pernikahan yang terjadi karena kebaikan seorang laki-laki yang ingin menyelamatkan teman perempuannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kholifah NH2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Konyol banget dah!
Hampir satu jam Airin menemani Adrian ber-olahraga di ruang gym. Dan tanpa terasa Airin sudah menghabiskan beberapa potong kue brownies yang disajikan Mbak Ana disana. Airin pun menaruh ponsel Adrian, ia sudah mulai jenuh bermain game diponsel itu. Tatapannya kembali teralihkan pada Adrian yang masih berkutat dengan alat-alat gym miliknya.
Dan seperti kebanyakan perempuan pada umumnya, mata Airin memperhatikan setiap bagian tubuh Adrian dengan sangat detail. Tubuh yang cukup atletis terlihat mengkilap dibanjiri keringat, cukup membuatnya tergoda sampai meneguk ludah.
Terlebih lagi, sebuah tonjolan besar dibalik calana pendeknya, terlihat jelas dibawah sana. Arin memperhatikannya dengan serius, pikirannya mulai melayang. Namun sesaat kemudian ia tersadar dan segera memalingkan wajahnya. Bisa dipastikan wajahnya kini berubah menjadi sangat merah.
"Ya Tuhan..."
"Aku ngeliatin apa sih? Kenapa fokus banget?..."
"Aduh...aku mesum juga, ya."
"Sayang?." Suara Adrian mengejutkannya, Airin pun kelabakan, ia tutupi wajahnya dengan segera,
"Muka lo merah? Lo sakit?." Adrian hendak menyentuh kening Airin namun gadis itu menepis tangannya,
"Enggak kok, enggak..."
"Ini...ruangannya panas." Airin mencari alasan sambil mengibas-ngibas tangannya didepan wajah,
"Panas? Kan ber-AC?."
"Oh iya, ya, hehehe...tapi panas..."
"Ya udah, aku ke kamar ya. Mau mandi." Sungguh rasanya Airin ingin menghilang dari muka bumi. Ia tidak bisa menghadapi lelakinya lagi. Ia dibuat semakin gugup.
"Yaudah, bareng. Gue juga udah selesai."
"Tunggu, apanya yang bareng?."
"Mandi. Lo mau mandi kan?."
"Ya, tapi nggak bareng-"
"Udah, ayo. Kalo bawel gue cium." Adrian kembali membopong Airin dan membawanya ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya mereka.
"Ternyata masih lebih berat alat gym gue dibanding badan lo."
"Huh, maksudnya apa ya, Om?."
"Om, Om? Gue bukan Om lo."
Tanpa meminta persetujuan Airin, Adrian terus membopong istrinya itu sampai tiba didalam kamar mandi. Ia pun langsung memutar keran shower, dengan cepat airnya membuat mereka basah kuyup.
"Turunin aku."
"Kenapa? Bukannya begini lebih romantis?."
"Ish! Kalo kamu kepeleset, aku bakal jatuh..."
"Bisa-bisa aku jadi ayam geprek ketimpa badan kamu."
"Hahaha, sial." Adrian menurunkan Airin dari dekapannya. Sesaat kemudian, matanya melirik piyama Airin, lewat tatapannya, ia memberi kode istrinya itu untuk melepas pakaiannya,
"Buka baju?."
"Iya, emangnya lo mandi pake baju? Enggak, kan?."
"Iya, okey."
Meski ragu dan jantungnya sudah melompat-lompat tidak karuan sejak tadi. Sepertinya pagi ini Airin harus menelan kekalahan. Ia sudah masuk kedalam jebakan suaminya itu.
Tidak ada gunanya ia menghindar. Mau tidak mau, ia harus melucuti seluruh pakaiannya satu persatu. Namun sebelum itu, ia memutar tubuh Adrian untuk membelakanginya.
"Ngapain coba? Kan sama aja, nanti gue ngeliat?."
"Enggak. Kamu nggak boleh liat aku telan jang..."
"Kita mandinya begini aja, hadap belakang, hahahahaha."
"Ck, cewek konyol. Malah ketawa lagi."
"Ingat, ya. Kamu jangan putar balik."
