Nasyama Khadijah Putri harus menelan pil pahit saat 7 hari sebelum hari Pernikahan nya harus berakhir kandas karena ia mendapati calon suaminya sedang bercinta dengan Noni, sahabatnya di kamar utama yang akan menjadi kamar pengantinnya.
Dan semakin membuat Nasya semakin hancur setelah mengetahui mereka adalah pasangan kekasih sebelum Noni memutuskan menikah dengan Gadhing, lelaki yang masih dicintai Nasya dalam diam.
Hingga akhirnya Nasya memutuskan untuk membalas dendam dan melakukan berbagai cara untuk menjadi istri kedua dari seorang Ahmad Gadhing Athafariz.
Setelah berhasil menjadi istri kedua Gadhing dan hubungan mereka mulai dekat, Cinta mereka di uji karena Noni mengidap kanker serviks.
Noni meminta sesuatu yang sulit untuk dikabulkan Gadhing.
Lalu bagaimana kisah rumah tangga mereka? Sedangkan Gadhing sangat membenci Nasya sebelum menjadi suaminya.
Apakah permintaan Noni?
Lalu bagaimana Jimmy, duda beranak satu yang jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Nasya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Windii Riya FinoLa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. JSAMS
Nasya mengerutkan dahi karena merasa aneh dengan sikap Jimmy terlihat berlebihan. Seperti sedang kesal pada sang kekasih.
Nasya menggeleng cepat ketika pikiran tak masuk akal itu melintas di kepalanya.
Nasya masih berdiri di balik pintu yang sudah tertutup bahkan ketika Jimmy sudah berpindah duduk di sofa.
Nasya melangkahkan kaki mendekati Jimmy lalu menaruh dua kotak bekal di atas meja tepat di hadapan pria itu.
"Kenapa sarapan saya ada dua bekal?" tanya Jimmy menatap dua kotak bekal kemudian menatap Nasya yang tengah berdiri.
Nasya berdehem karena merasa tatapan Jimmy begitu dingin. "Satu kotak lagi buat makan siang dengan menu berbeda. Bapak bisa membuka dan melihatnya," sahut Nasya mencoba tetap berbicara layaknya penjual pada pembeli.
"Saya tidak suka makanan dingin. Kalau anda memberi menu makan siang sekarang, itu berarti sebelum waktu makan siang, anda harus kesini lagi untuk memanaskan makanan ini."
Nasya menganga mendengar ucapan Jimmy barusan. Bagaimana bisa pria di hadapan nya ini berkata seakan ia adalah pengasuhnya.
"Bapak bisa meminta office boy untuk menghangatkan nya sebelum jam makan siang," kata Nasya masih mencoba sabar.
Jimmy melirik Nasya sekilas kemudian membuka bekal yang di tunjuk Nasya buat sarapan. "Saya mau nya kamu," katanya.
"Maaf, pak. Saya tidak bisa karena harus sediakan makan siang buat suami saya," terang Nasya agar Jimmy mengerti.
Jimmy mendengar hal itu langsung tersedak. Dengan sigap Nasya memberikan segelas air minum pada Jimmy.
Setelah merasa baik, Jimmy menatap Nasya intens. "Jangan berbohong. Status anda di kartu identitas anda masih lajang," sela nya karena sebelum bekerja sama pada Rumah Makan Cintarasa, Rispan sudah memberi tahu tentang hal itu.
"Saya baru menikah tiga Minggu yang lalu," sahut Nasya mencoba tetap ramah.
Jimmy menautkan alis. "Nikah siri?"
Nasya mengangguk pasrah.
"Kenapa harus menikah siri? Apa seperti yang terjadi di luaran sana, kalau kamu orang ketiga dalam rumah tangga orang?" cerocos Jimmy, sebenarnya tidak tahu menahu akan hal itu dan berharap jika ucapan nya bukan lah kebenaran.
Nasya terpaku mendengar cerocosan Jimmy yang benar adanya tetapi lidahnya kelu hanya untuk menyela.
Jimmy menatap Nasya kembali dan melihat dari raut wajah gadis itu membuatnya yakin bila ucapan tadi adalah kebenaran.
Entah mengapa semenjak bertemu dengan Nasya membuatnya merasakan debaran jantung yang membuat dadanya sesak namun membahagiakan walau hanya mengingat wajah ayu gadis itu.
"Kenapa harus suami orang? bahkan banyak pria yang statusnya single. Saya contohnya," ucap Jimmy enteng seperti menawarkan kerjasama pada klien saja.
Nasya terkejut mendengar tawaran Jimmy. "Maaf, Pak. Saya permisi karena masih ada pekerjaan," pamit Nasya langsung melangkah cepat keluar dari ruangan tersebut.
Hati Nasya terasa tertusuk atas ucapan Jimmy barusan walau tahu hal itu adalah kebenaran.
Setelah Nasya keluar dari Kantor besar itu, ia langsung menuju halte terdekat menunggu angkutan umum.
*
*
Jimmy menutup kotak bekal setelah selesai memakan nya. Rasa dari masakan Nasya tidak di ragukan lagi.
Jimmy bangkit dari duduk menuju meja kerjanya. Tangan terulur memegang gagang telepon menghubungi Rispan.
"Keruangan saya, segera."
Tak berapa lama, suara dari ketukan pintu terdengar dan Jimmy menyuruh masuk karena tahu pelaku adalah Rispan.
