NovelToon NovelToon
REINKARNASI PANGERAN TERSEMBUNYI

REINKARNASI PANGERAN TERSEMBUNYI

Status: tamat
Genre:Action / Reinkarnasi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Ilmu Kanuragan / Penyelamat / Tamat
Popularitas:12.9k
Nilai: 5
Nama Author: Retto fuaia

kenyataan yang menyakitkan, bahwa ia bukanlah putra kandung jendral?. Diberikan kesempatan untuk mengungkapkan kebenaran yang terjadi, dan tentunya akan melakukannya dengan hati-hati. Apakah Lingyun Kai berhasil menyelamatkan keluarga istana?. Temukan jawabannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Retto fuaia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KESEDIHAN DI HATIKU

...***...

Dua hari telah berlalu, saat itu Wu Xian melihat menteri pertahanan dan keamanan baru saja sampai di kediamannya dengan membawa kereta kuda dan beberapa kotak berharga di sana. Wu Xian langsung mendekat setelah menteri pertahanan dan keamanan seorang diri saja di sana.

"Saya prajurit bayangan yang ditugaskan oleh kaisar untuk memeriksa dokumen penting yang anda bawa." Ucapnya sambil memperhatikan keadaan sekitarnya, ia juga memperlihatkan tanda pengenal sebagai prajurit bayangan.

"Dokumennya ada di dalam." Balasnya. "Jika kau ingin memastikan kelengkapan dokumen? Maka masuk lah." Ia memberi kode agar Wu Xian mengikutinya.

Wu Xian hanya nurut saja, melangkahi pintu gerbang kediaman Menteri Xin Taio.

"Tunggu sebentar tuan menteri." Wu Xian menghentikan langkahnya.

Begitu juga dengan Menteri Xin Taio yang curiga padanya.

"Ada apa prajurit? Kau ingin mengatakan sesuatu?." Menteri Xin Taio menghela nafas pelan.

"Dokumen itu sudah benar dan lengkap, hanya saja ada dokumen rahasia yang menempel di dalam jubah yang anda pakai saat ini." Matanya terus memperhatikan itu.

Menteri Xin Taio membalikkan badan, melihat seorang pemuda dengan setengah wajah yang ditutupi oleh topeng hitam.

"Anak muda, apakah kau sadar dengan apa yang katakan?." Ada amarah di hatinya. "Apakah kau menaruh curiga pada saya?!." Matanya menatap tajam.

"Tadi, ketika anda melewati gerbang kota Raja, apakah anda tidak menyadari ada seseorang yang dengan sengaja menyenggol anda?." Wu Xian masih bisa tenang, ia ingat dengan kejadian di gerbang Kota Istana.

"Menyenggol seseorang?." Dalam hati Menteri Xin Taio mencoba mengingat kejadian sebelumnya.

Deg!.

Setelah ingat, ia baru menyadari jika ada seseorang yang sengaja menyenggolnya.

"Dokumen itu, adalah dokumen yang sangat berbahaya." Wu Xian menatap tajam. "Jika sampai ke tangan yang mulia kaisar? Nyawa tuan menteri dipastikan akan melayang." Ia memberi kode berakhir pada Menteri Xin Taio.

Menteri Xin Taio memeriksa tubuhnya, mencari celah yang mungkin saja ditempeli oleh seseorang untuk menjebak dirinya?.

Wush!.

Wu Xian sedikit mendorong kekuatannya pada tubuh Menteri Xin Taio, saat itu juga ada sebuah benda yang jatuh di tubuhnya.

Deg!.

Menteri Xin Taio terkejut melihat lipatan kertas, ia segera mengambilnya, memeriksa kertas itu dengan seksama.

Deg!.

Matanya melotot lebar ketika melihat apa yang tertera di sana.

"Dokumen itu telah dilambari dengan jurus terselubung." Wu Xian menjelaskan. "Mantra itu akan berakhir selama lima jam, dan itu saat anda menemui yang mulia kaisar besok pagi."

"Kau mengetahuinya?." Menteri Xin Taio terlihat takut. "Apakah ada seseorang yang berusaha menjebak saya?."

Namun belum sempat Wu Xian menjawab, ia segera menghilang. Karena merasakan kedatangan banyak orang di sana.

