"Sebelah tangga," jawab Luna.
Mendengar jawaban Luna, Tian langsung melotot, seperti mendengar berita buruk. "Gak usah deh kalau itu," ucapnya.
"Loh kenapa?" tanya Ken dan Luna hampir bersamaan.
Tian menggelengkan kepala, "Tuh kamar udah dua tahun ini gonta ganti penyewa, tapi kebanyakan mereka cuma betah sebulan doang. Gue denger-denger, kamar itu dulunya disewa seorang mahasiswi, tapi dia meninggal tidak wajar. Ya memang meninggalnya gak di kosan, tapi banyak yang bilang dia selalu menghantui penghuni kamar itu," jelasnya.
"What? Ih serem, gue gak jadi kalau gitu. Kayaknya lebih baik nunggu bulan depan di kosan yang pertama itu deh Ken, dari pada kosan Tian," sahut Luna, tiba-tiba bulu kuduknya merinding.
Ken menghela napas, tapi dalam hatinya dia bersorak. Itu artinya Luna akan tinggal di apartemennya untuk beberapa saat. Padahal tadi niatnya dia mau menyuruh Tian berbohong kalau kamar itu seram, ternyata tanpa harus dia suruh pun Tian menjelaskan seperti keinginannya, dan memang itu kebenarannya juga.
"Yaudah tinggal di apartemen dulu aja Rel," sahut Ken.
Luna menghela napas, "Pengen cari lagi kayaknya," putusnya membuat Ken mendesah.
"Udah di apart Ken aja napa sih Lun? Disana lebih aman juga," sahut Tian yang menyetujui usulan Ken.
Luna menghela napas, "Gue gak enak, gue gak mau ngerepotin Ken terus-menerus," jawabnya lirih.
Ken hanya berdecak mendengar jawaban gadis itu.
"Wajar dong, Lo kan pacarnya," sahut Tian.
"Hey!"
gak bener nih teman teman nya Luna