Welcome to the sequel of You're Mine Brianna
Perjalanan seorang Hana Elodie Brown menghindari Ayahnya yang otoriter terhadap dirinya. Berbagai cara ia lakukan agar hidupnya bisa terbebas dari aturan yang menurutnya tak sesuai dengannya. Sampai pada suatu ketika, Hana dipertemukan oleh takdir dengan seorang pria yang tak pernah ia inginkan semasa hidupnya, Daniel Leonardo Smirnov. Seorang mafia yang dunianya penuh dengan kegelapan melebihi tempat tergelap di dunia. Mampukah Hana menjadi penerang bagi Daniel dan akankah Daniel mampu memberikan kehidupan yang diinginkan oleh Hana? Simak terus kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arashka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Bertemu Calon Mertua
"Kau sangat wangi." ujar Daniel.
Hana tercekat, jantungnya berdetak dengan sangat hebat, bulu-bulu halus di tubuhnya seakan-akan berdiri. Tangan kanan Daniel terangkat dan menyentuh pipi Hana dengan sangat lembut. Kemudian ia menatap mata abu milik Hana dengan tatapan penuh kabut . Kini tatapan itu turun ke bawah menyusuri hidung hingga ke bibir ranum yang berwarna merah muda. Daniel tak bisa lagi membendungnya, ia mulai melumat bibir Hana pelan. Menyesapnya dan menghujani ceruk leher Hana dengan ciuman kemudian ia kembali menyatukan bibir mereka. Hana yang juga merasakan gairah dalam dirinya membalas ciuman dan lumatan itu dengan gugup.
TOK TOK TOK
"Hana, Nyonya Smirnov sudah menunggumu di bawah."
Suara Semyon di balik pintu kamarnya membuat kesadaran Hana kembali sepenuhnya. Dengan cepat ia menarik tubuhnya menjauh. "A-aku harus memakai bajuku." ujar Hana dengan terbata-bata sembari meremas handuknya.
Daniel terkekeh lalu ia bangkit dari atas ranjang. "Hemm, pakailah atau aku akan menerkammu sekarang dan tak akan ada yang bisa menghentikanku." ujar Daniel lalu mengecup bibir Hana sekilas.
Hana terduduk di samping ranjang memegang dadanya yang masih berdetak dengan sangat hebat seperti seseorang yang baru selesai lari marathon. "Apa yang ku lakukan?" gumam Hana pada dirinya sendiri.
***
Dimitri, Belinda, Daniel serta Hana kini sedang menikmati makanan yang terhidang di atas meja makan. Sesekali tawa hangat terdengar di antara mereka, kecuali Daniel. Sepertinya ia masih marah terhadap Dimitri.
"Hana, wajahmu terasa tidak asing bagiku." ujar Belinda.
"Dia sahabat Brianna." Daniel menjawabnya dengan cepat.
"Benarkah? Oh My God, sepertinya aku pernah melihatmu di acara pembukaan resort milik Daniel."
"Aku memang hadir di acara itu, Aunty." jawab Hana.
"Ini memang takdir kalian, Daniel. Mom yakin kalian akan menikah." sahut Belinda.
"Aku memang berencana untuk menikahinya, Mom." jawab Daniel.
Hana menoleh seketika ke arah Daniel, memberikan tatapan menusuknya. "Aunty, jangan dengarkan dia. Dia selalu asal bicara." sahut Hana.
"Kau tidak menyukai putraku, Hana?" Kali ini Dimitri ikut menyahuti.
"B-bukan begitu. Tapi a-aku..." Hana menggantungkan kalimatnya, ia ragu apakah perlu ia memberitahukan mengenai statusnya kepada Dimitri dan Belinda.
"D-daniel bisa mendapatkan wanita yang lebih baik dariku, Uncle." jawab Hana.
Belinda mengerutkan keningnya. "Jangan bicara seperti itu, sayang. Jika Daniel memilihmu, itu berarti kau memang pantas untuknya."
"Tapi Aunty, aku sudah.."
"Ia sudah memiliki seorang putra, Mom. Namanya Liam, dia sangat tampan dengan mata abu seperti ibunya." sahut Daniel menjelaskan karena ia sangat gemas dengan Hana yang tidak segera memberitahukan hal tersebut kepada orang tuanya.
"Oh really?? Apa karena itu kau merasa tak pantas untuk anakku, sayang? Jangan berkecil hati, anak ku pun tak sesempurna itu. Jika kalian menikah, maka setidaknya aku sudah mendapatkan satu bonus darimu. Aaah aku sangat tak sabar, Claire dan Clive pasti akan sangat senang mendapatkan keluarga baru." sahut Belinda sembari tersenyum hangat menyebutkan nama kedua cucunya dari Brianna dan Allard.
