Pernikahan Bocah SMA

13:28.

Acara pernikahan sederhana yang hanya sah dimata agama telah usai. Semua orang yang sengaja diundang untuk dijadikan saksi serta wali yang jumlahnya tak banyak, karena pernikahan ini sifatnya masih harus dirahasiakan, mereka telah kembali pulang kerumahnya masing-masing.

Kini, hanya tinggal Sera, Victor, Viola, Bintang, dan Zo yang mengisi ruang tamu. Suasananya cukup hening namun Sera dan Victor tahu, pasti akan ada api yang menyambar keheningan pada siang hari ini.

"Bintang, maa..."

"Mama Papa keterlaluan!"

Sera, Victor terlonjak, suara dengan nada tinggi dari Zo membuatnya kaget. Tetap saja kaget, terkejut walau mereka berdua sudah mengantisipasinya.

"Jangan kurang ajar! Kami ini orangtuamu, Zo!" Victor tak kalah kesal. Ya, Victor tahu jika rencananya salah karena menikahkan mereka secara diam-diam. Tetapi Victor melakukan ini untuk kebaikan bersama.

"Orangtua yang menikahkan putranya sendiri secara diam-diam? Apa itu orangtua yang baik?" Zo mendelik saking emosinya.

Sera menggeleng, dia mendekati Zo dan menggenggam lengannya, namun Zo menepisnya. Sera merasa sangatlah bersalah tapi semua ini dia lakukan demi kebaikan semuanya.

"Zo, maafkan Mama. Ini semua Papa dan Mama lakukan demi kebaikan kita bersama."

Zo melengos, dia tak ingin menatap wajah Mama yang terlihat bersedih. "Kebaikan seperti apa, Ma? Pokoknya aku tidak terima dinikahkan dengan dia!" Zo menunjuk wajah Bintang yang kedua matanya memerah.

Zo tahu jika Bintang sangatlah bersedih dan juga kecewa dengan rencana Mama Papa, namun Zo tidak mempedulikan itu. Zo lebih peduli pada dirinya sendiri.

"Zo, kau tidak sepantasnya bica..."

"Pa! Apa kata teman-teman jika mengetahui aku sudah menikah?! Aku menikah diusia yang masih 18 tahun. Aku malu Pa, malu!" Zo berteriak menggelegar, dia menumpahkan segala kekecewaan, kemarahan yang sedari tadi dia tahan. "Zo kecewa!" cicitnya, dan Zo segera menuju kamarnya yang ada dilantai dua.

Didalam kamar, Zo menendang apa saja, membuang apa saja yang ada kelantai. "Argghhh! Breng.sek! Baji.ngan!" umpatnya, dan masih dalam keadaan marah Zo mengambil tas, mengisi beberapa pakaian, lalu menyampirkannya dibahu, membawanya keluar kamar.

Diruang tamu sini, Sera dan Victor tak kuasa menahan kesedihan. Mereka pikir Zo akan marah, namun tak sebesar ini kemarahannya.

"Pa, bagaimana ini? Huhuuu..." Sera menangis didalam pelukan Victor, baru kali ini Sera melihat Zo semurka itu.

"Tidak papa. Biarkan saja dia menumpahkan kekesalannya. Nanti juga akan reda sendiri, Zo itu masih labil, masih kekanak-kanakan." Victor berusaha menenangkan perasaan Sera. Victor yakin sekali jika Zo hanya kesal sejenak.

"Om, Tante. Aku juga kecewa," Setelah lama terdiam menahan berjuta kekecewaaan mendalam, Bintang berseru. Membuat Sera dan Victor menatap kearahnya.

"Bintang maafkan kami, ini semua kami lakukan agar kami lebih leluasa menjagamu dan Viola. Om dan Tante sering pergi keluar negeri karena urusan bisnis." Sera menjawab, mengusap air mata dan mendekati Bintang. Membawanya untuk duduk disofa.

"Kami khawatir padamu dan Viola, disaat kami sedang tidak ada kalian berdua akan kesepian dan sendirian. Oleh karena itu kami menikahkanmu dengan putra Tante agar ada yang menjaga kalian berdua disaat kami tidak ada, kami harap kau tidak marah pada kami,"

Bintang terdiam, emosinya semakin naik mendengar penjelasan tante Sera, tapi sekuat tenaga, Bintang menahan emosi itu. Apa katanya? Menjaga? Menjaga seperti apa yang mereka inginkan? Lihatlah, apa mereka tidak tahu jika Zo tidak menyukainya beserta Viola? Yang ada justru Zo akan membuat hidupnya semakin sengsara, bukan menjaga!