"Yaudah, iyaaa..."
"Terus gue gimana?."
"Ya, kamu buka aja. Kan aku nggak ngeliat?."
"Ok..."
"Tapi sejujurnya gue nggak yakin, hahaha."
"Yang penting jangan putar balik."
Setelah melepas seluruh pakaiannya, Airin maju beberapa langkah untuk mengambil sebotol sabun cair. Namun nahas, saat ia berjalan mundur, ia terpeleset. Adrian yang mendengar suara jeritannya langsung berbalik dan menangkap Airin dengan cepat.
DEG
DEG
DEG
Jantung Airin semakin berdetak kencang. Kini ia berada dipelukan Adrian. Dan, kulitnya bersentuhan langsung dengan kulit lelakinya tanpa terhalang apapun. Ya, mereka berdua sudah sama-sama polos tanpa pakaian.
Airin semakin panik, ia melepaskan diri dan langsung menengadah kepalanya, sebisa mungkin ia tidak ingin melihat area terlarang dari tubuh suaminya itu.
"Ada cicak diatas?." Adrian bertanya dengan tatapan yang sama seperti Airin.
"Bukan, ada ular besar dibawah."
"Ha? Lo ngomong apa, sih?."
"Udah, sini." Adrian menarik Airin tanpa aba-aba lebih dulu. Ia pun berdiri tepat dibelakang istrinya itu.
"Tenang, gue nggak bakal macam-macam..."
"Gue cuma nggak mau lo kepeleset lagi..."
"Nih, botolnya." Adrian mengambil lagi botol sabun yang jatuh dan ia berikan pada Airin. Setelah itu, ia juga melakukan hal yang sama seperti biasanya.
"Lama-lama dingin, ya." Airin mulai gemetar kedinginan. Ia pun mengubah airnya menjadi hangat,
"Naaah, begini kan enak. Kamu suka air hangat kan?."
"Asal mandinya sama lo gue suka."
"Kalo mandi air comberan?."
"Ck, yang bener aja? Mulut lo asbun."
"Hahahaha."
Hampir dua puluh menit mereka didalam kamar mandi, mereka pun mengakhiri kekonyolan yang terjadi selama didalam sana. Ya, bagaimana bisa ada pasangan suami istri yang mandi bersama dengan posisi saling menghindar satu sama lain?
Keduanya melakukan itu agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Dan mereka bisa melewatinya setelah menahan godaan satu sama lain meski terasa sangat berat.
Kini Airin bisa bernafas lega, ternyata tidak terlalu buruk mandi bersama Adrian, untuk kali ini. Ya, hanya untuk kali ini, sebab ia tidak tahu apa yang akan terjadi jika ia kembali masuk kedalam jebakan suaminya itu.
"Gimana? Enak?." Adrian bertanya saat mereka sudah sama-sama memakai jubah handuk
"Apanya?."
"Mandi kayak tadi, kayak suami istri lagi berantem."
"Tapi kan kita nggak berantem?." Airin mendekati adrian, ia peluk suaminya itu,
"Kamu nggak suka, ya, kita mandi kayak tadi?."
"Suka."
"Hm, aku tau kamu bohong..."
"Aku juga sebenarnya pengen lebih." Airin menggoda Adrian, ia singkap jubah handuk suaminya itu dan mengusap-usap lembut bagian dadanya.
"Kamu hot banget, aku jadi...hmm...."
"Rin? Gue bukannya nafsu, malah geli."
"Hahaha, kamu lucu, ya. Mau aku cium nggak?."
"Dengan senang hati, Nyonya."
Airin mulai berjinjit, tangannya pun mengalungi leher Adrian, "Tapi bohong."
Airin membisikkan ucapannya itu, dan membuat Adrian melayangkan tatapan tajam, "Gue bales lo, ya."
Sambil tertawa dan meronta-ronta, Airin dibopong oleh Adrian meninggalkan kamar mandi. Ternyata dikamar mereka sudah ada Inez yang menunggu. Inez memberi tatapan sengit saat melihat Adrian membawa Airin dalam dekapannya,
"Turunin aku." Airin berbisik, Adrian pun patuh,
"Mama ngapain? Kok masuk nggak ngetuk pintu dulu?."