Hana terkejut, respon kedua orang tua Daniel benar-benar di luar dugaannya. Ia mengira, Belinda dan Dimitri akan memandang remeh terhadapnya dan berpikiran bahwa putra sulungnya yang sempurna itu harus mendapatkan seorang wanita yang juga tak kalah sempurnanya.
"Kapan-kapan bawa lah Liam ke tempatku, Hana. Aku ingin melihatnya secara langsung." ujar Dimitri.
"A-aku.."
"Kau masih saja terlihat gugup. Kami bukan orang tua yang berpikiran sempit sayang, kau sangat di terima di keluarga ini. Jangan pernah berkecil hati." sahut Belinda gemas.
Hana tersenyum kecil lalu menganggukkan kepalanya.
"Mom, kalian akan kembali besok?" tanya Daniel.
"Yaa, kami tak bisa berlama-lama di sini." sahut Belinda.
"Aku sudah meminta kepada anggota kita yang di sana untuk memperketat penjagaan."
"Thank you, son." jawab Dimitri.
***
Hana dan Daniel melambaikan tangan ke arah Belinda dan Dimitri ketika mereka memasuki sebuah pesawat. Belinda dan Dimitri akan kembali ke Zurich menggunakan pesawat pribadi. "Ayo, kita pulang." ajak Hana.
"Tunggu.." sahut Daniel menahan tangan wanita itu.
"Apa lagi?"
"Kita juga akan pergi ke suatu tempat, Hana." ucap Daniel.
Hana mengerutkan dahinya keheranan.
"Kita akan menemui Liam." ujar Daniel.
"WHAT? REALLY? SEKARANG?" Pekik Hana tak percaya dan Daniel hanya mengganggukkan kepalanya sembari tersenyum lebar.
"Tuan, pesawat sudah siap." ujar seorang pria yang bertugas di sana.
"Ayo, Liam pasti sudah menunggumu." Daniel mengamit tangan Hana dan berjalan menaiki tangga untuk masuk ke dalam pesawat pribadinya.
"Daniel apa ini serius?" Hana masih saja merasa tak percaya.
"Aku tahu kau sangat merindukannya. Aku tak bisa membuatmu merasa jauh dengan anakmu sendiri." jawab Daniel.
"Tapi ayahku.."
"Aku akan bicara dengannya, kau jangan khawatir."
Perjalanan di lalui dengan lancar dan tanpa hambatan. Mereka di jemput oleh salah satu anak buah Daniel yang berada di sana menggunakan sebuah mobil mewah. Jantung Hana lagi-lagi berdegup dengan sangat hebat, bukan karena ia duduk di samping pria tampan nan kaya raya, melainkan ia takut jika ayahnya akan bertindak brutal kepada dirinya dan juga Daniel. Ia juga takut tak bisa lagi keluar dari rumah itu. Tapi setiap masalah harusnya ia hadapi dan jangan pernah menghindar. Hana tahu pasti bahwa suatu saat ia memang harus kembali dan menemui keluarganya. Tapi ia tak menyangka bahwa ia akan kembali bersama Daniel.
"Kau siap?" tanya Daniel ketika mobil mulai berhenti di halaman rumah keluarga Jordan Brown. Hana mengangguk mantap, kemudian pintu mobil pun terbuka.
Daniel serta Hana keluar dari dalam mobil dan berjalan beriringan. Daniel menggenggam tangan Hana dengan sangat erat. Ia juga mengelus punggung tangan Hana berharap agar wanitanya itu sedikit tenang.
TING TONG
Daniel menekan bel di sampingnya, dengan cepat pintu rumah pun terbuka lebar dan menampilkan sosok pria berbadan tegap dengan raut wajah yang tak terbaca. Di detik selanjutnya..
BUGH
Hantaman dari tangan kokoh itu mengenai tepat di pipi Daniel. Daniel yang tak siap dengan serangan itu pun terdorong ke belakang beberapa langkah.
"Daddy!!" teriak Hana.
"Daniel, kau tak apa?" pekik Hana yang langsung menghampiri Daniel dan menyentuh pipi Daniel dengan pelan.
"Tak apa, ini tak sebanding dengan lukaku yang pernah aku dapatkan." sahut Daniel.
"Jordan, ada apa?" tanya Christy dari arah belakang.
"Itu salam pembuka dariku karena kau sudah membawanya kabur, pria pengecut!" Teriak Jordan dengan berapi-api.
"Dad, dia tak bersalah!" Pekik Hana tak terima.
"Jordan apa yang kau lakukan? Oh astaga, Hana..." Christy langsung menerobos keluar dan memeluk putrinya dengan erat.
Rasa rindu dari seorang ibu terhadap anaknya menguap begitu saja ketika mereka saling berpelukan.
