Bagi seorang ibu selama khayat di kandung badan kasih sayang pada anak tak akan hilang. Nyawa pun taruhannya, namu demi keselamatan sang anak Suryani menahan rindu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosida0161, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Garis Mukanya Sama Dengan Anakku
Suryani sudah menyiapkan beberapa tangkai daun kelor yang muda dan bagus. Lalu dua siung bawang putih. Tiga siung bawang merah. Dua kali dua cm potongan kencur. Sedikit lengkuas. Garam dan santan serta satu sendok tepung beras. Tak lupa garam dan sedikit bumbu masak. Ada satu bumbu yang dipersiapkan pula, yaitu bumbu kunci. Rupanya Suryani akan pula memperkenalkan sayur bening kelor tanpa santan pada nona majikannya nanti.
Semua ini untuk persiapan praktek masak bobor kelor permintaan Dila non majikannya.
Peralatan masak serta panci pun sudah ia persiapkan. Hanya tinggal menunggu majikan mudanya datang ke dapur.
"Silahkan Non," terdengar suara Yanti di ambang pintu dapur, "Bik Yani sudah menunggu dan semua keperluan sudah dipersiapkan,"
Suryani langsung keluar dapur. Yanti menunjukkan keberadaan dirinya pada Non Dilanya.
"Selamat sore, Non, saya Bik Yani asisten baru di sini yang dengan senang hati mau mempraktekkan pembuatan bobor kelor," dengan santun Suryani menganggukkan kepala pada Dila.
"Ya aku mau mengucapkan terima kasih pada Bibik, karena bobor masakan Bibik Mas Adi calon suamiku sangat menyukainya,"
"Sama sama, Non, dan saya sangat tersanjung jika masakan sederhana itu berkenan pada Tuan Muda calon suami Non,"
"Ah entah kok Mas Adi suka sekali dengan bobor kelor, Bik, katanya sayur kenangan bersama ibunya semasa kecil,"
Berdebar dada Suryani teringat akan Adi kecilnya yang begitu suka dengan sayur bobor kelor, atau bening kelor tanpa kencur.
"Bisa dimulai, Bik?" Ramah sikap Dila menatap Suryani.
"Apa kata Non saja, saya siap melaksanakan," angguk Suryani.
"Baiklah kita mulai sekarang, ya,"
"Baik, Non, " lalu Suryani menggeser berdirinya, memberi jalan pada gadis ramping berkulit kuning bersih itu.
Dian diam Yanti yang mengantarkan non majikannya ke dapur, langsung menghilang.
"Wow sudah siap rupanya ya Bik?" Dila yang sangat ingin membuat masakan untuk suaminya kelak sangat apresiasi pada kesigapan Suryani yang telah mempersiapkan semua keperluan.
"Ya, Non," angguk Suryani.
"Bik," Dila menatap Suryani.
"Ya, Non," sikap Suryani sangat santun.
"Bibik kan orang baru di sini,"
"Ya, Non," angguk Suryani.
"Bik tolong buka markernya sebentar biar aku tahu wajah Bibik seluruhnya," pinta Dila pada Suryani dengan tersenyum.
Berdebar dada Suryani karena dirinya bukanlah seperti perempuan lainnya, perempuan tanpa masa lalu kelam. Dirinya adalah mantan napi. Mantan napi pembunuhan.
Pastilah yang mendengar akan ngeri dan enggan untuk mendekatinya.
"Bik," suara lembut Dila menyadarkan Suryani dari lamunannya.
"Ih iya, Non, maaf," segera Suryani membuka maskernya dan memandang nona majikannya dengan senyum.
"Wow Bibik nih masih cantik, ya, nggak tua tua amat " ujar Dila tersenyum memuji raut wajah Suryani yang masih terlihat cantik walau tanpa bedak dan apa pun di wajahnya itu.
"Non bisa saja, saya mah orang kampung, Non" menunduk Suryani
"Umur Bibik berapa?"
"Empat puluh tujuh tahun, Non"
"Belum tua banget, ya,"
"Sudah tua, Non,"
"Punya anak, Bik?"
Suryani terdiam tak langsung menjawab.Terbayang wajah polos Adinya. "Sekarang kamu sudah dewasa, Nak?" Tanpa sadar raut mukanya jadi sedih.
"Bik kok seperti mau menangis?" Dila memiringkan wajahnya mencoba memandang Suryani yang menunduk itu.
"Saya teringat anak saya, Non" tangan Suryani menyeka air matanya.
"Memangnya anaknya kemana Bik?"
Suryani masih diam.
"Maaf ya Bik kalau aku banyak nanya dan kepo, " seperti merasa bersalah Bila menyentuh pundak Suryani.
"Non nggak salah, hanya nasib kami yang terpisah sejak anak saya umur tujuh tahun,"
"Yang benar, Bik?" Dila sangat perhatian pada asisten bagian dapur yang baru ini.
Suryani terkejut karena sudah keterlepasan curhat tentang perpisahannya dengan Adi. Aduh bagaimana ini. Maka segeralah ia mengarang cerita yang tak sama persis dengan kenyataan yang terjadi dengan dirinya dan Adinya.
"Saya cengeng, Non," segera Suryani berusaha untuk tidak terlalu sedih.
'Nggak apa, Bik wajar namanya juga pisah sama anak terlalu lama. Aku doakan semoga segera bertemu dengan anak Bibik, ya, dan semoga juga anak Bibik sehat dan baik baik saja," ujarnya tak mau lagi banyak bertanya, padahal ia ingin tanya sudah berapa lama pisah sama sang anak Bibik pembantunya itu. Tapi takut bertambah sedih. Maka pertanyaan setop saja.