"Tapi tante, aku juga memiliki perasaan. Aku berhak marah karena om dan tante sama saja mengubah alur hidupku tanpa sepengetahuan dariku, jujur saja aku sangatlah kecewa pada om dan tante. Ini bukan hal sepele ini perihal pernikahan, Tante. Pernikahan yang kata mendiang Daddy dimana seorang istri akan mengabdi pada suami seumur hidup," Bintang menekan sudut matanya agar tak mengeluarkan air mata.

"Maaf, mungkin aku terlalu lancang dan tidak sopan berkata seperti ini pada kalian, tapi ini memang nyata dan faktanya. Aku tidak bisa menutupi kekecewaan," Masih banyak yang ingin Bintang lontarkan namun suaranya tercekat ditenggorokan, tertahan dan tak bisa dikeluarkan, Bintang terlalu sedih, marah, dan terlalu kecewa.

Melihat Bintang yang begitu bersedih, Victor merasa pusing. Niatnya baik namun caranya salah memang. Tetapi jika bukan dengan cara ini harus memakai cara apa lagi untuk menyatukan Zo dan Bintang? Bukankah ini sudah kesepakatan kedua orangtua dulu?

"Jo, apa aku salah telah menikahkan putrimu dan putraku dengan cara seperti ini? Maaf, menurutku ini adalah cara terbaik dan memudahkanku untuk menjaganya. Bukan aku lebih tepatnya putraku. Zo, dia yang akan menjaganya selama aku dan Sera berada di Amerika. Sungguh kema.tianmu membuatku bertanya-tanya, dan orang kepercayaanmu diArm Electronic juga mengatakan padaku jika kemungkinan kecelakaan waktu itu ada hubungannya dengan klien dari Amerika," batinnya.

Victor menghela, dia memijat pangkal hidung. Akan tetapi suara langkah kaki yang berasal dari undakan tangga membuatnya menoleh, Victor melotot melihat Zo yang berjalan dengan keadaan emosi serta ransel yang tersampir dibahu.

"Zo! Apa yang kau lakukan, Hah!" Victor menahan bahu Zo ketika dia akan melewatinya.

"Lepas, Pa! Aku ingin hidup mandiri! Percuma, disini aku sudah tak disayangi lagi!" Zo menepis tangan Papa, dan Zo kembali berjalan menuju pintu.

"Zo! Jangan seperti ini, Sayang!" Sera menjerit, dia beranjak dari sofa dan memeluk Zo dari belakang, Sera menangis, dia benar-benar tak menyangka semuanya akan menjadi serumit ini. "Zo jangan pergi, Mama minta maaf. Mama dan Papa sangat menyayangimu, huhuuu..."

"Ma, aku bukan anak yang baik. Bukankah selama ini aku selalu mempermalukan Mama dan Papa karena nilaiku selalu jelek? Nah, biarkan Zo pergi supaya Mama dan Papa tidak malu lagi,"

Sera menggeleng, air mata semakin deras membanjiri pipi. Sedangkan Victor dia semakin merasa pusing, dia sedang pusing karena sedang ada pencarian dibalik kematian Johan, menikahkan Bintang dan Zo adalah cara terbaik agar ada yang menjaga Bintang saat dirinya dan Sera diAmerika.

Akan tetapi semua terjadi diluar rencana. Respon Zo berlebihan, pakai acara minggat dan ingin hidup mandiri segala. Astaga!

Victor menghela. "Baiklah! Jika ingin hidup mandiri, bawa istrimu bersamamu,"

"APA?!" Bintang dan Zo terkejut bukan main begitu juga dengan Sera.

"Pa! Apa yang kau katakan? Kau mengusir mereka?" Sera tak terima.

"Aku tidak mengusirnya. Hanya menuruti kemauan Zo yang ingin mandiri. Pergilah keapartemen Z. Tinggalah disana, itu adalah mahar yang diberikan pada Bintang senilai tiga milyar," ucap Victor.