Dinda memilih untuk menikah dengan seorang duda beranak satu setelah dirinya disakiti oleh kekasihnya berkali-kali. Siapa sangka, awalnya Dinda menerima pinangan dari keluarga suaminya agar ia berhenti di ganggu oleh mantan pacarnya, namun justru ia berusaha untuk mendapatkan cinta suami dari hasil perjodohannya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 23
Mata Dinda mengerjap pelan, ia buru-buru bangun dari tidurnya menyadari ia ketiduran saat menjaga Ciara.
"Ciara.." Dinda begitu terkejut saat ia bangun Ciara tidak ada disampingnya.
"Sudah bangun?." Suara Indra yang duduk di sofa mengagetkannya.
"Kak Indra." Ucap Dinda kaget dan segera berbalik karena posisinya membelakangi sofa.
"Ciara sama aku, kamu tenang saja." Kata Indra memperlihatkan Ciara yang tengah ia gendong.
"Kak Indra kapan pulangnya?, kenapa tidak membangunkan aku?." Tanya Dinda merasa malu dan tidak enak.
"Sekitar jam lima lewat tadi, kamu tidurnya nyenyak sekali jadi aku tidak tega membangunkan kamu." Jawab Indra tersenyum.
"Maaf kak, aku ketiduran." Ucap Dinda merasa bersalah karena ketiduran saat menjaga Ciara.
"Kenapa malah minta maaf, namanya manusia kalau mengantuk yah tidur. Lagipula tidak mudah menjaga anak, aku mengerti kamu pasti kelelahan." Kata-kata Indra membuat Dinda sedikit lega.
Indra menatap Dinda dengan perasaan bersalah karena sudah merepotkan Dinda, tapi ia tidak punya pilihan lain.
"Ternyata sudah gelap." Kata Dinda menatap keluar jendela kaca.
"Maaf yah, kamu pasti lelah sekali." Ucap Indra merasa bersalah.
"Tidak masalah kak, aku senang jaga Ciara." Jawab Dinda dengan senyum tulusnya, sama sekali tidak menunjukkan rasa tidak nyaman ataupun kesal.
Indra menatap Dinda lama begitu pun dengan Dinda yang balik menatap Indra dan masih tersenyum, merasa canggung saling menatap, Dinda langsung memalingkan wajahnya.
"Aku mau cuci muka dulu kak terus langsung pulang." Ucap Dinda mengusir rasa gugupnya.
"Makan malam dulu terus aku antar kamu pulang nanti." Kata Indra penuh perhatian, Dinda pun tidak berani menatap Indra lagi, ia menunduk dan menggigit bibir bawahnya untuk mengusir rasa gugupnya.
"Aku bawa mobil kak Indra." Jawabnya sembari berdiri dan merapikan selimut yang masih membalut kakinya.
Dinda menatap selimut tersebut, perasaannya semakin berdebar.
"Perasaan tadi aku tidak pakai selimut tidurnya." Batin Dinda mengingat ia tadi langsung tertidur, selimut itupun tadinya tidak ada disana.
Berarti Indra memberikan selimut itu untuknya, bukan hanya itu, Indra juga memakaikan selimut itu untuknya, pikir Dinda menyimpulkan.
"Kalau begitu makan malam dulu." Ucap Indra membuat lamunan Dinda buyar.
"Iya iya." Jawab Dinda dengan cepat.
Ia lalu beranjak dari sana menuju ke kamar mandi, tidak berani berlama-lama disana.
***
Setelah membasuh wajahnya, Dinda langsung keluar kembali ke ruang keluarga. Sesampainya disana, ia tidak menemukan Indra, hanya Ciara saja yang berada disana.
Dinda pun mengambil Ciara dari sofanya dan kembali melangkah ke dapur dan benar saja Indra ada disana, ia tengah menyiapkan bahan-bahan untuk makan malam.
"Kak Indra ternyata suka memasak yah?." Tanya Dinda yang baru saja masuk ke dapur sekaligus ruang makan dirumah Indra, Ciara pun tidak lepas dari gendongannya.
"Iya, aku belajar memasak waktu SMA, jaman Mama sama Papa sibuk-sibuknya membangun bisnis mereka supaya bisa lepas dan mandiri, tidak bergantung dengan kakek." Jawab Indra menjelaskan alasannya senang memasak.
Dinda tidak banyak bertanya lagi, Ia langsung menarik salah satu kursi meja makan yang menghadap ke arah dapur langsung, ia seperti menonton acara masak secara langsung.
