Bagi seorang ibu selama khayat di kandung badan kasih sayang pada anak tak akan hilang. Nyawa pun taruhannya, namu demi keselamatan sang anak Suryani menahan rindu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosida0161, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Persiapan Pernikahan
Seperti yang telah dijanjikan. Adi menjemput Dila di kantornya. Mereka akan berkunjung ke Butik yang telah dipercaya untuk membuat baju pengantinnya. Dengan mempergunakan motor milik Adi, dan Dila sangat menikmati duduk di boncengan motor melingkarkan kedua lengannya ke perut calon suaminya.
Menyusuri jalanan Surabaya di siang hari. Tentu saja panas menerjang keduanya. Namun keduanya tak perduli.
Padahal kalau mau Dila bisa membawa mobil pribadi yang sehari-hari dibuat berkegiatan, dan untuk ke kantor.
Tak lama kemudian mereka sampai di sebuah bangunan megah sebuah butik yang sudah punya nama di kota Pahlawan. Butik Kita tertulis dengan warna emas di gerbangnya.
Seorang karyawati menyambut Dila dan membawa mereka ke dalam ruangan yang sejuk.
Beberapa gaun pengantin tergantung rapih.
"Ayo Mbak Dila monggo ini gaunnya," si karyawati dibantu karyawan lainnya mengeluarkan kebaya dan gaun pengantin yang sudah siap pakai
"Terima kasih Mbak," santun Dila menarima dua gaun pengantinnya
"Iki Mas" seru karyawan lainnya pada Adi.
"Terima kasih, Mas"
Adi menerima dua setel pakaian untuk dikenakan saat Ijab kabul dan malam resepsi di gedung.
"Di aku memilih menggunakan pakaian pengantin yang tertutup" ujar Dila sedikit berbisik pada Adi.
"Oh ya?" Adi kagum pada gadis yang kesehariannya belum berhijab itu.
"Ya kamu setuju kan kalau setelah pernikahan aku mau berhijab, " Dila minta persetujuan pada Adi.
"Wow luar biasa," sambut Adi, "Pastinya aku sangat mendukung dan kamu akan terlihat anggun jika menggunakan pakaian tertutup."
"Mosok?" Dila sedikit manja mengering Adi.
"Yo tenan, sungguh," angguk Adi meyakinkan calon istrinya.
"Terima kasih atas pujiannya calon suamiku tersayang," tertawa kecil Dila.
"Same same calon istriku tercinta" sambut Adi tersenyum tulus.
Keduanya saling tatap dan sama sama tersenyum, membuat karyawan yang melayani mereka merasa ikut bahagia. Mereka pun senyum senyum.
Adi takjub melihat calon istrinya saat sudah mengepas gaun pengantin lengkap dengan hijabnya. Gaun berwarna krem keemasan itu sangat membuat aura Dila begitu terpancar.
"Wah begitu indah dan MasyaAllah karunia Allah kecantikanmu Dik," terkagum kagum Adi pada Dila yang berhijab.
Dila tersipu.
Adi masih menatap gadis anggun dalam balutan gaun pengantinnya.
"Lho Mas Adi kok nggak ngepas jasnya sih,"
"Oh ya," segera Adi mengepas stelan jas dan celana panjangnya. Lalu menemui Dila "Sudah pas di badanku" serunya tentang setelan jas yang berwarna coklat muda dengan bros warna keemasan di dada kirinya.
"Wah Pelautku gagah nian," kerling Dila.
Adi tersenyum, "Terimakasih,'
"Nah sekarang kita coba pakaian untuk Ijab Kabul ya, Mas,'
"Siapa takut?" Adi tersenyum.
Semua pakaian untuk keperluan Ijab Kabul dan resepsi sudah dipas. Tak ada masalah, semua sesuai dengan ukuran badan.
Setelah itu Adi mengantarkan Dila kembali ke kantornya.
Seperti yang sudah dijanjikan dengan teman teman kecilnya Adi berziarah ke makam Jarot.
'Kang Jarot yang tenang ya, di sana aku nddak menyimpan dendam padamu. Wis jalane Gusti Allah, walau aku ada kecewa karena tabungan Ibuku hanya habis untuk judi dan mabuk," seru Adi diantara teman temannya.
"Ya padahal jika mau dibuat dagang pasti merubah hidupnya," sambung Firman.
"Ya Wis kelakuannya seperti itu. Maka Allah pun mengantarkannya ke penjara" ujar Feri yang sore itu mentraktir teman temannya makan dan minum.
"Kamu hebat Di sekarang calon pewaris kekayaan ayah angkatmu" ujar Adi.
"Yo kabeh pada pilihannya. Alhamdulillah kita semua berakhir begini masa dewasanya, tak terbayangkan jika masih di tangan Kang Jarot, ya, emboh nggak bisa dibayangkan," ujar Feri.
