Ini bukan cerita seorang CEO yang kejam, dingin, dan pemaksa. Giovani adalah seorang CEO yang baik hati, ramah, dan tampan. Namun selalu memiliki nasib buruk dalam kehidupan asmara. Berkali-kali dia gagal dalam menjalin hubungan percintaan dengan perempuan.
Hingga akhirnya dia jatuh cinta kepada sosok Sofia, seorang model cantik yang angkuh namun baik hati, yang berhasil mencuri hati seorang Gio. Bahkan Gio rela menyamar menjadi seorang bodyguard agar bisa mendekati Sofia. Mampukah Gio mendapatkan cinta Sofia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Nolasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Malam pun tiba. Gelapnya langit malam berhias gemerlap bintang dengan pancaran sinar rembulan yang indah. Suasana malam yang diliputi semilir angin menambah kesan manis untuk malam ini.
Sofia berada di taman belakang rumah. Duduk diayunan sambil menatap langit malam adalah kegiatan favoritnya. Apalagi pantulan cahaya bulan bisa dia pandangi melalui pantulan air di kolam renang.
Sofia mengingat masa kecilnya saat masih tinggal di Polandia. Seharusnya masa kecil adalah masa yang menyenangkan dan membahagiakan. Tapi tidak bagi Sofia. Masa kecil adalah masa di mana dia dipaksa untuk menjadi dewasa sebelum waktunya.
Dia dan mamahnya harus menerima segala kebencian dari bibinya. Dia sangat tidak menyukai Astrid sebagai istri Bastian. Dan kelahiran Sofia yang dianggap lebih cantik dari putri bibinya. Sering kali bibi Sofia berusaha membuat hubungan Astrid dan Bastian hancur. Dia selalu berusaha membuat hidup Sofia hancur.
Setelah kakek Sofia meninggal dan semua hartanya diberikan kepada papahnya, kebencian bibinya semakin menjadi. Dia tidak terima jika seluruh harta milik ayahnya jatuh ke tangan adiknya sendiri. Berbagai cara dia lakukan agar Bastian menyerahkan hartanya. Hingga hampir membahayakan nyawa Sofia. Disitulah Bastian memutuskan menyerahkan harta miliknya secara sukarela dan membawa keluarganya pindah dan tinggal di Indnesia.
"Granpa, Sofia kangen banget. Sofia pengin ke makam grandpa di Polandia, tapi Sofia takut ketemu bibi" lirih Sofia menteskan air matanya.
Akhirnya setelah Sofia dan keluarganya berada di Indonesia, mereka dibantu oleh keluarga Astrid. Bastian mencoba kembali merintis karirnya sebagai arsitek mulai dari nol hingga sesukses saat ini. Sebagai anak Sofia pun tidak tinggal diam.
Dia ingin bekerja untuk membantu perekonomian keluarganya. Sofia yang menyadari akan kelebihan fisiknya mencoba mengikuti berbagai event pemilihan model dan event carnival. Hingga akhirnya dia bertemu Yopi dan bisa bergabung dengan DC Models.
Mengingat masa lalunya yang kelam, membuat Sofia merasa lelah sendiri. Dia sampai ketiduran di atas ayunan yang masih mengayun dengan pelan. Angin sempoi-sempoi bertiup membuat anak-anak rambut Sofia menutupi setengah wajah cantiknya.
*****
Gio melirik jam tangan yang melingkar di tangan kirinya yang menunjukkan pukul sembilan malam. Dia baru saja memarkirkan mobilmya di halaman rumah Sofia. Entah mengapa saat dia meninggalkan kantor, Gio memikirkam Sofia. Ingin sekali dia melihat keadaan wanita itu.
Gio keluar dari mobil dan menuju pintu rumah Sofia. Mengetuk pintu beberapa kali sampai pembantu rumah Sofia membukakan pintu.
"Mas Danar."
"Nona Sofia ada?"
"Dia ada di taman belakang."
"Di taman belakang?" tanya Gio meyakinkan.
"Iyaa. Bahkan makan malam saja di taman."
"Untuk apa dia masih di sana sampai malam begini?" tanya Gio.
"Saya tidak tahu, Mas. Saya cuma melihat Non Sofia melamun di atas ayunan sejak sore."
"Hah? Sejak sore?"
"Iya, Mas. Saya sudah menyuruh Non Sofia untuk masuk ke rumah. Tapi dia menolak terus."
"Ini sudah malam. Udara malam tidak baik untuk kesehatannya. Dia kan sedang sakit" ucap Gio.
"Sebaiknya Mas Danar melihat Non Sofia sendiri. Tadi dia sudah melarang saya untuk datang ke taman."
"Baik saya akan ke sana dan melihat dia" seru Gio dengan satu anggukan.
Gio berjalan masuk ke dalam rumah. Entah mengapa dia melangkah cukup cepat. Ada rasa khawatir di dalam hatinya tentang keadaan Sofia. Gio menghentikan langkahnya di depan pintu menuju taman. Dia melihat punggung Sofia bersandar pada ayunan. Dia melangkah perlahan menghampiri Sofia.
