NovelToon NovelToon
Lama-lama Jatuh Cinta

Lama-lama Jatuh Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Pengantin Pengganti Konglomerat
Popularitas:182
Nilai: 5
Nama Author: Nur Yani

Prolog :
Nama ku Anjani Tirtania Ganendra biasa di panggil Jani oleh keluarga dan teman-temanku. Sosok ku seperti tidak terlihat oleh orang lain, aku penyendiri dan pemalu. Merasa selalu membebani banyak orang dalam menjalani kehidupan ku selama ini.
Jangan tanya alasannya, semua terjadi begitu saja karena kehidupan nahas yang harus aku jalani sebagai takdir ku.
Bukan tidak berusaha keluar dari kubangan penuh penderitaan ini, segala cara yang aku lakukan rasanya tidak pernah menemukan titik terang untuk aku jadikan pijakan hidup yang lebih baik. Semua mengarah pada hal mengerikan lain yang sungguh aku tidak ingin menjalaninya.
Selamat menikmati perjalanan kisah ku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Yani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Canggung

“Aku suka saat kamu panggil Mas angga dengan sebutan Mas deh Jan.” Jani melirik ke samping, hari ini Calvin yang sibuk bersikeras ingin mengantarnya kerja padahal arah mereka berlawanan.

“Maksudnya Kak Calvin mau di panggil Mas?” Mengangguk malu-malu. Jani jadi tertawa melihat tingkah Calvin yang menggemaskan. “Mas Cal, atau Mas Vin enaknya?” Tanya Jani menggoda Calvin yang kegirangan.

“Mas Vin lebih enak di dengan ya Jan. lebih membumi. Hahahaha….” Mereka tertawa terbahak bahak merasa lucu.

Akhirnya setelah hawa dingin yang selalu menyertai langkah mereka, suasana hari ini membuat siapa saja yang melihatnya merasa hangat.

Sepanjang perjalanan Calvin tidak melepaskan genggaman tanganya, bahagia sekali mendengar Jani juga menyayanginya setelah beberapa bulan menunggu. Calvin khawatir akan di tinggalkan lagi karena dirinya tidak bisa hidup seperti manusia kebanyakan.

Dunia kerjanya kejam, Calvin tidak di biarkan bersantai menikmati waktu luang. Banyak tenggat pekerjaan yang harus segera dirinya selesaikan segera. Meski ingin sebentar saja berhenti dan memanjakan Jani dengan segala perhatiannya, Calvin belum bisa untuk saat ini.

“Sudah sampai Kak.” Jani menyadarkan Calvin yang tenggelam dalam lamunannya. Mengecup punggung tangan Jani sebelum melepaskannya. “Jani masuk ya Kak.”

“Iya sayang, hati-hati. Hubungi aku atau siapa pun jika kau mengalami kesulitan.” Jani mengecup pipi Calvin dengan lembut. Mencium tangan Calvin sebagai tanda ketaatan nya pada Suami.

“Siap Mas Vin nya Jani. Assalamualaikum.”

“Wa’alaikum salam Jan.” Jani segera melangkah menjauhi mobil yang mengantarkannya.

Tidak butuh waktu lama Jani sudah berada di lobby kantor.

“Jani…..” Jani berbalik mencari sumber suara yang meneriaki Namanya. Senyumnya merekah dengan sempurna. “Jan….” Jani ikut berlari kecil sambil merentangkan kedua tangannya. “Kangen…”

“Kok bisa di sini Run?” Runi menunjuk sebelahnya dengan bibirnya. Ada Kak Sam di sana. “Ihhhh….kangen Run. Maaf yah kemarin aku gak bisa dateng.”

“Iya gak papa, aku mampir ke rumah Mas Angga tapi katanya kamu gak pulang ke sana. Kamu ngontrak ya Jan? Dimana? Kok gak cerita-cerita Jan.” Jani bingung harus jawab apa.

“Hay….” Jani menghela nafasnya lega, ada Axel yang baru saja muncul mengalihkan perhatian Runi.

“Kenapa gak dateng Xel? Padahal aku se arah loh tadi sore.”

“Gak seru kalau kita Cuma berdua Run, Hay Kak.” Axel menyapa Sam dengan sopan.

“Apa kalian betah magang di sini? Kalau tidak kerasan kalian bisa ajukan surat untuk pindah ke pihak kampus. Jangan di paksakan.” Ketus sekali nada bicaranya.

