Cerita ini lanjutan Aku Yang Tidak Sempurna.
Bakat yang di milikinya adalah warisan dari sang mama yang seorang pelukis terkenal.
Namun ia lebih memilih menjadi pelukis jalanan untuk mengisi waktu luangnya. Berbaur dengan alam itu keinginannya.
Dia adalah Rafan Nashif, seorang pelukis jalanan dan sekaligus seorang CEO di perusahaan.
Namun tidak banyak yang tahu jika dirinya seorang CEO, bahkan pacarnya sendiri pun tidak tahu.
Sehingga ia di hina dan di selingkuhi karena di kira hanya seorang seniman jalanan yang tidak punya masa depan.
Bagaimana kisah selanjutnya? Jika penasaran, mampir yuk!
Cerita ini hanyalah fiksi belaka, jika nama tempat, nama orang ada yang sama itu hanya kebetulan semata dan tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16
Setelah merasa cukup, mereka pun keluar dari ruangan itu. Farrel menyerahkan kartu kepada asistennya dan memintanya untuk membayar makanan yang mereka makan.
"Aku duluan ya," kata Rafan. Farrel mengangguk kemudian mereka berjabat tangan selayaknya mitra bisnis pada umumnya.
"Nanti malam jalan yuk," ajak Farrel. Namun Rafan tidak menjawab, ia hanya pergi begitu saja keluar dari restoran.
"Kembali ke kantor," kata Rafan, saat mereka sudah berada di dalam mobil.
"Siap Tuan." Ridho menjalankan mobilnya perlahan keluar dari parkiran. Lalu melaju menuju perusahaan.
Tiba di gedung perusahaan, mobil mereka langsung masuk. Setelah memarkirkan mobilnya, keduanya berjalan masuk.
"Rafan, akhirnya kamu datang. Aku sudah sejak tadi menunggumu," ucap Renata sambil menghampiri Renata.
Rafan tidak menjawab, ia hanya melewati Renata menuju lift. Saat pintu lift hendak tertutup, Renata segera menahannya.
"Ridho."
"Siap Tuan."
Hanya dengan kode saja Ridho mengerti apa yang harus ia lakukan. Kemudian Ridho mempersilakan Renata untuk keluar.
"Silakan Nona," ucap Ridho sesopan mungkin.
"Rafan!" Renata memekik saat ditarik keluar dari lift oleh Ridho. Kemudian pintu lift pun tertutup.
"Apa-apaan kamu? Kamu cuma asisten rendahan!" maki Renata.
Ridho menjawab, tidak apa-apa dia di bilang asisten rendahan oleh Renata. Tapi bos nya sangat menghargai kinerjanya.
Ridho memerintahkan petugas keamanan untuk membawa Renata keluar. Ridho juga memerintahkan mereka untuk tidak mengizinkan masuk Renata.
"Kalian ingat betul-betul wajahnya, jangan sampai kalian kehilangan pekerjaan karena mengizinkan nya masuk," kata Ridho.
Ridho kaki tangan tuan mereka, tentu saja mereka juga akan patuh dengan perintah Ridho.
Ridho juga memperingati pegawai resepsionis, jika masih mengizinkan nya masuk, maka resiko tanggung sendiri.
Mereka meminta maaf, karena memang mereka tidak tahu. Sebenarnya mereka juga takut, karena Renata mengaku sebagai tunangan bos mereka.
"Ya sudah, kalau lain kali tidak akan ada maaf untuk siapapun yang mengizinkan nya masuk!" tegas Ridho.
Renata memberontak karena di seret oleh dua orang petugas keamanan. Mereka tidak perduli walau pun di maki oleh Renata. Mereka lebih sayang pekerjaan.
"Bagaimana?" tanya Rafan setelah Ridho masuk ke dalam ruangannya.
"Sudah di usir Tuan, mereka juga sudah di peringatkan untuk tidak mengizinkan nya masuk," jawab Ridho.
Rafan mengangguk, ia memerintahkan Ridho karena terlalu malas berurusan dengan Renata.
Rafan pikir semua masalah akan selesai setelah mereka putus. Ternyata Renata memang tidak punya malu.
Dia yang memutuskan, namun dia juga yang mengejar-ngejar Rafan kembali. Semua itu karena Renata sudah tahu siapa Rafan sebenarnya?
Tiba-tiba Rafan teringat Lestari. Ia mengambil ponselnya untuk menghubungi Lestari. Namun Rafan lupa jika dirinya tidak memiliki nomor telepon Lestari.
Bukan tanpa alasan, Rafan takut jika Renata memiliki rencana jahat untuk mencelakakan Lestari. Apalagi Renata kemarin melihat mereka berdua di cafe.
"Kamu urus pekerjaan, aku ada urusan sebentar," kata Rafan.