"Kurang ajar!." Umpat Menteri Xin Taio. "Siapa dia? Kenapa tiba-tiba saja menghilang begitu saja?." Dalam hatinya merasa kesal.

Brakh!.

Pintu kediaman Menteri pertahanan dan keamanan di buka paksa oleh seseorang dari luar, dan terlihat Jendral Xiao Chen Tao dan beberapa prajurit masuk begitu saja.

"Ada apa ini xiao chen tao?." Menteri Xin Taio kesal. "Kenapa kau main terobos saja ke rumah ku? Apa hak mu mendobrak pintu gerbang kediaman ku ini?!." Suaranya terdengar keras.

"Aku diperintahkan kaisar untuk segera membawamu ke istana." Jawabnya sambil memperlihatkan lencana. "Sebaiknya kau jangan melawan."

"Memangnya aku telah melakukan kesalahan apa? Sehingga disuruh segera ke istana?." Balasnya dengan curiga. "Apakah kau punya suratnya?."

"Kau ingin melawan perintah kaisar? Hah?!." Jendral Xiao Chen Tao sangat marah.

"Heh!." Menteri Xin Taio mendengus kesal. "Aku tidak akan ke istana, jika kau tidak menunjukkan surat! Bukti bahwa aku disuruh datang ke istana sekarang juga."

"Kaisar menyuruh ku secara pribadi! Supaya pejabat lain tidak memberikan kritikan yang buruk padamu." Ia merasa bersimpati?.

Deg!.

Saat itu Menteri Xin Taio terkejut ketika ia merasakan adanya dokumen lain di tangannya.

"Tuan menteri, itu adalah tanda dipersilahkan istirahat oleh yang mulia kaisar." Wu Xian menggunakan komunikasi mata batin. "Gunakan tanda itu, supaya bisa mengusir mereka dari sini."

Menteri Xin Taio dapat mendengarkan itu dengan baik, ia berusaha meyakinkan dirinya untuk segera bertindak.

"Heh! Maaf saja." Ia mengeluarkan dokumen itu, dan ia buka dengan pelan. "Yang mulia kaisar telah memberikan tanda ini padaku sebelum meninggalkan gerbang kota istana."

Deg!.

Kini giliran Jendral Xiao Chen Tao yang terkejut melihat itu.

"Kau?!." Jendral Xiao Chen Tao kehilangan kata-kata, belum bisa membungkam Menteri Xin Taio.

"Aku ingin segera istirahat, jangan ganggu aku." Ia kibas kuat lengan bajunya, pertanda bahwa ia sedang kesal. "Jika kau memiliki masalah pribadi denganku? Akan aku hadapi kau nantinya."

"Heh!." Jendral Xiao Chen Tao mendengus kesal. "Kita lihat saja nanti, siapa yang akan tersingkir setelah ini?."

Jendral Xiao Chen Tao memberi kode pada bawahannya agar segera meninggalkan kediaman menteri Xin Taio.

"Ayah?." Nona muda Xin Qian mendekati Menteri Xin Taio.

Saat itu juga Wu Xian keluar dari persembunyiannya, membacakan mantra, terlihat sebuah kertas masuk ke dalam jubah Menteri Xin Taio.

"Apa yang sedang kau lakukan?." Menteri Xin Taio menatap tajam. "Apakah kau mencoba menjebak aku?!."

"Wu xian?." Dalam hati nona muda Xin Qian cemas.

"Tuan menteri tenang saja." Ia memberi hormat. "Kertas itu bukan dokumen jebakan, akan tetapi puisi cinta terhadap negeri ini." Ia tersenyum kecil. "Sangat cocok sekali dengan gambaran watak tuan." Ia kembali memberi hormat. "Saya pamit dulu, harap tuan berhati-hati."

Wu Xian segera menghilang seperti hantu, ia tidak bisa berlama-lama di sana.

"Ada apa?." Menteri Xin Taio mengamati perubahan raut wajah anaknya. "Kenapa kau terlihat sedih?."

"Oh? Tidak apa-apa ayah." Ia berusaha tenang. "Saya keluar sebentar, lupa membeli titipan ibu."

"Baiklah, jangan lama-lama di luar." Tatapan matanya begitu tajam. "Aku tidak ingin kau bertemu dengan bocah gigolo itu!." Ucapannya penuh penekanan.

