Cherry Yang, yang dipaksa mendonor darah sejak kecil untuk adik tirinya, setelah dewasa ginjalnya diambil paksa demi menyelamatkan sang adik.
Di malam itu, ia diselamatkan oleh Wilber Huo—pria yang telah mencarinya selama delapan tahun.
Kehidupan Cherry berubah drastis setelah pertemuan itu. Ia bahkan terpaksa menikah dengan Wilber Huo. Namun, tanpa Cherry sadari, Wilber menikahinya dengan alasan tertentu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
"Wilber, tolong… jangan sentuh Celia! Dia tidak bersalah… semua ini rencana kami!" Rosa menangis, tubuhnya bergetar hebat.
Wilber menoleh perlahan, menatap Rosa dengan senyum sinis. "Putri kesayanganmu bisa hidup selama ini berkat ginjal istriku. Jadi tentu saja… aku harus mengambilnya kembali."
Roman menggertakkan giginya, suara parau keluar dari tenggorokannya. "Wilber… walaupun kau ambil… ginjal itu tidak bisa lagi dikembalikan pada Cherry!"
Wilber terkekeh pelan, suaranya menekan udara di ruangan itu. Ia memutar pisau di tangannya, kilau logamnya menusuk mata.
"Aku tahu. Ginjal itu tidak bisa lagi digunakan istriku… tapi rasa sakit kalian, rasa takut kalian, itu bisa sedikit membayar penderitaannya."
Ia melangkah mendekat ke arah Celia yang masih terbaring tak berdaya.
"Setidaknya, aku akan membuat kalian merasakan… bagaimana rasanya kehilangan sesuatu yang tak tergantikan."
Roman meronta, berteriak hingga suaranya pecah. "Jangan! Sentuh aku kalau kau berani, Wilber! Jangan anakku!"
Rosa menangis histeris. "Aku yang salah! Aku yang merencanakan semuanya! Bunuh aku, ambil apa pun dariku, tapi jangan Celia!"
Namun Wilber hanya menoleh sebentar, tatapannya sedingin es.
"Kalian berdua akan menyaksikan… bagaimana karma bekerja."
Pisau itu perlahan diangkat, mendekati tubuh Celia yang tak sadarkan diri.
"Paksa mereka melihat, bagaimana rasanya ginjal putri mereka diambil secara paksa!" perintah Wilber lantang.
Dua anak buahnya segera menekan kepala Roman dan Rosa agar tetap menghadap ke arah putri mereka. memaksa mereka menyaksikan semua.
"Jangan! Lepaskan aku!" Roman meronta sekuat tenaga. Rosa menjerit, "Tidak! Jangan sakiti anakku!" Namun tubuh mereka tak berdaya di bawah genggaman orang-orang Wilber.
Pisau di tangan Wilber berkilat dingin saat didekatkan ke pinggang Celia yang masih tak sadarkan diri. Tanpa ragu, pisau itu menembus kulit halus gadis itu, darah segar segera mengalir membasahi sarung tangan hitam Wilber.
"Tidak!!!" teriak Roman dengan suara pecah.
"Tolong… jangan sakiti Celia. Ambil ginjalku saja! Aku yang bersalah pada Cherry…!" Rosa meratap histeris, suaranya hampir pingsan.
Namun Wilber sama sekali tidak peduli. Tangannya tetap bekerja, penuh dendam.
Tak lama kemudian, tim medis yang dipanggil sebelumnya masuk. Seorang dokter mengenakan masker melangkah mendekati Wilber, lalu membantunya menyelesaikan tindakan keji itu. Saat ginjal Celia diangkat dari tubuhnya, darah membanjir di lantai. Rosa menjerit sekuat tenaga, Roman menundukkan kepala dengan mata yang berkaca-kaca.
"Celia!!!" Roman berteriak parau.
Tatapannya lalu beralih pada sang dokter. "Kau… kau dokter itu?"
Dokter itu menghela napas berat, suaranya teredam masker. "Tuan Chen, benar… aku adalah orang yang dulu melakukan operasi atas perintah Anda terhadap Nona Cherry."
"Dasar pengkhianat!" Roman mendesis, matanya merah karena amarah.
Roby menimpali dengan dingin. "Roman Chen, kau tidak bisa menyalahkannya. Semua yang dia lakukan dulu atas perintahmu. Walau dia bersalah, dia sudah memberi kami bukti dan saksi."
"Bukti? Saksi?" Roman menyipitkan mata penuh curiga.
Roby mengangguk. "Rekaman saat kau memaksanya melakukan operasi itu… juga saat nyonya dipaksa menjalani transplantasi ginjal. Jika semua itu sampai ke pengadilan, kau dan Rosa akan ditahan."
Rosa meratap, suaranya serak. "Celia… Celia… anakku…"
Wilber berdiri, mengangkat ginjal itu tinggi-tinggi sebelum menyerahkannya ke dokter. "Awetkan ginjal ini dengan baik. Tidak bisa dikembalikan ke tubuh istriku, tapi jangan sampai rusak."
Roman meraung. "Wilber! Kenapa kau begitu kejam?!"
Wilber menoleh perlahan, menatapnya dengan senyum getir. "Kejam? Bagaimana dengan Charles Yang? Demi menyelamatkan putri kalian, kalian sembunyikan dia dan membuatnya koma selama sepuluh tahun. Cherry hidup dalam ketakutan, trauma, dan penderitaan yang kalian ciptakan. Jadi, kalau dibandingkan dengan perbuatanku hari ini… siapa sebenarnya yang lebih kejam?"
Wilber menatap lurus ke arah Roman dan Rosa, matanya berkilat penuh amarah yang selama ini dipendam. Suaranya meninggi, menusuk seperti pisau.
"Kalian sakit hati melihat putri kesayangan kalian dikorbankan?!" ia menggeram. "Lalu… bagaimana dengan Cherry?! Dia juga seorang putri—anak yang lahir dari rahimmu sendiri, Rosa! Tapi sebagai seorang ibu… kenapa kau tak pernah peduli pada perasaannya?"
Rosa terisak, tubuhnya berguncang hebat.
Wilber semakin mendesak dengan kata-katanya. "Cherry menangis, kecewa, dan sakit hati… pernahkah kalian peduli padanya?! Aku bahkan mendengar kau—Rosa Fang—pernah mendatangi istriku, berlutut di hadapannya, meminta maaf. Tapi istriku… dia bukan gadis lemah. Dia tahu siapa yang tulus dan siapa yang busuk. Dan kalian—manusia sampah seperti kalian—tidak layak mendapatkan permintaan maafnya."
Roman berteriak putus asa, "Hentikan, Wilber!" Namun teriakan itu tak berarti apa-apa.
Dengan senyum tipis yang mengerikan, Wilber menoleh pada dokter yang berdiri di sampingnya. "Ambil darahnya juga," perintahnya tegas.
Dokter itu menegang sejenak, tatapannya berpindah dari Wilber ke tubuh Celia yang terbaring tak berdaya, lalu kembali ke Wilber. Tapi tatapan Wilber yang dingin membuatnya tak punya pilihan selain mengangguk.
Rosa menjerit histeris. "Tidak! Celia akan mati kalau kau lakukan itu!"
Wilber hanya menoleh sekilas, tatapannya seperti es yang membekukan. "Itulah yang kalian lakukan pada Cherry. Sekarang, rasakan balasannya. Kalian telah kehilangan segalanya. Kekuasaan, uang dan perusahaan. Sekarang putri kalian juga diambang kematian. Aku melakukannya karena ingin balas dendam untuk istriku," ucap Wilber.