"Ya Non terimakasih. Anak saya ikut pamannya transmigrasi ke Kalimantan dulu," ujar Suryani.
'Bibik yang tenang, ya, pasrahkan sama Allah semuanya Bi,"
"Ya, Non," diam diam Suryani merasa terharu pada keperdulian majikan mudanya itu.
"Bagaimana siap praktek masak bobor kelor, ya?" Dila langsung menggulung rambutnya yang melewati bahu dengan jepit. Dan mengeluarkan tutup kepala dari saku celana panjangnya. Nah sudah siap gadis itu untuk belajar masak bobor kelor dari Suryani.
Suryani memetik beberapa tangkai kelor dan Dila tak mau tinggal diam Ia membantu ikut memetik daun kelor dari batang dan rantingnya. Setelah itu daun kelor dipotong potong.
"Dipotong potong secara serabutan saja, Non, maksudnya supaya menyatu antara bumbu dengan daun kelor ini. Ya supaya tak terlihat satu satu jika disayur." Seru Suryani yang sudah mengenakan maskernya kembali.
Kemudian Suryani mengulek bumbunya. Kencur bawang merah dan bawang putih. Sedikit garam dan bumbu masak.
"Biar aku yang ngulek Bik," pinta Dila.
"Silahkan Non"
Dila mulai mengulek racikan bumbu bobor kelor.
"Non saya sudah mencatat di kertas jika Non mau, "
"Boleh Bik," angguk Dila, "Sebenarnya bumbunya simple, sih cuma jaga jaga takut aku lupa gitu Bik,"
"Ya, Non" angguk Suryani.
"Sudah halus belum, Bik?" Dila berhenti mengulek menunggu Suryani memeriksa hasil ulekannya.
"Maaf sedikit lagi, Non,"
"Oke," segera Dila melanjutkan ulekannya.
Setelah halus kemudian dimasukkan ke santan di panci.
"Bubuhkan satu sendok tepung beras yang sudah diaduk dengan sedikit air, ya, Non, untuk lebih mengikat santan dan kelor. Aduk santan sama bumbu dan tepung beras tadi, supaya santan dan tepung serta bumbu menyatu." baru saja Suryani mengaduk santan di panci yang sudah dipanaskan di atas kompor, Dila minta untuk mengaduknya.
Dila mengaduk santan hingga mendidih'.
"Udah mendidih, Bik,"
"Beberapa saat lagi baru dimasukkan kelornya, Non, supaya matangnya lebih meresap,"
Setelah beberapa saat mendidih lalu Dila memasukkan daun kelor seperti yang diintruksikan Suryani.
"Terus, Bik?" Dila menoleh pada Suryani.
"Diaduk terus Non supaya santannya merata,"
"Oke,"
Dila dengan sabar mengaduk bobor kelornya, "Hem sudah harum," serunya sambil menghirup aroma bobor dari panci yang bergolak mendidih.
Selain bobor kelor Suryani memberi resep kelor bening.
"Nah untuk selingan jika Tuan muda suka bisa dibuatkan kelor bening, ya seperti kita masak sayur bayam bubuhkan kunci bumbu dapur sedikit selain bawang merah dan bawang putih,"
'Catat ya Bik,"
"Siap, Non,"
"Makasih, ya, Bik,"
"Sama sama, Non,"
"Ayo Bik kita makan bobornya," dan Dila mengambil mangkok kecil untuk dirinya sendiri.
"Non juga doyan bobor kelor?"
"Mulanya nggak suka, Bik, aneh gitu, tapi melihat Mas Adi doyan to aku melu, ikutan jugalah," tertawa renyah gadis itu, "Wah rasane persis dengan yang kemarin Bibik buat, sedap," kini sendok kedua masuk ke mulutnya.
"Maaf, Non, segitu sukanya Tuan muda pada sayur kelor?"
"Banget, sampe kata Mbak Nila jangan jangan Mas Adi kecilnya sama ibunya cuma dikasih sayur kelor tiap hari" tertawa Dila.
Hape Dila berdering. Rupanya telepon dari Adi.
"Assalamu'Alaikum"
"Wa'alaikum salam,"
'Sedang opo sayang?"
"Baru saja belajar masak sayur bobor kelor sama Bibik, rasane pol enak!" Suara Dila penuh kebahagiaan.
"Oh ya?"
"Ya,"
"Yo Wis salam Karo si Bibik terima kasih Wis ngajari Dila buat bobor kelor sayur kampung masa kecilku,"
Hubungan telepon selesai.
"Bik Mas Adi titip salam,"
"Dalam kembali, boleh Non lihat foto Tuan muda?" Tahu tahu Suryani nyeletuk tanpa sadar, "Maaf, Non"
"Nggak apa,. Oke santai saja,"tersenyum Dila mencari foto Adi di hapenya, "Ini, Bik,"
Berdebar Dada Suryani saat diperlihatkan sosok Adi calon suami Dila.
Suryani merasa kenal dengan sepasang mata milik Adi. Garis muka Adi ia juga kenali.
Terhenyak Suryani. Adi calon suami Non majikannya memiliki garis muka dan sepasang mata mirip dengan Adi kecilnya dulu.
"Tak mungkin dia Adi, mungkin hanya kebetulan saja. Lagipula dua puluh tahun aku tak pernah melihat Adi. Tapi mata itu ..."
"Bik ...' Dila heran melihat Suryani terpana melihat wajah Adi.
"Oh maaf, Non, saya membayangkan jika anak saya sedewasa Tuan muda," dan hati Suryani berdebar.
Bersambung