NovelToon NovelToon
DiJadikan Budak Mafia Tampan

DiJadikan Budak Mafia Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Mafia / Balas Dendam / Lari Saat Hamil / Berbaikan / Cinta Terlarang / Roman-Angst Mafia
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: SelsaAulia

Milea, Gadis yang tak tahu apa-apa menjadi sasaran empuk gio untuk membalas dendam pada Alessandro , kakak kandung Milea.
Alessandro dianggap menjadi penyebab kecacatan otak pada adik Gio. Maka dari itu, Gio akan melakukan hal yang sama pada Milea agar Alessandro merasakan apa yang di rasakan nya selama ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SelsaAulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

Kabut senja menyelimuti Mansion megah itu, menebar hawa dingin yang menusuk tulang. Gio melangkah masuk, langkahnya berat, meninggalkan jejak kesunyian di lantai marmer yang berkilau.

Di dekat jendela, Milea duduk termenung, siluetnya terukir samar oleh cahaya redup yang menyelinap dari balik tirai. Tatapannya kosong, melayang entah ke mana.

Gio tak menghiraukannya. Ia melewati Milea tanpa sepatah kata pun, langkahnya tegas menuju kamar mandi, seolah ingin membasuh seluruh beban yang menimpanya.

Milea hanya mampu menghela napas panjang, berat dan pilu. Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya, mengancam untuk tumpah.

Bayangan Gio, dengan sikap dinginnya yang menyayat, menghantui pikirannya. Kenyataan pahit itu menghantamnya seperti palu godam: Gio sudah memiliki istri.

Pikirannya berputar-putar, membentuk pusaran kegelisahan yang tak berujung. Apakah istrinya tahu? Tentang hubungan gelap mereka? Tentang balas dendam Gio yang gelap dan penuh dendam itu? Tentang malam-malam mereka yang terjalin dalam dekapan panas dan penuh gairah? Milea membayangkan wajah istri Gio, membayangkan hancurnya hati wanita itu jika mengetahui semuanya. Sakit. Hati Milea terasa tercabik-cabik.

Ia, Milea, seorang wanita. Ia pun merasakan sakitnya dikhianati, merasakan pedihnya bila cintanya direnggut dan diinjak-injak.

Andai suatu hari nanti suaminya melakukan hal yang sama, Milea yakin ia tak akan mampu bertahan. Bayangan itu semakin menghimpit, mencekiknya dalam kesedihan yang mendalam.

Kegelapan malam seakan menjadi saksi bisu atas air mata yang perlahan menetes di pipinya, membasahi gaun sutra yang dikenakannya.

Gio keluar dari kamar mandi, tubuhnya hanya dibalut handuk yang melilit pinggang. Air masih menetes dari rambutnya yang basah, mengalir di dada bidang yang terekspos.

Milea melirik sekilas, sebuah kilasan tubuh yang menimbulkan rasa jijik dan ketakutan, lalu buru-buru memalingkan wajah.

"Layani aku malam ini," perintah Gio, suaranya berat, berkumandang seperti sabda penguasa yang tak terbantahkan.

Ia berdiri di depan cermin, sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil, gerakannya tampak dingin dan tanpa emosi, seolah tubuhnya hanyalah alat untuk melakukan keinginannya.

"Gio, jika kau ingin membalas dendam, siksa aku. Jangan jadikan aku budak seksmu," Milea berkata, suaranya tegas, menantang. "Aku rela mati di tanganmu asal dendammu pada Kak Ales terbayar."

"Apa maksudmu, Milea?!" Suara Gio menggelegar, menggema di ruangan itu. Ia melangkah mendekat, bayangannya menutupi Milea, menciptakan suasana yang menakutkan.

Kali ini, Milea tak menunduk. Ia menatap Gio lurus, menunjukkan ketegasan dan kesungguhan dalam matanya.

"Jika kau mau membalas dendam, siksa aku, Gio. Sayatan, cabikan, bahkan rendam aku dalam air es, aku sanggup. Tapi tolong, hentikan ini. Jangan jadikan aku budak seksmu," ujarnya, suaranya bergetar tapi tetap kuat.

"Apa kau pikir kau berhak mengatur takdir yang sudah kubuat? Apa kau layak? Kau harus merasakan apa yang adikku rasakan. Kau dan dia sama-sama wanita, dan kau juga harus merasakan rasa terhina setelah ditiduri!" Gio meledak, kata-katanya seperti pecahan kaca yang menusuk hati.

"A…adikmu? Seorang wanita? Apa Kak Ales memperkosa adikmu?" Milea terkejut, matanya membulat tak percaya, tangannya menutup mulutnya dengan gemetar.

"Lebih dari itu, Milea! Dan kau harus merasakannya juga! Mengerti?!" Gio membentak, suaranya menguncang ruangan.

Sebelum Milea sempat bereaksi, Gio menyerangnya. Bibirnya mengunci bibir Milea dengan paksa, ciuman yang kasar dan penuh kekuasaan. Tangannya menjelajahi tubuh Milea dengan nafsu yang tak terkendali.

Milea membeku, tatapannya kosong, pikirannya kacau. Perkataan Gio bergema di telinganya, menghancurkan dunianya. Apa benar kakaknya sekejam itu? Sehina itu? Sampai memperlakukan seorang gadis sedemikian rupa? Kekejaman itu menghancurkan Milea dari dalam.

Dengan gerakan kasar dan tanpa ampun, Gio mulai melucuti pakaian Milea. Kain-kain itu jatuh ke lantai, menciptakan bunyi yang menyesakkan di tengah kesunyian malam.

