Welcome to the sequel of You're Mine Brianna
Perjalanan seorang Hana Elodie Brown menghindari Ayahnya yang otoriter terhadap dirinya. Berbagai cara ia lakukan agar hidupnya bisa terbebas dari aturan yang menurutnya tak sesuai dengannya. Sampai pada suatu ketika, Hana dipertemukan oleh takdir dengan seorang pria yang tak pernah ia inginkan semasa hidupnya, Daniel Leonardo Smirnov. Seorang mafia yang dunianya penuh dengan kegelapan melebihi tempat tergelap di dunia. Mampukah Hana menjadi penerang bagi Daniel dan akankah Daniel mampu memberikan kehidupan yang diinginkan oleh Hana? Simak terus kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arashka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Pangeran?
Pagi-pagi sekali, Nikolai sudah berada di kediaman Daniel untuk memberikan informasi yang semalam diminta oleh Tuannya itu. Sembari menghisap rokoknya, Daniel mendengarkan dengan seksama.
"Jelaskan, Nikol." titah Daniel.
Nikolai pun membeberkan semua informasi yang ia dapat mengenai Evans Davies Hall. "Evans ternyata seorang putra mahkota dari kerajaan Winston di Inggris. Ayahnya adalah Jeremiah Winston Hall, dan ia keturunan bangsawan Inggris yang saat ini menjabat sebagai penguasa ke delapan." ujar Nikolai.
"Jadi, ayahnya adalah seorang raja?" tanya Daniel.
"No. Jeremiah bukan raja, melainkan pemilik gelar aristokrat tinggi yang bersifat turun temurun. Ia memimpin dan mewarisi properti milik keluarganya seperti Winston Castle yang sampai saat ini masih dimiliki oleh keturunan kerajaan Winston."
"Jelaskan lagi." ucap Daniel meminta penjelasan lebih.
"Evans Davies Hall menjadi pewaris tahta serta properti keluarga aristokrat, dan saat ini ia menjabat sebagai pengganti pewaris, ia akan menjadi penguasa ke sembilan setelah ayahnya. Ia juga memiliki seorang adik laki-laki bernama Edward Danies Hall. Keduanya sudah menikah, dan sang adik memiliki putra putri yang cantik. Sedangkan Evans hingga saat ini masih belum memiliki keturunan dari istrinya, Willa Alexander."
"Aku sekarang mengerti, mengapa pria pengecut itu tiba-tiba menghampiri Hana di restauran." ujar Daniel.
"Memangnya dia siapa, Daniel? Kau tidak sedang bertransaksi dengan keluarga kerajaan bukan?" tanya Nikolai.
"Dia ayah biologis Liam." jawab Daniel.
"What??! Ayah biologis Liam dari kalangan kerajaan? Pesona Hana memang tidak bisa dianggap sepele. Seorang putra mahkota bahkan terpikat padanya, tapi sayang ia terlalu pengecut." sahut Nikolai.
"Aku rasa dia akan merebut Liam dari kalian, Daniel. Mengingat sudah hampir tiga tahun menikah, Evans bahkan masih belum memiliki keturunan dari istrinya." ujar Nikolai.
"Ya, perebutan kekuasaan memang akan selalu terjadi di istana. Apalagi adiknya Evans sudah lebih dulu memiliki keturunan, Evans pasti tidak akan membiarkan kekuasaan jatuh ke tangan adiknya."
"That's right." sahut Nikolai.
TOK TOK TOK
Pintu ruang kerja diketuk dari arah luar. Di detik berikutnya pintu terbuka dan menunjukkan sosok Hana yang sudah sangat cantik dengan balutan crop top putih dan celana jeans serta tambahan headband di kepalanya.
"Hei baby.." ucap Daniel.
Hana pun mendekat ke arah Daniel dan duduk di pangkuannya.
"Kalian sedang membicarakan sesuatu?" tanya Hana.
"Heem.. Kami sedang mencari informasi mengenai Evans."
"Dan apa yang kalian dapatkan?" tanya Hana ingin tahu.
"Evans seorang putra mahkota dari Kerajaan Winston di Inggris."
"Apa??!!"