"Baik ayah." Ia hanya nurut saja, memberi hormat pada ayahnya, setelah itu ia segera pergi. "Dia lah yang sedang berusaha menolong mu ayah." Dalam hatinya terasa sakit. "Saat ini ia terluka, demi menjaga keselamatan mu ayah." Dadanya sesak, mengingat ucapan Wu Xian padanya.

...***...

Di sebuah tempat.

Selir Mingmei sedang bersama adiknya Junfeng di sebuah rumah penginapan.

"Bagaimana kabarmu adik? Kau terlihat lebih segar sekarang." Selir Mingmei menuangkan arak, ia berikan pada adiknya. "Sepertinya beban dipikiran mu sedikit berkurang."

Junfeng mengambil cangkir kecil, meminumnya dengan pelan, menikmati rasa arak yang menusuk lidahnya.

"Bisa dikatakan seperti itu kakak." Junfeng tersenyum kecil. "Rasanya sangat lega sekali, tanpa memikirkan niat jahat pada seseorang." Ia menyentuh dadanya. "Saya merasa berdosa sekali, berniat membunuh seseorang yang tidak memiliki masalah dengan saya."

Selir Mingmei mengusap sayang kepala Junfeng. "Jagalah istrimu dengan baik, untuk masalah ayah? Biar aku yang tangani."

"Kakak?." Junfeng bingung melihat itu. "Karma, kau akan dihantui rasa bersalah jika melumuri darahmu pada kelurga istana." Ia menghela nafas dengan beratnya. "Aku mengetahui, memahami, jika kau adalah anak yang baik." Ia menatap adiknya penuh kelembutan. "Apapun masalahnya? Jangan sampai kau kembali pada jalan yang salah."

"Bagaimana dengan kakak sendiri?." Junfeng cemas. "Bukankah tujuan kakak mendekati pangeran pertama? Untuk membunuhnya?."

"Kau tenang saja." Ia acak-acak rambut adiknya. "Aku tidak akan melakukan hal gila, hahaha!."

"Kakak! Jangan perlakukan saya seperti bocah!." Junfeng jengkel, berusaha menghindar.

"Kau memang masih bocah." Selir Mingmei menikmati kedekatannya saat itu. "Rasanya sangat bahagia sekali memiliki adik, memiliki seseorang yang bisa diajak bercanda." Dalam hatinya merasa senang.

Karena di kehidupan sebelumnya ia hanya seorang diri saja, hanya Pangeran Jun Hie yang baik padanya selama berada di akademi. Perlahan-lahan memiliki teman perempuan, dan ternyata malah berakhir menyedihkan 3 tahun yang lalu.

...***...

Nona muda Xin Qian segera berlari memasuki paviliun Daiyu, ia segera menuju ruangan pemandian air panas.

"Wu xian! Wu xian!." Teriknya dalam kepanikan yang ia rasakan. "Wu xian! Wu xian!."

Dadanya terasa sakit, ia hampir lupa cara bernafas karena matanya tidak menangkap sosok Wu Xian.

"Kakak." Suara itu terdengar lemah.

Deg!.

Nona muda Xin Qian segera membalikkan badannya, melihat Wu Xian masih mengenakan seragamnya.

"Wu xian!." Nona muda Xin Qian menerjang Wu Xian. "Wu xian!."

"Kegh!." Wu Xian sedikit meringis.

"Hoh? Wu xian?!." Nona muda Xin Qian melepaskan pelukannya, ia melepaskan topeng penutup wajah milik Wu Xian. "Kau pucat sekali, kau keracunan?." Hatinya semakin tidak karuan.

"Kakak, sakit sekali." Rintihnya.

Nona muda Xin Qian menarik tangan Wu Xian agar mengikutinya. Ia membawa Wu Xian ke tempat tidur yang ada di ruangan itu.

"Bukalah pakaianmu, biar saya obati luka di punggungmu." Nona muda Xin Qian bersusah menahan tangisnya.

Wu Xian hanya nurut saja, ia buka bajunya, setelah itu berbaring menelungkup di atas tempat tidur.

"Luka mu? Karena sabetan pedang?." Ia mendekati Wu Xian, mengeluarkan obat luka, ia taburi dengan hati-hati.