"Apa yang Daddy mu lakukan terhadapnya?" Tanya Christy.
"Daddy meninjunya, Mom." Jawab Hana.
"Tak seharusnya kau melakukan itu, Jordan! Kau tak apa, nak?" tanya Christy kepada Daniel.
"Aku tak apa." jawab Daniel.
"Ayo masuk. Kita bicara di dalam." Ajak Christy kepada Hana dan Daniel.
"Minggir Jordan, lama-lama aku muak dengan sikapmu yang selalu seperti ini terhadap Hana!" pekik Christy yang kini sudah mulai berani kepada suaminya.
Hana, Daniel, Christy dan Jordan kini berada di ruang tamu. Mereka terdiam sesaat hingga akhirnya Daniel memulai pembicaraan.
"Maafkan kedatangan kami yang mungkin terkesan tiba-tiba. Tapi aku rasa, aku harus memperkenalkan diri secara formal." sahut Daniel.
"Siapa kau sebenarnya? Apa kau pria pengecut itu?!" Tanya Jordan.
"Aku Daniel Leonardo Smirnov, maksud dan tujuanku datang ke sini untuk bertemu dan mengenal lebih dalam lagi keluarga calon istriku." jawab Daniel.
"Kau sudah berani menyebutnya calon istrimu disaat aku bahkan belum mengatakan apa-apa." sahut Jordan sambil tertawa meremehkan.
Berbeda dengan Christy, reaksi wanita itu cukup terkejut saat mendengar perkataan Daniel. "Kau anak Dimitri Smirnov?"
Daniel menganggukkan kepalanya dengan mantap. Seketika raut wajah Jordan berubah. "Kau..?"
"Aku ingin menikahi Hana dalam waktu dekat. Aku meminta restu dari kalian." ujar Daniel tanpa bertele-tele.
"Mengapa kau tak mengatakannya sejak awal?" sahut Jordan.
"Aku bahkan tidak diberi kesempatan untuk berbicara, kau langsung meninjuku." jawab Daniel.
"Hahaha.. Anakku memang pintar. Bagaimana bisa kau mendapatkan pria yang kekayaannya bahkan berkali-kali lipat dari semua pria yang hendak ku jodohkan denganmu? Aku setuju. Kali ini aku setuju." sahut Jordan dengan tawa bahagianya.
"Maafkan Jordan, Daniel. Dia memang pria gila, aku bahkan sudah muak dengan semua sikapnya." sahut Christy. "Jika kau tidak menyebutkan nama Smirnov, sudah pasti dia tak akan menyetujuinya, kid." lanjut Christy.
"Apa kalian mengenal ayahku?" tanya Daniel.
"Tentu saja, puluhan tahun yang lalu aku sempat beberapa kali bekerja sama dengan ayahmu. Aku tak menyangka sekarang anakku malah menjadi kekasihmu." ujar Jordan.
"Tapi apa kau tahu bagaimana kondisi putriku? Aku tak mau ia hidup serba kekurangan, apalagi ia sudah memiliki anak." lanjut Jordan.
"Kau bisa memegang janjiku. Aku tak akan membuatnya kesusahan, dan aku juga akan menganggap Liam seperti anakku sendiri." sahut Daniel.
Jordan mengangguk-anggukkan kepalanya lalu tersenyum. "Hana, kau tahu Daddy sangat mencintaimu?"
Hana pun menganggukkan kepalanya.
"Kau sudah berhasil memanfaatkan kesempatan yang sudah Daddy berikan padamu. Kau bekerja di Rusia untuk menafkahi dirimu sekaligus anakmu, kau juga kini bertemu dengan seorang pria yang aku yakini dia bisa menjagamu dan Liam dengan baik." ujar Jordan dengan mata yang berkaca-kaca.
"Bagaimana Daddy bisa mengetahuinya kalau aku.."
"Aku ayahmu, Nak. Jangan lupakan itu. Aku akan selalu mengetahui kemana pun kau pergi, aku selalu menjagamu sayang. Kemarilah.." Jordan merentangkan kedua tangannya berharap Hana akan berlari ke dalam pelukannya.
Kedua mata Hana terasa sangat panas saat ini, ia pun menangis dan langsung berhambur ke dalam pelukan sang ayah. "Itu semua aku lakukan agar kau bisa berubah, dan kau bisa menjadikan kesalahanmu yang lalu sebagai pelajaran yang sangat berharga." ucap Jordan sembari mengelus punggung Hana yang bergetar.
Jordan melerai pelukannya lalu mengusap air mata yang membasahi pipi Hana. "Kau adalah ibu yang baik dan sangat bertanggung jawab. Aku bangga padamu." Jordan mengecup kening Hana lalu kembali memeluknya.
TBC