“Sejauh ini masih baik-baik saja Kak.” Jawab Axel mewakili.

“Terutama kau Jan, jangan paksakan diri jika memang perusahaan ini tidak bisa membuat kamu nyaman. Kak Sam akan cari cara supaya kalian bisa pindah ke tempat yang lebih baik jika kalian butuh bantuan.”

Axel dan Jani saling menatap.

“Akan kami kabari jika memang keadaan menjadi sulit Kak, aku akan jaga Jani Kak.” Sam menepuk pundak Axel bangga. “Kau bisa mengandalkan ku.”

Runi melambaikan tangan memecah keheningan yang tiba-tiba saja terjadi.

“Aku datang ke sini karena Kak Sam bersikeras ingin bicara pada kalian. Dia khawatir.” Kata-kata terakhir di ucapkan pelan.

“Terimakasih sudah datang Kak, Jani senang Kak Sam masih ingat Jani.” Sam mengusap lebut kepala Jani.

“Tentu saja Jan, kau sudah seperti adik Kakak. Tolong jangan pernah memaksakan apapun yang sudah tidak bisa kalian tanggung sendri, minta orang dewasa untuk menyelesaikan masalah kalian.” Axel tersenyum canggung mendengar perhatian yang menurutnya berlebihan itu.

“Ya sudah, kami pulang yah Jan…Xel…ini Bunda bekali kalian makan siang.” Jani menerima saja meski mereka sudah di fasilitasi makan siang di kantin kantor secara gratis.

“Kenapa sikap Kak Sam begitu Jan?” Tanya Axel penasaran.

Jani hanya mengedikkan bahunya, dirinya juga tidak tau kenapa Kak Sam sangat terdengar tidak suka dengan perusahaan tempat mereka PKL.

Drrrtttt....drtttt....

“Jani…maaf membuat kalian tidak nyaman dengan kata-kataku tadi, aku hanya ingin memastikan kalian berada di tempat yang seharusnya. Jangan pernah mau di rendahkan atau di manfaatkan oleh orang lain, Kak Sam selalu ada untuk Jani yah Dek.” Jani berkaca-kaca membaca pesan yang Sam kirimkan padanya.

“Kenapa?” Jani memperlihatkan isi pesan yang mengharukan.

“Lebay…dia itu suka padamu.”

Jani melotot, Kak Sam tidak seperti itu.

“Tidak ada laki-laki yang baik begitu saja Jani, kau jangan terlalu polos. Kalau perlu kau harus jujur padanya kalau kau sudah punya suami.” Lift terbuka sebelum Jani bisa membalas ucapan Axel padanya.

“Jangan sampai dia menaruh harapan seperti yang aku lakukan. Sakit rasanya Jan. Tapi aku tahu bukan salah mu aku menyukaimu.”

Jani hanya bisa mematung di tempatnya, ada Naya yang berdiri di depan lift dan dengan jelas mendengar ucapan Axel.

“Pagi….” Sapa Naya pada keduanya.

Axel tersenyum canggung dan berjalan cepat meninggalkan Naya dan Jani. Merutuki mulutnya yang tidak bisa menahan emosi dan melampiaskan amarahnya pada Jani.

“Hay…Jan.” Jani berjalan lemas ke arah Naya. “Kalian bertengkar yah?” Jani menggeleng malas menanggapi. “Gemas ihhhh…..”

"Bukan gitu Nay."

"Iya juga gak papa Jan, namanya juga hubungan. Pasti ada berantem-berantem nya dikit." Jani hanya tersenyum, bingung harus menjawab apa.

“Oh iya Jan, siang nanti aku, kamu, Axel, Bu Sasa dan Pak Sapto ada kunjungan ke Gudang yah. Cek email deh.” Jani segera duduk di kursinya. Menuruti apa yang Naya arahkan karena dirinya memang masih sangat baru.

“Apa saja yang harus Jani bawa Kak? Selain yang tertulis di dalam tugas.” Naya menjelaskan dengan gamblang. Beruntung sekali Jani punya senior yang sangat baik dan perhatian. Kalau Axel jangan ditanya, dia pintar dan cepat tanggap.

***

“Bagaimana perkembangan proyek di Malang dan Surabaya Ra? Apa bisa rampung bersamaan?” Tanya Calvin yang sedang membaca beberapa laporan yang Ara bawa karena harus segera di tanda tangani.