Tangan Indra tidak pernah diam sejak mulai memasak, ia memotong jamur, ayam dan bahan lainnya, terus memasak air untuk merebus pastanya nanti.
Tidak butuh waktu lama masakan Indra sudah jadi, Dinda cukup terkesiap melihat Indra yang memasak dengan waktu yang begitu singkat.
Indra lalu berjalan ke arahnya dan membawa dua piring spaghetti dengan toping ayam dan jamur, Ia meletakkan satu piring di depan Dinda dan satu lagi untuknya.
"Wah kelihatannya enak sekali kak Indra." Ucap Dinda dengan mata yang berbinar menatap spaghetti yang dimasakkan oleh Indra untuknya.
"Semoga kamu suka, ayo makan." Kata Indra penuh harap, ia pun mempersilahkan Dinda untuk mencobanya.
"Iya kak." Jawab Dinda dengan antusias.
Melihat Dinda yang sedikit bingung harus mengambil sendok atau garpu karena Ciara yang ia dudukkan di pahanya dan satu tangannya memeluk Ciara dari depan, membuat Indra langsung berdiri dan mengitari meja makan untuk mengambil putrinya.
"Ciaranya biar aku saja yang gendong, kamu makan saja dengan tenang." Kata Indra dengan penuh perhatian.
"Ah iya." Jawab Dinda yang perasaannya mulai sedikit berdebar lagi.
Dinda pun menyerahkan Ciara pada Ayahnya, untuk menghilangkan rasa gugupnya, ia mengambil handphonenya yang ada di dekatnya, memotret makanan yang dimasakkan Indra untuknya terus meletakkan handphonenya kembali saat Indra berjalan kembali ke kursinya, lalu dengan tidak sabarnya ia mengambil sendok dan garpu.
"Aku makan yah kak." Ucapnya meminta izin dari Indra untuk mulai mencoba masakan kedua Indra untuknya hari ini.
"Silahkan." Jawab Indra tersenyum.
Dinda memakan suapan pertamanya, matanya membelalak kaget dengan rasa dari masakan Indra.
"Bagaimana?." Tanya Indra penasaran apakah masakannya sesuai dengan selera Dinda.
"Enak sekali kak Indra, makanan di cafe mah kalah." Jawab Dinda memuji masakan Indra yang memang sangat enak dan cocok di lidahnya.
"Syukurlah kalau kamu suka." Ucap Indra dan juga mulai ikut memakan makanannya.
Ciara menatap Dinda dengan tatapan senang, senyumnya tidak pernah luntur dari wajahnya melihat Dinda yang duduk didepannya tengah menikmati makan malamnya bersama dengan Ayahnya.
***
Setelah makan malamnya selesai, Dinda membantu Indra membersihkan meja makan, sempat ditolak oleh Indra namun Dinda bersikeras ingin membersihkan meja makan dan mencuci piring bekas malam mereka dan juga perabotan yang tadi digunakan oleh Indra untuk memasak.
Dinda merasa tidak enak jika dilayani seperti seorang tuan putri, terlebih Ia terbiasa membagi tugas dengan Ayahnya dan ia merasa Indra pasti lelah seharian bekerja dan pulangnya masih harus memasak untuknya.
Saat semuanya selesai, Dinda menghampiri Indra di ruang keluarga untuk mengambil barangnya dan berpamitan pulang.
Indra terlihat sedang menonton Televisi sedangkan Ciara berbaring dengan mainan di tangannya.
"Kak Indra, aku mau pamit pulang." Kata Dinda berpamitan
"Tunggu sebentar Dinda." Ucap Indra yang langsung berdiri dan berjalan ke arah dapur.
Dinda yang bingung dan penasaran hanya menunggunya, sembari menunggu ia berjalan mendekati Ciara dan mengambil tasnya yang terletak di samping kasur mini Ciara.
"Dinda pulang dulu yah Ciara, nanti kita ketemu dan main lagi yah." Kata Dinda pada Ciara dan mencubit pelan pipi Ciara yang menggemaskan.
Tidak lama kemudian Indra kembali menghampirinya, ia tampak membawa kotak kue kecil yang transparan sehingga Dinda bisa melihat isinya.
"Ini untuk kamu." Indra memberikan kotak kue itu untuk Dinda.
"Wah Cheesecake, kue kesukaan aku kak, terima kasih yah." Ucap Dinda begitu senang dan langsung menerimanya.
Indra tersenyum lega Dinda menyukai pemberiannya dan juga antusias Dinda saat menerima kue tersebut.