Dalam perjalanan pulang dari kantor Sheryl tiba-tiba bertemu dengan cinta monyetnya waktu SMA yang pernah membuatnya patah hati, tapi ternyata dia sudah punya anak. Akankah cinta itu tumbuh lagi setelah 10 tahun berlalu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon housewife, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cuma teman
Keesokan paginya ketika Johan sedang bersiap-siap untuk berangkat kerja, tiba-tiba ada yang mengetuk pintunya. Johan membuka pintu, dilihatnya ternyata yang mengetuk adalah Galih, satpam yang menjaga hunian tersebut.
"Ada apa mas? Tanya Johan pada Galih.
"Ini mas Jo semalam saya menemukan dompet di depan gerbang di pinggir jalan. Sepertinya ini punya teman mas Jo yang terserempet motor." jawab Galih sambil menyerahkan dompet tersebut.
Johan pun mengecek isi dompet tesebut, didalamnya ada KTP yang bertuliskan nama Tasya.
'Benar dompet ini punya Tasya. Haa...mau nggak mau aku harus ke tempat kosnya lagi dong.' katanya dalam hati.
"Ya mas benar ini punya teman saya, nanti saya kembalikan, terima kasih mas Galih." ucap Johan.
"Ya mas sama-sama." balasnya.
Johan melirik jam tangannya. Waktu menunjukkan masih ada lima belas menit lagi sebelum jam enam. Johan memutuskan untuk mengembalikan dompetnya sebelum berangkat kerja.Johan mengirim pesan pada Sheryl bahwa hari ini dia tidak bisa menjemputnya dengan alasan kesiangan.
Dia berjalan ke tempat kost Tasya. Johan yang ingat suara perut Tasya semalam, berinisiatif mampir ke mini market dekat rumahnya untuk membelikannya makanan. Hal itu dilakukannya karena merasa bersalah atas kejadian yang menimpa tasya.
Setelah sampai di depan pintu kamar Tasya, Johan mengetuk pintunya.
TOK TOK
"Tasya." panggil Johan.
Tasya yang baru bangun dan masih sedikit mengantuk, berjalan terpincang-pincang untuk membuka pintunya.
"Ya sebentar." ucapnya dari dalam.
Begitu dia membuka pintu, dia terkejut ternyata yang datang Johan.
"Johan?"
"Aku kesini untuk memberikan ini." kata Johan to the point sambil menyodorkan kantong minimarket. Dia memalingkan wajah ketika melihat penampilan Tasya yang mengenakan gaun tidurnya yang tipis.
"Sudah ya, oh iya satu lagi. Kalau ada orang yang ketuk pintu harusnya kamu tanya dulu siapa. Jangan sembarangan buka pintu untuk orang lain. Aku pergi dulu." kata Johan buru-buru sampai Tasya yang baru bangun tidur jadi bengong dibuatnya.
"Ya..." jawab Tasya yang masih terpana tidak percaya dengan kedatangan Johan barusan.
Setelah Johan pergi Tasya melihat isi kantong tersebut. Ada sebuah dompet didalamnya dan juga makanan serta minuman untuknya yang sepertinya baru saja dibelikan Johan di mini market. Tasya tersenyum senang karena merasa diberi perhatian oleh Johan.
'Alhamdulillah dompet aku ketemu. Johan juga tahu kalau aku belum makan. Ya Tuhan bagaimana aku nggak berharap sama kamu Jo kalau kamu masih sebaik ini sama aku?' Ucap Tasya dalam hati sambil memeluk kantong belanjaan tersebut dengan riang. Tasya pun mengirim pesan pada Johan untuk berterima kasih.
"Terima kasih ya Jo, maaf aku jadi nyusahin kamu." ketik Tasya.
Pesan tersebut sudah terkirim tapi Johan belum membacanya. Di sisi lain, Johan pun merasa sedikit lega tindakan yang diambilnya paling tidak mengurangi rasa bersalah dalam dirinya. Johan berpikir dia hanya menolong karena alasan kemanusiaan. Namun dia tidak sadar bahwa hal itu malah membuat Tasya semakin ingin memilikinya.
***
Sheryl hari itu harus berangkat kerja dengan naik bis karena motornya ia tinggal di basement kantor. Dia pun berjalan dari rumah menuju halte di seberang gang rumahnya. Saat dia sedang menunggu bis, tiba-tiba ada mobil yang berhenti di depannya. Sheryl heran sepertinya mobil itu tidak asing. Sang pengemudi menurunkan kaca jendela mobilnya dan ternyata itu adalah Bimo.
"Ayo Sher naik." ucap Bimo sambil menurunkan kaca jendela mobilnya.
"Bimo? E...nggak usah Bim kamu duluan aja." jawab Sheryl.
"Sher ayo cepet." kata Bimo.
"Aku kan kemarin bilang kamu nggak usah jemput." jawab Sheryl.
Sher kamu pilih naik apa pilih dipecat?!" tanya Bimo sok galak.
Seketika Sheryl lupa kalau Bimo sekarang bukan hanya sekedar teman tapi dia juga adalah atasannya.
"Iya iya aku naik." kata Sheryl terpaksa lalu ia pun masuk ke mobil.
"Nah gitu dong hehee." ucap Bimo cengengesan.