"Udah, tapi kamu nggak dengar. Ternyata-"
"Iya. Adrian habis bikin cucu buat Mama."
"Adrian?!." Airin mencubit pinggang Adrian dengan cepat, membuat lelakinya itu meringis kesakitan, "Sakit, Sayang."
"Adrian? Kamu serius? Mama kan udah bilang-"
"Kenapa sih, Ma? Kita berdua udah nikah, kenapa nggak boleh punya bayi?."
"Udah, udah. Mama nggak mau bahas soal itu..."
"Mama kesini mau ngasih tau, dibawah ada Tommy."
"Ha? Tommy disini? Setelah sekian lama?..."
"Mau ngapain dia?."
"Mama juga nggak tau, kamu temui sana." Inez pun melenggang pergi meninggalkan kamar
"Adrian? Kamu kenapa bilang kalo kita habis bikin bayi?."
"Sengaja. Sekali-kali bikin Mama panik nggak apa-apa, kan?..."
"Gue pengen tau reaksi Mama, kalo seandainya lo hamil?."
Mendengar ucapan Adrian, membuat Airin memikirkan satu hal. Bayi. Ya, memiliki seorang anak adalah keinginannya juga. Namun dengan statusnya saat ini sebagai mahasiswi, sepertinya akan lebih sulit untuk dijalani. Ia mencemaskan kuliahnya yang mungkin agak sedikit terganggu.
"Jujur...aku juga mau punya bayi, tapi aku belum siap..."
"Kita masih kuliah, perjalanan masih panjang."
"Iyaaa. Gue ngerti, Sayang..."
"Tapi tunda kehamilan dulu kan bisa?..."
"Nanti bahas lagi, deh..."
"Gue penasaran kenapa Tommy datang kesini." Adrian mulai bersiap dan akan segera menghampiri Tommy,
"Adrian? Kamu aja yang turun, ya? Aku disini."
"Ok."
Setelah bersiap, Adrian langsung menghampiri Tommy diruang keluarga. Tommy tampak celingukan, dan Adrian tahu siapa sosok yang sedang Tommy cari.
"Lo ngapain kesini? Tumben banget?..."
"Udah bertahun-tahun lho, lo nggak nginjakin kaki disini."
"Emangnya salah kalo gue datang kesini? Mantan pacar gue kan tinggal disini?."
"Ck, langsung aja. Nggak usah basa-basi."
"Gue kesini mau ketemu Airin. Kenapa lo yang turun?."
"Lah, emang lo siapanya?."
"Gue cinta pertamanya. Dan sekarang gue mau ketemu sama dia. Bisa lo minta dia turun?."
"Tunggu, kalo lo cinta pertamanya..."
"Gue apa dong? Cinta terakhirnya? Iya, kan?."
"Ck." Tommy berdecak kesal. Adrian telah menguji kesabarannya,
"Jangan bikin gue emosi. Panggil Airin turun, atau gue yang naik keatas?."
"Itu lancang namanya."
"Nggak usah ngajarin gue, bukannya lo lebih lancang? Lo ngerebut cewek gue?."
"Udah, lah. Bahas masa lalu terus? Move on."
Tommy sudah tidak tahan lagi, ingin rasanya melayang bertubi-tubi bogem mentah pada sepupunya ini. Namun harus ia tahan karena tidak ingin membuat keributan. Dan, ya, untuk kali ini ia harus mengalah.
"Heh! Lo itu nggak lebih dari pecundang yang bisanya ngerebut kebahagiaan orang..."
"Lo liat aja, gue bakal rebut Airin dari lo." Satu kalimat Tommy ucapkan sebelum ia pergi meninggalkan rumah Adrian,
"ARGH!." Adrian berteriak kesal, kakinya menendang meja dihadapanya sampai terjatuh,
"Tommy...lo ngancam gue?."
...••••...
Bersambung dulu ya kawannn....
Gmana part dikamar mandi? Kurang hot ya WKWK lelan-pelan aja ya. Masih banyak part seru lainnya dari pasangan absurd ini
Klik klik klikkk biar kalian gak ketinggalan 💖💋