"Sofia" panggil Gio pelan.
Gio langsung terdiam saat melihat Sofia tertidur cukup pulas. Seulas senyum teukir di wajah Gio, saat melihat kecantikan wajah Sofia layaknya seorang putri. Ditambah lagi cahaya bulan yang menyorot wajahnya, menambah aura kecantikan Sofia. Dia terlihat semakin cantik walaupun tanpa make up sekalipun.
Gio menyilakan anak-anak rambut Sofia yang menutupi wajahnya ke belakang telinga.
"Cantik" lirih Gio memuji kecantikan Sofia.
Gio mengangkat tangannya dan menyentuh kening Sofia. Rasanya kulit wajah Sofia sangatlah lembut persis seperti kulit bayi.
"Ya ampun, kenapa tubuhnya panas?" ucap Gio panik saat merasa suhu tubuh Sofia tinggi.
Dia kembali mengecek kondisi tubuh Sofia, "Pasti dia demam karena terlalu lama di luar," jelas Gio.
Tanpa pikir panjang, Gio mengangkat tubuh Sofia dan menggendongnya. Saat melewati dapur, Gio meminta pembantu rumah Sofia menyiapkan satu baskom air hangat dan handuk kecil.
"Bi, tolong siapkan air hangat dan handuk kecil untuk mengompres Sofia" kata Gio.
"Non Sofia kenapa, Mas?" tanyanya.
"Dia deman" jawab Gio.
"Siap Mas" balas pembantu itu.
Sesampainya di dalam kamar, Gio menidurkan Sofia dengan pelan. Menyelimuti tubuh rampingnya dengan selimut dan dia tidak menyalakan AC karena takut Sofia kedinginan. Pembantu datang membawakan apa yang diminta Gio dan segelas teh jahe hangat untuk Sofia.
Gio mulai mencelupkan handuk kecil itu ke dalam baskom lalu menempelkannya ke kening Sofia. Tubuh Sofia bergerak merespon kondisi basah di keningnya namun matanya tak terbuka. Setelah Gio selesai mengompres Sofia, dia mengelus lembut ujung kepala Sofia.
"Mamah..." gumam Sofia mengigau memanggil mamahnya.
"Papah tolong Sofia, Pah" teriak Sofia menendang-nendangkan kakinya.
Gio terkejut saat mendengar suara teriakan Sofia. Sepertinya Sofia bermimpi buruk. Dan mimpi itu pasti berhubungan dengan masa lalunya yang membuat dia memiliki trauma berat. Gio langsung memeluk Sofia dan menenangkannya.
"Sssttt...tenang, aku di sini. Tidurlah sayang" balas Gio selembut mungkin.
Pelan-pelan napas Sofia yang awalnya memburu kembali teratur. Dia bisa tenang lagi karena sentuhan lembut dari Gio. Dia sendiri tidak menyangka bahwa Sofia kecil memiliki masa kecil yang menyedihkan. Setelah Gio mendapatkan seluruh informasi tentang kehidupan Sofia, tentu saja dia terkejut.
Mungkin masa lalu Sofia ini, yang membuat dia harus bersikap angkuh, cuek, dan keras kepala di depan orang. Agar tidak ada yang berani menindas dia. Tapi di balik semua ini, Sofia memiliki hati yang mudah rapuh.
Gio yang sedang berada diposisi duduk akhirnya setengah merebahkan tubuhnya di kasur berdampingan dengan Sofia, tapi punggungnya masih bersandar pada sandara kasur.
"Sofia, aku telah jatuh cinta kepada kamu pada pandangan pertama. Kamu adalah wanita pertama yang membuat aku lupa dengan duniaku. Kamu yang membuat aku takut jika kamu kesakitan. Kamu yang membuat aku merasa bahagia hanya dengan melihat senyum manismu. Apapun yang terjadi aku akan memperjuangkan kamu. Akan aku buktikan kepada seluruh dunia kalau kamu adalah wanita yang sempurna" ucap Gio lalu mengecup kening Sofia cukup lama.
Gio menelusuri wajah Sofia dengan jsri jemarinya, "Aku akan lakukan apapun untuk kamu. Membuat kamu percaya bahwa aku sudah mencintai kamu sejak lama bukanlah tugasku, tapi tugasku adalah melindungi kamu dengan segenap jiwaku. Aku tidak mau kamu merasakan penderitaan lagi. Aku akan di sini, berada di sampingmu," lanjut Gio.
Gio tidur dengan tangan kanan berada di atas kepala Sofia dan tangan kiri di atas tubuh Sofia, seakan-akan dia sedang memeluk Sofia. Sofia yang merasa mendapat kehangatan dan kenyamanan langsung tertidur pulas begitu saja. Akhirnya Gio bisa memejamkan matanya dan sudah berada di alam mimpi.