Seorang anak laki-laki kala itu masih berusia 10 tahun, tidak di kenal oleh siapapun karena identitasnya telah di sembunyikan oleh sang Ibu.
Suatu hari sang lelaki itu harus menerima kehidupan yang pahit, karena sang Ibu harus di bunuh, namun sayang dia tidak dapat menolongnya, sialnya lagi dia harus mengikuti keinginan sang Ibu yaitu bersembunyi di suatu tempat agar bisa menjaga sang adik dan membalaskan dendam sang Ibu, dan juga bisa mengambil alih apa yang telah menjadi haknya.
Dan saat tiba di sebuah tempat di mana dana Dan naya di selamatkan, Dana menemukan seorang wanita yang menarik hatinya, namun sayang ketika dewasa, dia harus meninggalkan wanita itu untuk merebut perusahaan dan berpura-pura mencintai wanita lain, yaitu anak dari pembunuh Ibunya sekaligus yang telah merebut perusahaannya.
Bagaimana cerita cintanya dan apakah Dana mampu setia?, lalu apa yang terjadi dengan perusahaannya ketika Dana hadir di perusahaan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dira.aza07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 ~ Tereksposnya tubuh sexy Fawn
Dana pun berpamitan kepada Sylvia juga ibunya. Dan sebelum pulang Dana menyempatkan bertemu adik dan keluarga jae.
Dana menceritakan singkat tentang apa yang dia alami, dan apa yang Dana alami membuat Jae juga keluarga tercengang.
Karena tidak menyangka jika Dana akan langsung berurusan dengan Anak Fernando, bahkan langsung di percaya mengecek seluruh berkas untuk di tandatangani Fawn.
Jelas itu kesempatan besar bagi Dana untuk menyingkirkan Fernando dan segala anteknya.
Jae pun meminta agar Dana jangan merasa sendiri, kabari terus perkembangannya dan jika membutuhkan bala bantuan, pihaknya juga perguruan bela dirinya akan siap membantu.
Dana pun menganggukkan kepalanya, dan setelah itu Dana berpamitan dengan kembali bersama Damar.
Damar baru mengetahui identitas Dana yang sesungguhnya pantas saja dia dapat membayar mobil Fawn yang lecet beberapa tahun silam.
Ternyata Dana ini seorang pewaris yang tersembunyi, pantas saja. Batin Damar.
Tak ada niatan jahat justru apa yang pernah di lakukan Dana membuatnya selalu ingin dapat di andalkan, berharap kebaikan Dana terbalas dengan jasa yang telah dia berikan.
Dana tersenyum melihat Damar, Dana paham Damar pasti tercengang atas apa yang telah di dengar barusan.
"Damar ...," sapa Dana dengan memegang bahu Damar.
"Eh -, i-iya," jawab Damar terbata.
"Aku mohon rahasiakan apa yang telah kau dengar barusan, hingga Fernando dan anteknya jera dan tidak mampu melawan lagi, dan semua telah di umumkan dan terbukti aku adalah pewaris sah perusahaan itu," ucap Dana tersenyum.
"Baik Pak," ucap Damar mulai merasa kecil di hadapan Dana.
"Oh ... hey ... kenapa Pak? sejak kapan aku menyurumu memanggilku Bapak?" tegur Dana dengan mengerutkan keningnya.
"Sudahlah tidak perlu merasa kecil, kita sama di mata Tuhan, jadi untuk apa kau merubah untuk sekedar menghormatiku, aku saja tidak menginginkan itu," ujar Dana jujur.
"Panggil aku Dana saja seperti biasa," ucap Dana.
Dan kini mereka kembali dengan pakaian seperti awal mereka pergi, kembali Dana bersembunyi dengan menyamar dirinya menjadi Damar, sedangkan Damar sendiri menjadi penumpang Ojol.
Dana tidak menginginkan kembali esok hari karena tahu siang hari akan lebih peka, meski malam hari pun tidak memungkinkan mereka tetap waspada.
Namun harapan Dana mereka tertidur atau bahkan kembali kepada rumah mereka sendiri.
Dan ternyata benar adanya, mereka telah pergi mungkin berpikir mau ke mana dia perhi selarut ini. Lagian Dana menyimpan jejak sendal yang berada di luar seolah-olah dia masih berada di rumah, dan listrik pun telah di seting melalui handphonenya.
Sehingga tanpa ada kecurigaan untuk kedua pengawal itu.
Sesampainya di kosan, Dana berkutat dengan pekerjaan yang tadi di tinggalnya, meski besok libur namun Dana tidak ingin menunda pekerjaannya hingga menumpuk.
Namun saat asik bekerja, Fawn mengirim pesan.
Fawn : Yang benar saja Yah, besok sabtu kenapa harus masuk sih?
Dana mengerutkan keningnya kala membaca pesan tersebut, penasaran jelas sekali, apa itu salah kirim atau akal-akalan Fawn saja, Dana sudah harus mulai kewaspadaannya.
