Masa lalu kelam Ariel Anastasia sebagai Sugar Baby sudah ia tinggalkan sejak lama. Ariel menikah dengan Wawan, lelaki yang dianggapnya baik namun berubah menjadi suami kasar yang gemar mabuk-mabukan.
Di tengah kebutuhan ekonomi yang semakin menghimpit, Wawan tak membantu malah makin gemar mabuk-mabukkan. Ariel yang membutuhkan uang untuk biaya hidup dan berobat anaknya memutuskan kembali ke dunia kelam masa lalunya.
Ariel bertemu Om Bobby, lelaki impoten yang hanya bisa terpuaskan jika dengan Ariel seorang. Bagaimana jika Ariel merasa nyaman bersama Om Bobby? Apakah Ariel akan berhasil menyembuhkan Om Bobby?
***
Bantu support Author dengan baca sejak awal sampai habis ya, jangan nunggu tamat ya 🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengaruh Ucapan Om Sam
Bukannya takut dengan ancaman Om Bobby, Om Sam malah kembali memanggil nama Ariel. "Ariel! Ariel Sayang, keluarlah! Sambut kedatanganku, Sayang!"
"Sam, aku bilang diam! Tak usah kau panggil Ariel lagi! Kalau kamu terus membuat keributan, maka aku akan panggilkan security!" ancam Om Bobby.
"Silahkan saja panggil. Kamu lupa kalau aku juga penghuni komplek ini?" tantang balik Om Sam.
Om Bobby memilih untuk mengacuhkan Om Sam dan masuk ke dalam. Suara teriakan Om Sam masih terdengar kencang. "Ariel, Honey! Yuk ikut sama Om!"
Om Bobby berpapasan dengan Ariel yang baru saja hendak keluar untuk melihat apa yang sedang terjadi. "Mau apa kamu? Mau keluar?"
Ariel menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Ti-tidak, Om. Hanya mau melihat ada apa di luar," jawab Ariel.
Cepat-cepat Om Bobby masuk ke dalam rumah. Ia mengunci pintu rumah dan membawa Ariel yang sedang menggendong Galang untuk masuk ke dalam. "Ada Om kesayangan kamu tuh di depan. Sudah macam orang gila saja dia teriak-teriak memanggil nama kamu!"
Om Bobby mengambil air dingin dari dalam lemari es dan meneguknya banyak-banyak. Mencoba meredam kemarahannya dengan air dingin meski ia tahu kalau semua itu tak ada gunanya. Hatinya terasa panas mendengar Om Sam memanggil Ariel dengan begitu mesranya.
"Pelan-pelan, Om, minumnya. Nanti Om tersedak," tegur Ariel. Ariel menaruh Galang di atas karpet tempat biasa ia bermain. Ariel memberikan beberapa mainan agar anak itu asyik bermain agar Ariel bisa berbicara dengan Om Bobby.
"Kamu mau kemana? Mau ke luar?" tegur Om Bobby saat Ariel berjalan ke arah pintu rumah.
"Tidak, Om. Hanya melihat saja apakah Om Sam sudah pergi atau belum," jawab Ariel. Ternyata Om Sam sudah pergi. Ariel kembali menghampiri Om Bobby.
"Berapa lama sih kamu sama dia? Kenapa dia begitu cinta mati sama kamu sampai berteriak macam orang gila begitu?" tanya Om Bobby dengan gusar.
"Hampir 2 tahun," jawab Ariel jujur.
"Hah? 2 tahun? Kamu mau saja menjadi sugar babynya selama 2 tahun?" Om Bobby tak menyangka kalau kebersamaan Ariel dan Om Sam ternyata cukup luma, bukan sekali dua hari saja tapi 2 tahun. "Pantas saja dia kayak begitu!"
"Mau bagaimana lagi, Om, aku butuh uang untuk kuliah." Ariel menarik tangan Om Bobby dan mengajaknya duduk di kursi. "Aku masuk kuliah karena beasiswa, mana mungkin anak petani biasa sepertiku bisa masuk kampus keren macam itu. Sayangnya, beasiswaku dicabut, aku sendiri tak tahu kenapa. Aku menyembunyikan semua dari kedua orang tuaku."
"Kenapa tidak jujur saja?" tanya Om Bobby.
"Jujur pun percuma, Om. Untuk membayar kost dan makanku saja mereka kadang berhutang. Uang darimana untuk membayar uang kuliah?" Ariel tersenyum getir. "Aku terpaksa menjual keperawananku."
"Jangan katakan kalau yang membeli keperawananmu adalah ... Sam?"