"Kau benar-benar tidak mengetahuinya, Hana?" tanya Nikolai keheranan. Pasalnya Hana pernah menjalin hubungan dengan Evans cukup lama hingga mereka memiliki seorang anak meski akhirnya hubungan mereka berakhir.
"Aku tidak pernah mengetahui asal-usulnya, dia tidak pernah menceritakannya padaku. Kami bertemu saat kami bekerja di satu perusahaan yang sama milik Axel." jawab Hana.
"Dia menyembunyikan identitas aslinya." sahut Nikolai.
"Ini sangat diluar dugaanku. Aku semakin takut, Daniel. Aku takut mereka akan.."
"Ssstt, itu tak akan terjadi." ucap Daniel sembari menempelkan jari telunjuknya di bibir Hana.
"Jangan khawatir, Hana. Aku pun akan melindungi keponakanku yang sangat pintar dan menggemaskan itu. Lagi pula yang terpenting itu adalah the real father, not just biological father. Untuk apa memiliki seorang ayah bangsawan jika dari awal bahkan Evans tidak menginginkan dan tidak peduli mengenai anaknya." ujar Nikolai.
"Ya, kau benar Nik. Terimakasih."
"Tuan, makan pagi sudah siap." ujar Semyon yang baru saja tiba.
Akhirnya mereka pun turun ke bawah untuk makan pagi bersama. Setelah selesai, mereka bertiga pergi ke taman belakang mansion dan bersantai di sana sekaligus membahas pernikahan yang akan dilakukan oleh Daniel dan Hana di bulan depan. Daniel, Hana serta Nikolai membicarakan beberapa point penting sembari menghisap rokoknya masing-masing.
"Aku mau pernikahan yang sederhana saja, Nik." ucap Hana kepada Nikolai.
"Sesuai keinginan anda, Nyonya Muda Smirnov." jawab Nikolai dengan tersenyum.
"Kau ingin request yang lain? Misalkan ingin mengadakan pesta di pinggir pantai?" tanya Daniel.
"Ya, itu ide bagus. Apakah boleh?"
"Tentu saja sayang, apapun untukmu." sahut Daniel.
"Tapi tak usah, yang penting tempatnya indah dan sejuk." ucap Hana.
"Mommy.." ucap Liam dari arah belakang mereka.
Mata Hana terbelalak, ia terkejut mendengar suara anaknya. Dengan cepat Daniel segera mengambil benda berbentuk panjang itu dari tangan Hana kemudian ia membuangnya di sebuah asbak. Daniel juga membersihkan pakaian Hana dari sisa-sisa abu tembakau. Hana berharap Liam tidak melihatnya.
"Hai sayang, kau sudah bangun?" Hana membawa Liam ke atas pangkuannya.
"Bahkan aku sudah sangat wangi sekali." jawab Liam.
"Huummm.. Kau benar, saaaangat wangi." ucap Hana sembari menciumi pipi Liam dan menghirup dalam-dalam aroma ceruk leher Liam.
"Kau tidak menciumku, son?" ujar Daniel yang sepertinya iri karena Liam masih saja fokus dengan sang ibu.
"Wait Dad, aku masih rindu dengan Mommy." jawab Liam.
"Astaga, kau bahkan setiap hari bersamanya, Liam."
"Jangan begitu, Niel. Kau saja setiap hari bersama Hana tapi kau masih saja merindukan wanitamu itu." Nikolai ikut menyahuti.
"Ha ha ha baiklah aku menyerah."
"Tuan, ada masalah lagi dalam pengiriman ke Odintsovo."
"Lagi? Apa kau tidak bisa mengatasinya?" sahut Daniel dengan dingin. Ekspresinya yang ditampilkan saat ini sangat berbeda dengan tadi. Jika sudah membahas mengenai pekerjaannya pria itu akan bersikap tegas.
"Aku sudah melakukannya, Tuan. Tapi tiba-tiba ada sekelompok lain yang menembaki ku. Aiishh fuck! Aku butuh bantuan sekarang, Tuan."
Sambungan telepon dari Gaston terputus begitu saja. Daniel segera beranjak dari duduknya kemudian mencium pipi Hana dan Liam secara bergantian.
"Aku pergi dulu, ada yang harus ku selesaikan. Liam, jaga ibumu di sini. Mengerti?" ucap Daniel.