Mereka terlalu banyak intrik, dan dengan kecepatan kilat Dana membuka cctv yang terhubung dengan rumah mereka, Dana mengecek kehadiran Fawn. Ternyata Dana bisa dengan asik menonton keadaan itu.
Di mana Fawn sekarang sedang marah-marah kepada Fernando karena tidak terima jika hari besok liburnya harus terganggu dengan meeting dadakan apalagi di hari sabtu yang sudah punya rencana.
Namun Fawn yang sedang telepon dengan menggunakan earphonenya pun kini berdiri dan membuka pakaiannya.
Dana membelakkan kedua matanya, panik jelas ... dia harus melihat penampilan seseorang tanpa busana.
Oh tidak itu tidak mungkin, bagaimana jika dia menginginkan Fawn karena melihat tubuhnya.
Oh tidak ... Dana langsung menutup laptopnya, lalu menelan salivanya dengan susah payah.
Ah shit kenapa kamera itu tidak punya adab, kan bisa dia menyembunyikan hal itu. guman Dana tidak masuk akal.
Untungnya saja setiap CCTV yang tersembunyi dalam tembok itu tidak dapat merekam suara Dana.
Bagaimana jika terdengar oleh mereka, mungkin Dana sudah di anggap makhluk kasat mata.
Dana terus menghela nafas, dia setidaknya telah melihat tubuh polos seorang gadis dengan begitu indah.
Tapi bukan pandangan Fawn yang tergambar dalam benaknya, tapi wajah juga tubuh Sylvia, ya Dana sudah sangat bucin terhadap Sylvia.
Akhirnya dengan hasrat yang menggebu Dana mencoba menghubungi Sylvia sayang, seribu sayang.
Tengah malam begini Sylvia jelas sudah tertidur lelap, Akhirnya Dana menahan semua itu dengan mencoba menutup matanya.
Pejaman mata itu ternyata tidak dapat mengalihkannya, akhirnya Dana mencoba kembali membuka laptopnya berharap pikirannya kembali fokus dengan seabrek pekerjaannya.
Dan ternyata Fawn selesai sayang dia malah menggunakan pakaian tipis mirip lingerie.
Ah shit. guman Dana memukul kasur empuknya.
Tak lama Fawn naik ke kasurnya dan menulis sesuatu dalam handphone-Nya.
Dan selang beberapa menit Handphone Dana terlihat notifikasi.
Fawn : Dana, maaf ganggu malam-malam begini, maaf dan sayang sekali besok kita harus masuk kerja, di karenakan ada meeting mendadak dengan dewan direksi.
Ternyata dia tidak sebusuk Fernando, bukan akal-akalan dia tadi mengirim hal itu, ternyata memang salah kirim. Gumam Dana.
Namun entah kenapa ada senyuman yang terbit di bibirnya. Meski melihat Fawn lebih baik dari Fernando, tetap saja Dana tidak tertarik dengan kepribadian Fawn.
Yang mudah menjudge orang dan emosional, memang umumnya wanita seperti itu, tapi Dana tetap memuji kepribadian Sylvia daripada Fawn.
Bagaimana kah dengan tubuh yang sudah terekspos? apakah Dana mampu melupakan itu semua?
Dana pun tidak memungkiri jika dia adalah pria normal yang memiliki nafsu tinggi, tapi kesetiaan Dana tidak tergoyahkan buktinya, menatap Tubuh Fawn dan terpampang wajah Sylvia yang tanpa busana. Gila benar.
Seandainya cctv yang gue lihat barusan itu, CCTV dari kamar Sylvia mungkin gue ga akan seperti tadi beda kejadiannya. Gumam Dana sambil terkekeh.
Dana yang sempat hilang konsentrasi akibat Tereksposnya tubuh Fawn itu, dengan chat Fawn kini dia bisa kembali fokus.
Kini Dana kembali menulis laporan yang akan di laporkan meeting besok, meski Dana tidak tahu apa yang akan di bahaskan oleh Fernando. Namun sebisa mungkin laporan itu selesai malam ini.
Meski harus bergadang hingga menahan kantuk. Dana akan bekerja profesional, agar semua berjalan dengan sempurna.
Ya meski sempurna itu hanya milik Rokok. guman Dana kembali terkekeh.
Lumayan lah Tereksposnya tubuh Si Fawn tadi dengan cuma-cuma itu bisa cuci mata untuk sesaat. Fresh juga mata gue. ucap Dana dengan kekehannya. Sambil tangan menulis laporan untuk besok di atas keyboard laptopnya.
Dana selalu mencoba menghibur dirinya, agar suasana hatinya tidak lelah dan stress. Begitulah Dana sekarang.
Sepertinya Fawn cukup menghibur dia saat ini. pikirnya kembali.
Tertarik entahlah, cuma Dana yang tahu.
Bersambung ...