Ariel mengangguk. "Om benar. Om Sam yang membeli keperawananku."
Om Bobby kembali mengepalkan tangannya dengan kencang sampai buku jarinya memutih. Om Bobby merasa sangat marah. "Kenapa kamu melakukan itu?" kata Om Bobby pelan.
"Terpaksa, mau bagaimana lagi? Aku adalah harapan kedua orang tuaku. Mereka sangat bangga saat aku mendapat beasiswa. Mereka menceritakan ke tetangga kami betapa hebatnya aku. Siapa yang menduga kalau beasiswaku dicabut tanpa sebab jelas? Aku tak bisa mengecewakan mereka, Om. Biarlah aku berkorban yang penting kebanggaan yang mereka miliki tetap ada."
Om Bobby mengusap wajahnya dengan kasar. Semua terjadi karena uang. Ariel melakukan semua ini karena uang. Hal yang ia miliki di dunia ini tapi belum tentu dimiliki oleh orang lain.
"Kamu tahu bukan kalau Sam itu sudah menikah dan punya anak?" tanya Om Bobby.
Ariel kembali menganggukan kepalanya. "Aku tahu, Om. Om Sam pernah cerita padaku tentang rumah tangganya yang tak bahagia. Aku tak berniat untuk menghancurkan rumah tangga Om Sam. Kami melakukannya karena saling membutuhkan. Aku butuh uang dan Om Sam butuh tempat untuk mencari ketenangan."
"Kenapa kamu berhenti, kamu tahu bukan kalau pada akhirnya Sam bercerai? Kamu bisa kembali padanya dan hidup bergelimang harta seperti keinginanmu," kata Om Bobby dengan pedas. Hatinya masih terasa panas.
"Seperti ceritaku kemarin, aku selingkuh dan hamil anak Noah. Keluargaku tahu semua yang kulakukan dan menyuruhku berhenti. Om Sam tak mau melepasku, dia bahkan mau menikahiku tapi aku tak mau."
"Kenapa?"
Ariel mengangkat kepalanya dan berkata dengan serius. "Karena aku tak pernah mencintainya, sekali pun. Di mata Om Sam, aku adalah budak pelampiasan hasratnya. Meski aku bukan wanita suci tapi aku ingin memiliki pasangan yang mencintai dan menerimaku apa adanya."
"Karena itu kamu menikah dengan Wawan?" tebak Om Bobby.
Ariel menganggukkan kepalanya. "Ya ... karena kupikir Mas Wawan akan mencintaiku dan menjadi imam yang baik."
Om Bobby dan Ariel lalu terdiam. Keduanya asyik dengan pemikirannya masing-masing.
"Sekarang, Sam sudah menduda. Ia masih menginginkanmu. Kenapa kamu tak mau kembali padanya?" tanya Om Bobby.
"Karena aku mencintai ... Om Bobby."
Om Bobby tersenyum kecil. Senyum yang dianggap Ariel adalah senyum karena tak mempercayai ucapan yang Ariel katakan.
"Aku sudah duga kalau Om tak akan percaya. Ucapan cinta dari mulut wanita hina macam aku tak pernah bisa terlihat tulus meski aku mengatakannya dengan jujur. Tak apa. Aku sadar diri kok, Om. Lupakan saja ucapanku." Ariel berdiri dan menggendong Galang.
"Yuk, Galang, kita main sama Mama!" Ariel menahan air matanya yang akhirnya tumpah ruah di dalam kamarnya.
Galang melihat Ariel menangis pun ikut menangis. Cepat-cepat Ariel menghapus air matanya dan memaksakan senyum di wajahnya. "Mama tak apa, Sayang. Mama kuat demi Galang. Terima kasih ya Nak sudah menjadi anak yang sayang sama Mama." Ariel memeluk Galang yang akhirnya berhenti menangis.
Om Bobby memejamkan matanya sehabis menguping percakapan Ariel dan Galang. Ia sudah tahu kalau Ariel akan menangis dan itu semua karena dirinya.
Om Bobby bukan tak percaya saat Ariel mengatakan kalau mencintainya. Om Bobby hanya tak siap mencintai lagi. Bagi Om Bobby, cinta itu menyakitkan, apalagi untuk lelaki lemah seperti dirinya.
"Kenapa? Kamu takut kalah? Kamu takut Ariel akan memilihku dibanding kamu yang loyo?"Ucapan Om Sam masih terngiang di telinga Om Bobby.
"Percuma kamu mencintai lelaki impoten sepertiku, Riel. Aku tak akan bisa membuatmu bahagia," batin Om Bobby.
****
terima kasih ya kak 🥰🥰🥰🥰