"Aku mengerti, Daddy." sahut Liam.
"Nikol, kita berangkat sekarang. Gaston memerlukan bantuan."
Hanya membutuhkan waktu kurang dari tiga puluh menit, Nikolai, Daniel dan beberapa anak buahnya kini sudah bergabung di lokasi. Keadaan Gaston sudah sangat terdesak. Suara tembakan bahkan saling bersahutan. Teriakan pun terdengar tak kalah kencang saat sebuah peluru atau sabetan pedang mengenai anggota tubuh mereka.
"Ini di luar dugaanku, Tuan." kata Gaston dengan nafas yang terengah-engah.
Gaston sudah berjuang habis-habisan untuk mempertahankan barang dengan nilai jutaan rubel itu. Selama ia bekerja di bawah telunjuk Daniel, ia tak pernah mengalami kegagalan. Tapi malam ini ia hampir saja mendapatkan hukuman dari Daniel.
"Brengsek, untuk apa mereka mengusik kita. Ini sudah kali kedua terjadi penyerangan saat kita melakukan transaksi." geram Daniel yang terus saja membidik lawannya.
"Sepertinya ini karena barang kita yang masuk ke pasar mereka."
"Tidak mungkin, aku sudah membayar lebih untuk pencegahan hal itu." jawab Daniel.
"Sepertinya memang bukan karena itu. Tadi aku melihat salah satu tanda di tubuh mereka yang menandakan bahwa mereka adalah komplotan dari Polandia." sahut Nikolai.
"Kau yakin, Nikol?"
"Entahlah.."
Daniel langsung memukul kepala Nikolai karena ucapannya yang selalu saja tidak membuatnya yakin.
"Bekerjalah dengan benar, Nikol! Kau tidak bisa menebak sembarangan, kau harus memastikan bahwa itu memang fakta!" tegas Daniel.
"Baik bos!"
"Kita maju ke depan, kau ikuti aku Nikol!" titah Daniel dan Nikolai langsung mengangguk cepat.
Daniel berjalan maju ke depan sembari menembaki musuhnya. Daniel akan membuat mereka membayar semua kerugian yang dialaminya dengan nyawa mereka. Di belakang Daniel, Nikolai berjalan mengekori yang juga sedang menembaki musuh. Ketika sampai dua puluh langkah di depan, Nikolai berpisah dan ia memilih untuk berjalan ke bagian sisi kanan.
"Susuri bagian sana, Nikol. Habisi mereka tanpa sisa!" titah Daniel.
"Dan kau Gaston, awasi bagian depan. Aku akan berjalan ke belakang" ujar Daniel melalui sebuah earpiece karena Gaston ditempatkan dari jarak jauh oleh Daniel setelah ia melihat Gaston yang sudah mulai kelelahan.
"Aakhh.. Brengsek!" Daniel merasakan sakit di bagian tangannya karena ternyata ada seseorang yang menyerangnya menggunakan sebuah pisau. Pisau tersebut menggores bagian lengan dan seketika membuat kemeja putih yang dipakainya robek dan berubah warna.
"Berani-beraninya kau!"
Daniel menendang pria tersebut hingga tersungkur, kemudian ia langsung menembaknya tepat di bagian jantungnya.
"Tuan, musuh berhasil di lumpuhkan." ucap Gaston memberikan kabar baik.
Semua anggota Bratva bersorak sorai merayakan keberhasilan mereka dalam merebut kembali barang yang hampir menjadi milik musuh. Meskipun ada kerugian yang harus di tanggung, tapi itu bukan masalah besar.
"Tuan anda terluka." ujar salah satu anak buahnya.
"Tak apa, ini luka kecil." jawab Daniel sembari menghisap rokoknya.
"Ayo kita kembali ke mansion, kau harus segera di obati." ujar Nikolai.
"Kita ke rumah Edmon saja, aku tak mau membuat Hana khawatir." sahut Daniel.
Di sisi lain, seorang pria sedang menghisap rokoknya sembari mengamati bagaimana anak buahnya mati tak tersisa. Tapi tak ada kemarahan dalam diri pria itu. Ia hanya menyeringai seolah ini adalah bukan permainan yang sesungguhnya.
"Welcome, Kakak ku tersayang."
TBC