Kelvin muncul dari dapur sambil mengelap tangan dengan handuk kecil. Ia berdiri tegak di depan Wilona.
“Semua piring sudah bersih dan mengkilat!” ujarnya penuh percaya diri.
“Sekarang waktunya penyerahan hadiah!”
Wilona melirik geli ke arahnya.
“Iya, iya … sini sini”
Kelvin langsung duduk di samping Wilona, wajahnya mendekat dengan ekspresi penuh harap. Wilona tertawa kecil dan memberikan ciuman ringan di pipinya.
Ikuti ceritanya dari awal sampai akhir yuk✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iqueena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 Ternyata Aku Mencintainya
Pukul 19.30.
Mereka bersiap keluar dari rumah sakit setelah Kelvin menyelesaikan seluruh administrasi. Wilona menatapnya sambil tersenyum tipis, terlihat jelas rasa tak enak di wajahnya karena merasa sudah terlalu merepotkan pria itu.
Begitu tiba di balik pintu keluar, langkah Kelvin tiba-tiba terhenti. Ia menatap Wilona sebentar, lalu tanpa berkata apa-apa, memutar langkah ke depannya.
Dengan gerakan mantap, ia membungkuk sedikit dan langsung mengangkat Wilona ke dalam gendongannya.
Wilona terkejut, kedua tangannya refleks melingkar di leher Kelvin.
"Sayang, banyak orang liat…" bisiknya pelan, wajahnya merona.
Kelvin hanya tersenyum kecil, dan menatap Wilona dalam, "Mereka memang harus liat..." ucap Kelvin lalu tertawa kecil.
Beberapa perawat perempuan dan pengunjung rumah sakit menatap pemandangan itu dengan ekspresi iri sekaligus tersenyum, seakan menyaksikan adegan romantis di dunia nyata.
Kelvin melangkah keluar dengan langkah mantap, melewati cahaya lampu rumah sakit yang mulai temaram, seolah mengantar mereka menuju malam yang baru dimulai. Wilona hanya bisa menunduk, menyembunyikan senyum yang tak sanggup ia tahan.
Mobil Kelvin sudah menunggu di depan. Ia membukakan pintu, menurunkan Wilona perlahan ke kursi penumpang, lalu menunduk agar wajah mereka sejajar.
"Mulai sekarang, jangan merasa merepotkan aku lagi ya, sayang".
Wilona menatapnya sebentar, lalu mengangguk pelan. Di matanya, ada kilatan rasa aman yang tak pernah ia rasakan selama ini.
Penjaga yang menemani Wilona beberapa hari di rumah sakit, memasukan barang-barang ke bagasi mobil, dan berpamitan dengan mereka.
****
Di perjalanan
Suasana di dalam mobil terasa hangat. Lampu jalan berkelebat di kaca jendela, sementara Kelvin menyetir dengan fokus, namun sesekali melirik Wilona yang duduk bersandar di kursi penumpang.
Wilona yang awalnya tenang, mulai sadar kalau jalan yang mereka lalui bukan menuju rumahnya. Ia melirik keluar jendela, lalu menoleh ke Kelvin.
"Sayang? Ini bukan jalan ke rumahku," ucapnya pelan.
Kelvin tetap fokus menyetir, hanya tersenyum tipis tanpa mengalihkan pandangan.
"Memang bukan."
Wilona mengerutkan kening, rasa penasaran mengusik pikirannya.
"Terus… kita mau ke mana?"
"Ke rumahku," jawab Kelvin singkat namun mantap.
Wilona menghela napas kecil.
"Kenapa harus ke rumah kamu? Aku nggak mau merepotkan kamu lagi, apa lagi mamah kamu, aku gak mau merepotkan beliau".
Kelvin akhirnya menoleh sekilas, matanya teduh.
"Kamu nggak merepotkan siapa-siapa sayang. Justru mamah pasti senang kalau kamu ada di rumah. Waktu kamu koma, Mamah yang selalu jagain kamu kalau aku gak bisa kesana".
Ia menarik napas sebentar sebelum melanjutkan, suaranya lembut.
"Tapi karena aku banyak kerjaan, akhirnya Mamah nyewa seseorang buat jaga kamu selama di rumah sakit, sayang."
Wilona menoleh cepat, matanya membulat. "Mamah kamu… yang lakuin itu semua sayang?"
Kelvin mengangguk pelan. "Iya sayangku. Dia nggak mau kamu sendirian."
Wilona terdiam beberapa detik, rasa haru memenuhi dadanya. Ia tidak menyangka Mamah Kelvin begitu perhatian padanya. Namun rasa hangat itu tiba-tiba berganti dengan tatapan kesal yang ia tujukan ke Kelvin.
"Kenapa kamu nggak bilang dari awal?" tegurnya dengan nada sedikit memprotes.
"Aku baru tahu sekarang. Kalau aku tahu, aku bisa bilang terima kasih langsung ke beliau."
Kelvin tersenyum tipis, sedikit mengangkat bahu.
"Aku sengaja nggak bilang, karena aku nggak mau, pacarku yang cantik ini kepikiran atau merasa berutang budi."
Wilona memalingkan wajah, pura-pura melihat ke luar jendela. "Tetap aja… kamu seharusnya bilang."
Kelvin meliriknya sekilas, lalu tersenyum lembut, satu tangannya menggenggam tangan Wilona erat.
"Kalau begitu, nanti kita sampai rumah, kamu bisa ucapin terima kasih langsung ke Mamah."
Ucapan itu membuat Wilona terdiam lagi. Tapi senyum tipis perlahan muncul di sudut bibirnya, senyum yang Kelvin tangkap meski ia berpura-pura tidak melihat.
...^^^~Visual Mamah Kelvin~^^^...
...----------------...