"Hm." Wu Xian mengangguk kecil, menahan perihnya luka sabetan pedang di punggungnya yang lumayan besar. "Kakak bisa mengetahui? Punggung saya terluka?."

"Ya." Responnya. "Ketika kau tadi membalikkan badan, terlihat bajumu basah, walaupun kau mengenakan pakaian hitam, saya bisa melihat itu." Ia berusaha menahan diri agar tidak menangis. "Saya juga mencium bau amis darah dari tubuhmu, karena itulah saya segera ke sini." Hatinya terasa sakit, dan sesak. "Saya takut, jika kau terluka parah."

"Saya ke sini, karena melihat raut wajah kakak yang mendadak muram." Wu Xian tersenyum kecil. "Maaf, karena telah membuat kakak cemas."

"Wu xian!." Hatinya bergetar aneh. "Ayah saya adalah musuh ayahmu, kenapa kau malah melindungi ayah saya hingga seperti ini?." Akhirnya ia menangis, ia sudah tidak tahan. "Siapa yang menyuruhmu melakukan ini?! Katakan pada saya!."

Wu Xian mengatur nafasnya, ia mencoba duduk, melihat nona muda Xin Qian menangis.

"Kakak." Wu Xian menatap mata nona muda Xin Qian. "Jangan menangis." Ia usap air mata wanita itu dengan lembut. "Yang saya lakukan adalah datang dari diri saya sendiri." Ia tersenyum ramah. "Ayah saya memang kejam, saya tidak bisa mengikuti orang tua yang seperti itu."

"Tapi?!." Ia mencoba membantah itu.

"Kakak tenang saja." Wu Xian menempelkan jarinya di bibir nona muda Xin Qian. "Cinta saya pada kakak itu tulus, tidak ada hubungannya dengan pertikaian antara ayah kita."

"Wu xian! Wu xian!." Nona muda Xin Qian menangis kuat, ia peluk erat tubuh pemuda itu. Hatinya semakin sesak, ia tidak tahu harus merespon seperti apa pada pemuda itu.

Kini Wu Xian, alias Lingyun Kai menyatakan cintanya secara terang-terangan?.

"Apakah aku pantas dicintai olehmu?." Dalam hatinya bertanya demikian. Dadanya semakin sesak mengingat semua yang telah terjadi di masa lalu.

"Kakak." Dalam hati Wu Xian. "Aku pasti akan melindungi mu, aku tidak akan membiarkan kau mati dengan mengenaskan." Ingatan masa lalunya kembali berkeliaran begitu saja.

Kediaman Menteri Xin Taio digeledah, dibawah komando Jendral Xiao Chen Tao atas tuduhan penyelundupan obat-obatan terlarang. Nona muda Xin Qian dieksekusi karena telah belajar ilmu racun yang sangat ganas.

"Kakak! Aku berjanji padamu, kali ini tidak akan terjadi lagi." Dalam hati Wu Xian telah bersumpah akan melindungi wanita yang ia cintai.

Namun di masa lalu ia tidak berani mengatakan itu. Selain karena faktor usia mereka yang terpaut jauh, reputasinya juga buruk di masa itu. Wajar saja Menteri Xin Taio tidak ingin anaknya dekat dengan laki-laki seperti dirinya.

Setelah diobati Wu Xian merasa lebih baik, tidak merasa nyilu lagi di punggungnya. Saat ini ia berendam air panas, tubuhnya sedikit kedinginan karena dampak racun itu.

"Wu xian." Nona muda Xin Qian duduk di pinggir kolam pemandian air panas. "Saya tinggalkan obat pereda sakit, juga obat penyembuh luka di sini." Ia keluarkan dua botol kecil dari bajunya. "Hanya ini yang bisa saya lakukan."

"Terima kasih kakak." Wu Xian tersenyum kecil. "Itu sangat membantu sekali."

"Jika kau terluka? Segera kirim kode pada saya." Ia menekan perasaan sesak di hatinya. "Jangan pendam sendiri, kau mengerti?."

"Baik kak, saya mengerti." Wu Xian merasa senang mendengar itu.

"Kalau begitu saya pergi dulu." Ia memberi hormat. "Pakaian ganti telah saya siapkan." Ia melihat ke arah samping, di mana dua pakaian hanfu hitam dan merah tergantung dengan indahnya.