Tubuh Milea, yang sebelumnya terbungkus oleh pakaian, kini terpapar di hadapan Gio, vulnerable dan tak berdaya.

Gio memasukkan "pusakanya" tanpa basa-basi, tanpa sebuah kata pun sebagai pengantar.

Gerakannya kasar, menyakitkan, menunjukkan kekejaman dan kebencian yang mendalam.

Milea hanya diam, tatapannya kosong dan mati, air matanya mengalir bebas, membasahi pipinya tanpa ia sadari.

Rasa sakit fisik seakan tak berarti dibandingkan dengan luka yang lebih dalam yang menghancurkan jiwanya.

Gio membalikkan tubuh Milea dengan kasar, gerakannya seperti menangani boneka tanpa jiwa. Ia melanjutkan aksinya, tanpa sedikitpun rasa kasihan atau perasaan manusia.

Tubuh Milea bergetar lemah, tapi ia tak berontak, tak berkata, hanya mengalirkan air mata yang mencerminkan kehancuran dan keputusasaan yang mendalam.

Dua puluh menit berlalu, waktu yang terasa seperti abad bagi Milea. Gio akhirnya melepaskan diri, melepaskan cairan panasnya ke dalam tubuh Milea, menandai akhir dari perbuatan kejamnya.

Milea masih terdiam, tubuhnya lemas, jiwanya hancur berkeping-keping. Ia hanya tersisa sebagai cangkang kosong, sebuah bayangan dari wanita yang pernah hidup dengan martabat dan harapan.

Setelah melampiaskan nafsunya yang brutal, Gio melangkah memasuki kamar mandi. Suara air yang mengucur deras seakan ingin membasuh kekejaman yang baru saja ia lakukan, tapi tak mampu menghilangkan bayangan tubuh Milea yang lemas dan hancur.

Setelah membersihkan diri, ia keluar kamar, langkahnya tegas dan tanpa menoleh ke belakang, meninggalkan Milea sendiri dalam kesunyian dan kegelapan.

Ia pergi entah ke mana, tanpa menghiraukan keadaan Milea yang tergeletak lemas, tubuhnya terluka dan jiwanya hancur.

"Kak Ales… apakah semua yang dikatakan Gio benar?" Milea bergumam lirih, suaranya hampir tak terdengar.

Ia menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang polos dan terluka, seakan ingin menghindari sentuhan dunia luar. Selimut itu tak mampu menutupi luka yang lebih dalam yang mengoyak hatinya.

Milea memejamkan mata. Tidur? Ia tak mengantuk. Tapi ia juga tak berniat untuk terjaga. Ia ingin waktu berlalu dengan cepat, ingin melewati malam yang panjang dan menyiksa ini secepat mungkin.

Ia ingin melupakan semua yang baru saja terjadi, tapi ia tahu, itu mustahil. Kenangan malam ini akan menghantuinya selamanya. Bayangan Gio, kata-kata Gio, dan perbuatan Gio akan menjadi beban yang akan ia bawa sepanjang hidupnya.

***

Gelapnya ruang kerja menyelimuti Gio. Ia lempar tubuhnya ke sofa empuk, berharap bisa meredam badai emosi yang mengamuk dalam dirinya.

Amarah, penyesalan, dan dendam—ketiga rasa itu bergulat, saling sikut, menciptakan kekacauan di hatinya.

Gio ingin tenggelam dalam mimpi, melarikan diri dari realita yang pahit. Namun, wajah Milea—wajah pasrah dengan tatapan kosong yang begitu memilukan—terus menghantuinya. Bayangan itu menempel erat di kelopak matanya, menolak untuk pergi.

Kegelapan dan keheningan malam tak mampu membiusnya.

Gio bangkit, duduk tegak, tubuhnya tegang seperti dawai yang siap putus.

Dengan tangan gemetar, ia meraih korek api dan sebatang rokok—sesuatu yang bisa menenangkan nya.

Api menyala, membakar ujung tembakau, asapnya mengepul, seakan mewakili kepulan amarah yang masih membara di dadanya.

Sebotol wiski, tersimpan rapi di atas meja kerja, kini menjadi teman sejatinya dalam kesunyian malam ini.

Ia menuangkan cairan berwarna keemasan itu ke dalam gelas, menyesapnya perlahan, mencoba menemukan sedikit ketenangan di balik rasa getir yang menyesakkan tenggorokannya.

Setiap tegukan wiski terasa menusuk, seakan mengulang kembali setiap luka yang masih menganga dalam hatinya.

Malam itu, Gio bergulat sendirian dengan bayang-bayang masa lalu, dengan kenangan yang tak mau pergi, dan dengan rasa sakit yang begitu dalam.

1
it's me NF
lanjut... 💪💪
Siti Hadijah
awalnya cukup bagus,, semoga terus bagus ke ujungnya ❤️
SelsaAulia: terimakasih kaka, support terus ya ☺️❤️
total 1 replies
Elaro Veyrin
aku mampir kak,karya pertama bagus banget dan rapi penulisannya
SelsaAulia: terimakasih kaka
total 1 replies
Surga Dunia
lanjuttt
Theodora
Lanjut thor!!
Surga Dunia
keren
Theodora
Haii author, aku mampir nih. Novelnya rapi enak dibaca.. aku udah subs dan like tiap chapternya. Ditunggu ya update2nya. Kalau berkenan mampir juga yuk di novelku.
Semangat terus kak 💪
SelsaAulia: makasih kakak udh mampir 🥰
total 1 replies
✧༺▓oadaingg ▓ ༻✧
karya pertama tapi penulis rapi bget
di tunggu back nya 🥰
SelsaAulia: aaaa.. terimakasih udah mampir☺️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!