Rispan menunduk hormat.
"Kata kamu, Nasya belum menikah. Tapi dia sudah punya suami," Jimmy berdecak mengetahui kenyataan tersebut.
"Cepat cari tahu mengenai Nasya sedetail mungkin. Saya tunggu sore ini," kata Jimmy dingin.
Rispan mengangguk mengerti kemudian keluar dari ruang kerja Jimmy. Pria berusia tiga puluh dua tahun ini berharap semoga sang Bos tidak mengalami kecewa kembali.
*
*
Sebelum pukul dua belas siang, Nasya sudah bersiap hendak ke Rumah Sakit dan tak lupa dua bekal makan siang untuk nya dan juga Gadhing.
Nasya menaiki angkutan umum karena mobil di Rumah Makan sedang tak mengantar pesanan ke Kantor Jimmy.
Ucapan Jimmy dianggap angin lalu oleh Nasya karena baginya, hanya Gadhing yang akan menjadi suaminya.
Setelah sampai di Rumah sakit, sepanjang jalan koridor banyak yang menyapa dan Nasya juga membalas sapaan mereka.
Nasya masuk ke ruang Gadhing ternyata Gadhing belum masuk ke ruangan tersebut.
Diletakkan bekal yang dibawa ke atas meja, kemudian ia mendekati meja Gadhing. Nasya tertegun melihat dua foto berbingkai kecil di atas meja Gadhing.
Sebuah foto saat ia masih mengenakan seragam putih abu-abu dan Gadhing memakai jas putih kebanggaan nya. Sedang foto yang lain saat acara pertunangan Gadhing dan Noni. Pose di foto itu Nasya berada di antara Gadhing dan Noni.
Ia ingat sekali ketika masa itu, Noni memaksanya untuk berfoto bertiga dan ia sangat berusaha tegar sehingga memaksa tersenyum dalam foto itu.
Tetapi, dari foto itu Nasya baru mengetahui kenyataan bahwa Gadhing menatap ke arah nya yang sedang memaksa tersenyum.
"Kenapa mas Gadhing menaruh foto ini?" tanya Nasya pada diri sendiri.
Nasya menggeleng ketika terlintas sebuah harapan. Tetapi segera menepisnya karena takut hanya sebuah harapan tanpa menjadi nyata.
Nasya segera duduk di sofa sebelum Gadhing masuk ke ruangan. Ia tak ingin harus mendengar ucapan Gadhing yang tajam untuknya.
Beberapa saat kemudian, pintu ruangan terbuka membuat Nasya bangun dari duduk. Nasya tersenyum melihat Gadhing dan mendekati lalu mencium punggung tangan pria itu.
"Sudah lama?" tanya Gadhing seraya melankah menuju sofa.
"Belum lama. Tapi sempat buat tidur sebentar," sahut Nasya asal karena memang sempat memejamkan mata walau sebentar.
Gadhing berdecak lalu menyentil kening Nasya. "Sama saja."
Nasya mengelus kening kemudian membuka bekal untuk gadhing dan dirinya.
"Mas. Aku pengen ngomong sesuatu sama kamu," kata Nasya setelah sudah menyelesaikan makan siang mereka.
Gadhing menoleh menatap Nasya sekilas kemudian mengangguk.
"Apa kita bisa mencoba saling memaafkan dan memulai hubungan kita dari awal? bukan untuk saling mengenal karena kita sudah saling mengenal dari bayi. Mas juga sangat posesif padaku, bahkan sampai mas sudah menikah pun aku dipaksa kuliah di Surabaya dan tempat tinggal ku harus berdekatan dengan mas. Sikap mas seperti itu sering membuatku lupa diri dan berakibat semakin cinta mas," terang Nasya.
Hening.
Gadhing menatap Nasya yang menunduk. Di raih dagu Nasya hingga tatapan mereka bersatu.
Wajah Gadhing semakin dekat dengan wajah Nasya sampai kedua bibir mereka bertemu dan saling membalas satu sama lain.
Ketika ciuman itu semakin menuntut, Gadhing menyudahinya. "Pulanglah. Persiapkan diri dan malam nanti mas akan menjelaskan semuanya," katanya seraya mengusap bibir Nasya yang basah akibat ulahnya.
Pipi Nasya merona diperlakukan seperti itu sampai menundukkan kepala dan itu mampu membuat Gadhing tersenyum.
"Boleh peluk, mas?" tanya Nasya. Tetapi sebelum Gadhing menjawab, gadis itu lebih dulu memeluk Gadhing.
Sebenarnya, bayangan malam tadi masih terngiang dan membuat Nasya memalingkan wajah ....
menurut saya
bayangan itu terbayang, kalau terngiang itu bunyi atau suara
kalau terbayang citraan penglihatan .. mata
kalau terngiang citraan penglihatan .. telinga
sempat terpikir. dia pemilik, dia kepala, dia dokter obgin juga.
maaf kalo ada pembaca yg komen begete thoor.
semangat berkarya thoor
semua komen untuk perbaikan kedepannya. saling memaklumi ja
anaknya meninggal lah malah menantu fi penjarakan. trus putumu siapa yg ngopeni. dia gak pernah open sama anaknya karena gak setuju dengan menantunya. gak tau kalo anaknya yg akting, sehingga Nasya mundur alon alon pas mulai berjuang.