"Dasar curang kamu ya pake ngancam-ngancam pecat aku segala, mentang-mentang sekarang udah jadi bos terus kamu bisa semena-mena gitu iya?" kata Sheryl
"Aku kan pria yang bertanggung jawab, gara-gara aku kamu harus ninggalin motor kamu di kantor. Aku nggak tega kalau kamu harus berangkat naik bis." ucap Bimo gombal.
"Hmph! Dengus Sheryl sambil manyun dan membuang muka.
'Ya Tuhan Sheryl ngapain sih pake manyun-manyun begitu bikin tambah gemes. Sial!
Hhh...Sabar... Sabar... Ini godaan Bim.'
"Harusnya kamu berterima kasih dong, itu berarti aku ini atasan yang memikirkan karyawan." kata Bimo.
"Tapi nanti kalau ada karyawan lain lihat aku diantar sama kamu gimana? Takutnya nanti jadi omongan orang Bim. Belum lagi kalau misalnya kepergok Johan, aku harus repot jelasin ke dia dong." ucap Sheryl.
"Tenang aja lah Sher, sebentar lagi juga sampai paling yang lain belum datang." kata bimo santai.
Memang harusnya mereka sampai kantor dalam waktu sekitar lima menit, Namun ternyata di depan ada truk yang mogok di tengah jalan sehingga menyebabkan kemacetan yang cukup panjang.
Setelah kurang lebih lima belas menit akhirnya mereka sampai di parkiran kantor, Bimo pun memarkirkan mobilnya. Sheryl celingak-celinguk ketika akan keluar dari mobil. Saat keadaan dirasa aman tidak ada karyawan lain yang melihatnya, Sheryl pun turun.
Begitu Sheryl turun, tiba tiba mobil Johan datang memasuki halaman parkir. Johan melihat Sheryl dan Bimo keluar dari dalam mobil yang sama. Mobil Johan melintas di depan Sheryl. Johan memarkirkan mobilnya di sebelah mobil Bimo.
Sheryl cemas, ekspresinya saat ini seperti orang yang sedang ketahuan selingkuh. Apa yang dikhawatirkannya pun terjadi. Johan turun dari mobil dan menghampiri Sheryl.
"Hai Jo." sapa Sheryl canggung.
"Sher, kok kamu bisa bareng Pak Bimo?" tanya Johan.
"E...aku..." jawab Sheryl terbata.
Sheryl melirik ke arah Bimo, namun ternyata Bimo sudah menghilang. Rupanya ketika Johan sedang memarkirkan mobilnya, Bimo diam-diam kabur duluan ke dalam gedung. Dia sengaja mengerjai Sheryl supaya Sheryl kerepotan memberi penjelasan pada Johan.
'Lah ke mana tuh anak? Kok tahu-tahu ngilang? Dasar Bimo kurang ajar, pasti dia sengaja ngerjain aku." batin Sheryl.
"Sher, kok malah bengong?" tanya Johan.
"Kita masuk dulu ya, nanti aku jelasin sama kamu di dalam." kata Sheryl.
"Nggak, kamu jelasin sekarang juga." tegas Johan.
"Tapi panjang ceritanya Jo." jawab Sheryl
"Ngga apa-apa masih ada waktu." kata Johan.
"Iya oke....oke. Mm....sebenarnya....aku sama Pak Bimo udah saling kenal Jo, kami teman sekolah." jawab Sheryl.
"Iya, terus?" tanya Johan lagi.
"Kemarin waktu pulang kerja, dia pingin ngobrol sama aku dan traktir aku makan. Dan dia ngajak aku naik mobilnya. Jadi motorku aku tinggal di sini. Dan tadi pas berangkat aku ketemu dia di halte, terus dia nawarin aku tumpangan." jelas Sheryl.
"Kok kamu nggak cerita dari awal kalau Pak Bimo teman sekolah kamu?" tanya Bimo.
"Maaf karena sibuk aku jadi lupa belum cerita ke kamu." jawab Sheryl.
Terus kamu mau aja diajak jalan sama dia?" tanya Johan dingin.
"Dia terman aku, dan hanya ingin ngobrol-ngobrol aja sama aku. Aku nggak enak kalau nolak Jo." jawab Sheryl.
"Dia sengaja jemput kamu di halte?" Tanya Johan curiga.
"Y-ya nggak, itu cuma kebetulan aja Jo aku tadi lagi nunggu bis terus dia lewat, udah cuma itu. Kamu marah ya Jo?" tanya Sheryl cemas.
"Ya gimana aku nggak marah, kamu jalan sama cowok lain. Kamu pikir aku nggak cemburu?" tanya Johan.
"Iya aku minta maaf, aku salah nerima ajakan dia. Aku juga cuma ingin ngobrol sebentar tentang teman-teman sekolah dulu, itu wajar kan Jo?" kata Sheryl.
"Tapi beneran dia itu dulu cuma teman? bukan mantan kan?" tanya Johan curiga.
"Bukan Jo sumpah aku nggak bohong." jawab Sheryl.
"Iya iya aku ngerti. Yaudah aku nggak marah lagi." jawab Johan.
"Makasih ya sayang, hehe..." ucap Sheryl cengengesan sambil merangkul lengan Johan.
Johan pun mencubit pipi Sheryl karena gemes.
"Aduh sakit." rintih Sheryl.
"Biarin itu hukumannya." gurau Johan.
...----------------...