“Aku mau nya selesai bersamaan bisa gak Ra? Aku tidak bisa bolak balik luar kota terus meninggalkan Istriku sendirian.”

“Sejauh ini laporan dari perkembangannya cukup baik Bos. Aku akan minta mereka selesaikan bersamaan agar peresmiannya bisa bersamaan juga.” Calvin tersenyum puas. Ara memang selalu bisa dirinya andalkan.

“Di kirim ke mana Istriku hari ini Ra? Jani bisa sakit kalau bekerja seperti kita Ra, jangan berikan dia beban yang terlalu berat Ra.” Suaranya seolah seperti sedang memohon agar Jani nya tidak di repotkan dengan tugas kantor yang tidak bisa dia hindari sebagai karyawan magang.

“Infonya ada kunjungan ke Gudang penyimpanan yang hari ini harus di lakukan penghitungan ulang untuk stok aluminium yang bisa di gunakan untuk proyek di Jakarta Pusat yang akan segera berjalan.”

Calvin mengusap dadanya yang tiba-tiba saja terasa sesak. Ara dengan sigap menyodorkan air mineral pada Calvin.

“Kenapa perasaan ku tidak enak.” Calvin menegakkan duduknya. “Minta penjagaan hari ini diperketat Ra, aku ingin Jani tetap aman di manapun dia berada.” Ara mengangguk dan segera mengirim pesan pada Juan, supir sekaligus orang yang diberi tugas menjaga Ara.

***

“Bagaimana Jan, sudah kau hitung ulang ruangan nomor tiga?” Tanya Sasa yang sedang berpeluh keringat mengerjakan tugasnya yang cukup berat hari ini.

“Ada sembilan puluh Bu, ada dua baris yang kosong di ruangan tiga.” Sasa mengangguk paham. “Apa Jani perlu periksa ruangan lain Bu?” Sasa menggeleng.

“Untuk hari ini cukup satu Jan, kau hari ini hanya belajar. Kunjungan seperti ini dilakukan hanya saat akan ada proyek pembangunan baru untuk tahu berapa banyak aluminium yang kita miliki. Dari sini kita akan hitung berapa kisaran kekurangan yang di butuhkan.”

“Bu….” Sasa dan Jani sama-sama terkejut mendengar suara Axel yang tiba-tiba dan mengagetkan. “Maaf.” Axel menggaruk tengkuk nya merasa tidak enak hati.

“Kaget Xel, kau sudah selesai?” Axel mengangguk dan menyerahkan catatannya begitupun Jani pada Bu Sasa.

“Istirahat dulu saja yah kalian, aku lanjut beberapa ruangan lagi. Di ujung sana ada ruang tunggu, kalian bisa tunggu di sana yah.” Sasa segera berlalu meninggalkan dua insan yang saling menatap dalam canggung.

“Ayo tunggu di sana.” Ajak Axel yang jalan duluan. Jani mengikuti di belakang Axel. “Minum, kau pasti haus kan.”

“Makasih Kak.” Axel mengacuhkan Jani, dia pura-pura sibuk dengan ponselnya.

“Kak”

“Jan”

Jani dan Axel saling membuang muka, lagi-lagi melakukan hal yang membuat kecanggungan semakin bertambah.

“Kau duluan Jan.”

“Tolong jangan beritahu siapa pun kalau Jani sudah menikah ya Kak, Jani takut jadi tidak nyaman yang lainnya.”

“Yang lain atau kau Jan?” Jani menunduk, permintannya memang konyol.

“Jangan khawatir, aku bukan orang yang suka menyebar gossip.” Jani memilih diam, bicara dengan Axel membuat jantungnya serasa mau copot.

Braakkkkk….srakkkkk…..

Awwwwwww…….

“Kak Axel….Kak….Kak….Tolong….Tolong….”

Jani berteriak meminta pertolongan saat tiba-tiba saja tumpukan besi roboh.

Axel memeluk Jani erat dan mengorbankan tubuhnya agar Jani tidak terluka.

Beberapa orang yang melihat kejadian nahas itu langsung berlari dan mencoba memindahkan besi yang masih berada di atas tubuh Axel yang memeluk Jani erat.

Jani histeris, ada tetesan darah dari kening Axel. Kepalan pasti terbentur cukup keras.

“Kak….Kak Axel…..Kak.”

Panggil Jani terus menerus merasa ketakutan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!