"Terima kasih kakak." Wu Xian semakin berbunga-bunga.

Nona muda Xin Qian segera meninggalkan tempat, ia tidak tahan, merasa bersalah pada Wu Xian yang terluka karena melindungi ayahnya.

"Saya selalu melindungi tuan menteri dari jarak yang aman." Wu Xian menjelaskannya. "Saat hampir mendekati perbatasan, ada beberapa orang yang hendak menyerangnya." Ia menghela nafas panjang. "Tapi saya segera menarik perhatian mereka, menghadang mereka agar tidak mendekati tuan menteri."

Nona muda Xin Qian masih ingat dengan penjelasan Wu Xian, alasan kenapa punggungnya terluka.

"Saya kalah jumlah, mereka juga licik, menggunakan serbuk untuk mengelabui mata saya." Ia terlihat cemberut ketika menjelaskan itu. "Tapi untungnya saya ini kuat, sehingga mampu menghadang mereka semua." Kali ini ia memperagakan otot-ototnya. "Kakak tenang saja, saya mampu mengusir pengganggu tuan menteri." Ucapnya dengan penuh percaya diri.

Nona muda Xin Qian semakin tidak karuan mengingat kembali ucapan Wu Xian.

"Maafkan saya, telah membuat kau terluka demi melindungi ayah saya." Dalam hatinya terasa sakit. "Sedangkan ayah saya? Beliau sangat benci padamu wu xian." Ingin rasanya ia berteriak keras karena perlakuan ayahnya pada Wu Xian.

Sedangkan Wu Xian baru saja selesai berendam, ia mengenakan pakaian yang telah disiapkan nona muda Xin Qian.

"Wangi sekali." Ia cium lengan bajunya. "Terima kasih kakak cantik." Ia berjalan menuju kursi panjang, ia duduk di sana dengan santai, satu kakinya naik ke atas, menyandarkan punggungnya.

Bagaimana kelanjutannya?. Next.

...*** ...

1
Nurcahyo Budi Susetyo
jgn lama2 updatenya thor....jd penasaran
Sarah Q. M
Sedikit saran aja kakak author, kalau misalnya ngasih flashback di novel mending dituntaskan dulu deh, jangan dulu balik ke timeline sekarang. Iya, aku tau kalau di live action emang suka begitu dan bisa-bisa aja. Masalahnya ini novel yang setiap perpindahannya aja wajib ada labelnya dulu kayak, "kembali lagi ke masa itu... " atau "Beberapa bulan yang lalu... " dan kalau mau dijeda dulu scene flashbacknya juga harus kasih label "kembali lagi ke masa kini " jadi mending kayak gitu dulu habis scene Lingyun Kai dibawa ke sana, terus scene sekarang dengan obrolan mreka yang dengerin ceritanya Kai, terus lanjut flashback lagi. Meskipun ini saran aja yah kalau mau bikin flashback yang dijeda dulu di cerita-cerita berikutnya.