"Ya Allah kedatangan Adi membawa duit Kang Jarot silau dan merampas uang Adi. Maka semua terjadi dan kita bubar," sambung Idam.
"Ya, kedatangan Adi awal kebebasan kita, walau karena itu Adi jadi dirugikan" lanjut Rivai.
"Ya sudah nddak apa Wis jalani, aku juga waktu itu bingung harus pergi kemana, ya sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa, kita bertemu, berpisah dan sekarang bertemu lagi,"
Feri terkejut mendengar kisah Adi yang sebenarnya, "Jadi kalian detektifnya Adi?" Lanjutnya menatap Firman, Idam serta Rivai dan Gani.
"Ya kami bagi bagi tugas," angguk Firman bersemangat
"Jangan khawatir jika Ibumu masih di sekitar Surabaya serahkan pada mereka," ujar Feri tentang empat sekawan pengacara yang sudah beberapa kali membantu perkara kliennya, dan menemukan terdakwa yang sudah operasi plastik beberapa bulan lalu.
"Aamiin" angguk Adi.
"Di besok kita mulai beraksi lagi ntuk pencarian ibumu, doakan ya kami berhasil menemukan jejak Ibu Suryani." Firman menatap Adi.
"Ya terima kasih atas semangat kalian, Allah Maha Baik mempertemukan kita," apa yang dikatakan Adi tulus dari hatinya. Dengan bergabung kembali bersama teman teman di pantinya dulu, membuatnya tak sendiri dalam menghadapi pencarian ibunya.
"Berapa lama cutimu, Di?" Idam menatap Adi.
"Dua Minggu, aku sudah kemarin sampai di Surabaya,"
"Dua belas hari lagi," ujar Feri.
"Tapi kan dia mau bulan madu nggak mungkin kita ganggu l," goda Rivai tertawa.
"Aku nggak ada acara bulan madu. Paling hanya jalan jalan di Surabaya saja, karena aku sangat fokus pada pencarian ibuku, kebetulan Dila juga mengerti perasaanku,"
"Muda mudahan ya, Di semua berjalan lancar," ujar Firman.
"Kalau semua selesai dan endingnya happy, kita buat arisan bulanan, supaya istri kita saling kenal kan seru' ujar Gani yang baru menikah tahun lalu.
"Benar" angguk Firman yang sudah punya anak umur satu tahun. Diantara mereka dia paling tua. Umurnya sudah dua puluh sembilan tahun.
"Nah kita harus Carikan Feri calon istri," usul Gani.
Adi menatap Feri, 'Fer umurmu Piro?"
"Dua empat aku sudah ada pacar nanti kukenalkan, tapi aku harus tunggu pacarku selesai tugas di pedalaman dulu baru menikah."
"Pacarnya Adi dokter," ujar Idam.
"Ya semoga semua berjalan lancar, Fer," ujar Adi.
"Ya, Di,"
Berpisah dengan Firman cs membuat Adi memiliki keyakinan bahwa ibunya bisa ditemukan.
*
Kesibukan di rumah Sugandi sudah mulai digerakkan. Walau semua acara pesta perkawinan Dila dan Adi akan dilaksanakan di gedung. Namun para asisten pun dilatih untuk turut bertugas sesuai dengan bagian masing-masing.
Mak Minah bertugas sebagai koordinator para asisten rumah tangga.
Sri bertugas di bagian keperluan pengantin. Ia tak boleh lalai tentang keperluan Dila. Walau sudah ada juru rias serta yang bertanggung jawab dalam semua keperluan non majikannya itu, tapi dirinya harus menjaga jangan ada yang tertinggal sebagai pengamanan calon pengantin.
Yanti tetap bertugas memperhatikan para undangan. Walau sudah ada yang lebih. Mengerti soal memandu undangan, tapi tetap ada orang dalam yang harus pula memperhatikan.
Suryani bertugas mengawasi catering, atau konsumsi bersama Mak Minah.
Sama seperti keperluan lainnya. Catering pun sudah aman karena pihak penyelenggara pengadaan jamuan makan pesta sudah berpengalaman. Pastinya tak lagi diragukan tentang jamuan makan pesta pernikahan Dila.
Tapi tetap harus ada orang sendirinya yang turut memantau. Suryani yang ditugaskan.
"Anakku semoga lancar acara pernikahanmu. Ibumu sangat bahagia tak sabar ingin melihatmu menjadi bintang bersama istrimu di pelaminan," bisik Suryani dengan rasa bahagia dengan mata berkaca kaca masuk ke dalam kamar, sesaat setelah selesai diberi pengarahan oleh Nyonya majikannya.
Lanjut ya