Rafan meminta seseorang untuk mengantar motor miliknya yang biasa ia gunakan untuk jalan-jalan di hari libur.
Sementara pakaian ganti sudah ia siapkan di ruang pribadi miliknya. Rafan pun segera berganti pakaian dengan pakaian biasa.
Walau pun Ridho tidak mengerti, namun ia tetap mengiyakan saja. Lagipula setiap yang ia kerjakan akan di bayar.
"Oh ya, bonus mu nanti akan aku transfer," kata Rafan sebelum keluar dari ruangannya.
"Terima kasih Tuan," ucap Ridho kegirangan.
Rafan tidak menyahut, ia langsung pergi begitu saja. Dengan tergesa-gesa ia keluar dari lift saat tiba di lantai bawah.
Dengan langkah lebar ia menuju parkiran mobil. Kedua resepsionis pun tidak berani menyapanya.
Rafan keluar dari gedung perusahaan dan melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Ia ingin secepatnya tiba di kediaman Lestari.
Sementara di tempat lain ...
Lestari sedang melayani pembeli di datangi empat orang preman yang di bayar oleh Renata.
Awalnya Lestari berpikir positif saja, karena dia merasa tidak memiliki musuh. Dengan ramah dia melayani keempat pria itu.
"Beli bang?" tanya Lestari.
Brraak! Salah satu dari mereka menggertak tempat Lestari berjualan. Lestari tentu saja kaget. Dan orang yang sedang ingin membeli pun kaget.
"Maaf bang, bisa bicara baik-baik?" tanya Lestari. Dia tahu jika mereka itu preman, tapi karena Lestari merasa tidak punya salah, dia pun tetap bersikap ramah.
"Hancurkan tempat ini!" perintah pria itu.
"Eh bang, ini apa-apaan sih? Kalau ada apa-apa masalah bicara baik-baik dong," ujar Lestari.
Namun mereka tidak menggubris. Tetap menghancurkan kios milik Lestari. Sementara pria yang memerintahkan mereka mengambil uang hasil jualan.
Beruntung Lestari orangnya cerdas, dia tidak sepenuhnya menyimpan uang di dalam kaleng bekas.
Jadi pria itu hanya menemukan sedikit saja uangnya, itu cuma uang receh saja untuk Lestari gunakan sebagai kembalian.
"Ahh, masa cuma segini?" Pria itu memamerkan uang recehan yang jika di total kan sekitar seratus ribuan.
Para pembeli yang melihat kios Lestari hendak di hancurkan pun kabur karena ketakutan.
Lestari terdiam sejenak, namun ia mengepalkan tangannya kuat. Karena sudah tidak tahan, Lestari menendang perut pria yang mereka panggil bos.
"Aaaah...!" Pria itu menjerit keras sebelum terjatuh.
"Bos...!" pekik mereka serentak.
"Tangkap cewek itu!" perintah pria itu.
Ketiganya pun hendak menangkap Lestari. Lestari mundur beberapa langkah sedikit menjauh dari kiosnya yang sudah rusak.
Namun ketiganya maju sambil menyeringai. Apalagi saat melihat Lestari yang cantik, jadi mereka semakin bersemangat.
Lestari melihat ada potongan kayu, dengan cepat dia mengambilnya dan akan dia gunakan sebagai senjata.
"Jangan mendekat," kata Lestari. Namun mereka tidak perduli.
Lestari mengayunkan kayu di tangannya, namun di tangkap oleh pria itu. Lestari tidak kehilangan akal, dia menendang bagian bawah pria itu.
Kayu yang di tahan oleh pria itu terlepas, karena pria meringkuk kesakitan. Lestari memukul pria itu dengan kayu sehingga membuat pria itu semakin menjerit kesakitan.
Melihat keributan terjadi, ibu-ibu yang ada di komplek ini pun berdatangan. Para suami mereka bekerja, jadi tidak ada yang bisa diandalkan untuk menolong.
Namun kekompakan ibu-ibu di komplek ini patut di acungi jempol. Meski pun suka bergosip satu sama lain.
Mereka membawa apa saja yang ada sebagai senjata. Mereka tidak berani menggunakan senjata tajam, jadi mereka hanya membawa peralatan pembersih.
Bahkan ada yang membawa teflon yang bagian bawahnya sudah menghitam untuk di jadikan sebagai senjata.
Puluhan ibu-ibu komplek menyerbu tempat Lestari berjualan. Keempat preman itu panik, mereka tidak akan mampu melawan ras terkuat di bumi.
"Bos, bagaimana ini?" tanya salah satu anak buahnya.
"Apa tunggu lagi? Kabur!" pekik si bos.
Namun saat mereka hendak kabur, ternyata ibu-ibu yang di sekitar rumah Lestari sudah mengepung mereka.
ada yg dpt karma ternyata sdah mbah dukunnya g mempan, jdi gila kan dia 😛😛