Soalnya kalau kayak gini, pas pertama kali ada scene lanjutan dari flashback agak membingungkan pembaca tentang latarnya di awal banget. Meskipun pada akhirnya pembaca tidak sebodoh itu untuk belum bisa nebak kalau ini lanjutan flashbacknya /Smile/.
Rettofuaia: muehehehe
total 3 replies
Sarah Q. M
Yeyyy sudah direstui! 🤭
Rettofuaia: dah terdesak itu, makanya direstui daripada menerima hukuman berat
total 1 replies
Sarah Q. M
"Kau ini biasa apa?" kok aku jadi agak bingung yah sama kalimatnya. Typo kah thor? Gak enak di dengar dan bikin bingung untuk dicerna 🙂
Rettofuaia: woke,,, entar diperbaiki lagi 😂😂
total 1 replies
Sarah Q. M
Sepengetahuanmu~
Rettofuaia: hm,,, bagaimana sepengetahuan mu tentang pangeran Qiang Long
total 3 replies
Sarah Q. M
Kok pendek banget?. ceritanya terlalu seru sihhh 🤩
Rettofuaia: terima kasih selalu mendukung karya aku
total 1 replies
Sarah Q. M
Bentar, bentar... kakak pertama yang mana nih maksudnya?
Rettofuaia: 3 menitan keknya
total 5 replies
Sarah Q. M
keturunan Kaisar kayaknya semuanya punya sifat manja dan aura charming-charming yang kuat dan memikat yah? 💖 ✨
Rettofuaia: Kaisarnya aja manja apalagi anaknya 🤣
total 1 replies
Sarah Q. M
Lanjyuttt! Jangan berhenti!! (nada karakter merah putih one for all) 🤣
Sarah Q. M
"Tepis kuat tangan istrinya" gak sih harusnya? 🙂
Rettofuaia: salah ya?
total 3 replies
Sarah Q. M
Puas aku akhirnya beliau tau juga ☺
Rettofuaia: juga takut sama lingyun kai
total 1 replies
Ezza
lanjut terus kak jangan lama lama
Rettofuaia: akan diusahakan secepatnya
total 1 replies
Sarah Q. M
Kalau dipikir-pikir Kai identitasnya banyak bener dah. Apa gak pusing tuh keluarganya (all protagonis di sini) 😩. Ada Lingyun Kai, Wu Xian, Rua Yuxuan, dan yang paling membagongkan tentu Yang Mulia Pangeran Keempat. Buset banyak banget 😂.
Rettofuaia: hooh, tapi yang tau dia 1 orang cuma An Hong, dan Mingmei yang punya insting yang tinggi
total 3 replies
Sarah Q. M
Aku jujur agak kecewa sama alur Qianlong sama Lingyun Kai di cerita ini. Qianlong ini kayak kurang dapet spotlight gitu, padahal dia anak kandungnya Jenderal Xiao Chen Tao. Sayang banget kematiannya terlalu cepet. Anehnya pas baru tau dia anak jendral kayak la langsung nurut aja. Padahal 'kan harusnya dia lebih terikat sama keluarga yang udah bertahun-tahun bersamanya.

Terus, masa dia gak ada rasa sayang atau apa gitu sama keluarga kaisar yang udah besarin dia? Aneh aja gitu, kecuali emang dari awal dia udah gak suka sama "keluarganya" dan ngerasa saingan terus sama kakak-kakaknya buat jadi pewaris. Tapi, masalahnya, hal-hal kayak gitu tuh gak ada sama sekali di ceritanya. ☹️

Malah, kalau Qianlong gak terlalu disorot gitu, mendingan dia dijadiin protagonis aja. Jadi, dia nolak perintah jenderal dan milih ngelindungin keluarga yang udah nampung dia selama ini. Terus, dia kerja sama sama Kai. Itu pasti lebih keren, lebih seru, dan lebih epik! 😩

Nah, kalau kayak gini, Qianlong tuh kayak karakter yang nanggung banget. Mau dikasihanin, dia malah kayak gak tau diri karena berkhianat. Tapi, mau dibilang puas juga kayak "Rasain lo! Emang dasar anak bapaknya!" kita juga gak pernah dikasih liat gimana sifat Qianlong sebelumnya. Jadi, gak ada alasan buat kita ngerasa iba atau puas sama kematiannya. Akhirnya, karakter dia tuh kayak terkesannya gak ada gunanya, gak hidup, dan malah bikin bingung 😕❓.
Sarah Q. M: Ongeyy
total 4 replies
Ezza
lanjut terus kak
Rettofuaia: sedang diusahakan,,, masih menunggu dipublikasikan. terima kasih dukungannya ya 😘
total 1 replies
Sarah Q. M
Heh! Berani-beraninya kamu mengumpati An-hongku tercinta! 😤.
Meski dalam keadaan tak terkendali tetep agak sedikit kesal aku wak 😃.
Rettofuaia: Aman kok
total 5 replies
Sarah Q. M
Racun keramat ☠️💀
Rettofuaia: racun paling mematikan
total 1 replies
Sarah Q. M
Dimana Xin-qian thor?!! Dia harus tau Ruo Yuxuan itu Lingyun Kai!!!
Rettofuaia: sabar, masih ada lanjutannya
total 1 replies
Orimura Ichika
semangat author 😆😆😆✊
Rettofuaia: woke,,, 😍
total 1 replies
Sarah Q. M
Sedikit kasihan sih aku sama Si Qianlong yang mati. Tapi bersyukur juga karena dosanya belum sebanyak bapaknya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!