NovelToon NovelToon
Crazy Rich Mencari Cinta

Crazy Rich Mencari Cinta

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat
Popularitas:11M
Nilai: 5
Nama Author: Casanova

Mengisahkan seorang crazy rich, Ditya Halim Hadinata yang memperjuangakan cinta seorang gadis dari keluarga biasa, Frolline Gunawan yang tidak lain adalah kekasih keponakannya sendiri, Firstan Samudra.

Ikuti terus ya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Casanova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23 : Rugi Besar

Ditya kembali ke rumah sakit saat hari menjelang sore. Selain harus mengistirahatkan tubuhnya yang lelah, dia juga harus mengurus beberapa pekerjaan kantor yang sempat tertunda karena kepulangannya ke Surabaya.

Dengan langkah mantap, pria itu terlihat tampan dengan penampilan casualnya. Tampak Matt berjalan di belakangnya menenteng dua bungkusan besar berisi makanan. Entah apa isinya, Ditya tidak tahu jelas. Hanya memberi perintah, selebihnya Matt akan mengurus semua untuknya.

Kakaknya Marisa terlihat duduk mengobrol dengan suaminya, berbagi bangku bersama Frolline. Masih belum tampak kehadiran Firstan dan Angella. Kedua orang itu bak hilang di telan bumi.

“Adikmu!” ucap Samudra pada istrinya. Kakak ipar Ditya ini tidak terlalu banyak bicara. Lebih memilih diam dan tidak ikut campur terlalu jauh mengenai semua hal yang menyangkut keluarga Halim Hadinata.

Perlakuan mertuanya dulu sewaktu meminta restu untuk menikahi Marisa masih membekas di benaknya. Bukannya mendendam, tetapi penolakan berbuntut pengusiran itu telah mencoreng harga dirinya sebagai lelaki.

Sejak saat itu, Samudra memilih menjauh. Berdiri di luar lingkaran keluarga Halim Hadinata.

Marissa menoleh sebentar. Senyuman Ditya dari kejauhan sudah terlihat cerah.

“Sepertinya dia serius dengan putriku, Frolline,” bisiknya pada Marisa.

“Anak nakal itu tidak main-main tampaknya. Seminggu yang lalu aku mengira dia hanya iseng dan bercanda. Tetapi sekarang, aku yakin dia serius menginginkan Frolline,” lanjutnya lagi.

“Sepertinya dia sudah siap berhadapan dengan tuan besar Halim. Apakah akan ada pencoretan ahli waris lagi setelah adikmu itu membawa calon istrinya ke hadapan papamu?” tanya Samudra, mengingat kembali masa lalunya dulu.

“Dia di atas angin. Berbeda dengan statusku dulu sewaktu menikah denganmu,” sahut Marisa, menerawang pada kisah cinta masa lalunya. Perjuangannya membina rumah tangga yang berakhir tercoret namanya dari keluarga Halim Hadinata.

“Aku yakin, daddy tidak akan berani mengusir Ditya dan mencoret namanya dari daftar pewaris kerajaan bisnisnya. Apalagi kalau Ditya menikah dan memberi cucu laki-laki untuk daddy, aku yakin posisi putra mahkota Halim pasti tidak akan berpindah ke siapa pun,” lanjut Marisa.

“Hahaha.. Sejak dulu, daddymu itu selalu mempermasalahkan anak laki-laki. Begitu pentingkah?” tanya Samudra lagi. Heran sekaligus tidak percaya dengan pengotakan jenis kelamin di keluarga mertuanya. Seolah anak laki-laki berstatus lebih diakui dan bernilai jual tinggi.

“Bagi daddy, anak laki-laki adalah penerus keluarga yang sebenarnya. Karena anak laki-laki membawa nama keluarga, menjaga nama besarnya tetap ada sampai ke cucu cicit dan keturunan seterusnya. Bahkan menurutnya doa anak laki-laki lebih diperlukannya saat dia meninggal nanti,” ucap Marisa kesal.

“Seperti doaku tidak ada artinya saja,” gerutunya lagi.

Ditya yang sudah ikut bergabung membuat obrolan keduanya terhenti. “Kak, aku bawakan makanan,” ucap Ditya menunjuk ke arah bungkusan yang ditenteng Matt.

Bola matanya beralih terarah pada Frolline. Gadis itu masih dalam ekspresi yang sama, seperti saat tadi ditinggalkannya berjam-jam yang lalu.

“Kak, mama Frolline masih belum dikabari?” tanya Ditya, heran. Sejak tadi mengedarkan pandangan, tetapi tidak menemukan sosok wanita utama di dalam keluarga Gunawan itu.

“Aku bingung bagaimana mengabarinya. Mama Frolline memiliki penyakit jantung, aku tidak tahu bagaimana menyampaikan berita buruk ini,” ucap Marisa pelan, ikut melirik ke arah gadis yang duduk termenung sejak tadi. Tidak berpindah duduk, hanya berubah posisi duduk saja di kala lelah.

“Bawa Frolline pulang bersama Kak Rissa saja. Nanti aku yang akan menunggu disini,” pinta Ditya.

“Toh, kita juga tidak bisa apa-apa. Kita sedang menunggu orang koma yang belum tahu kapan sadarnya, bukan hanya sekedar pingsan,” jelas Ditya lagi.

Marisa berjalan menghampiri Frolline. Dengan segala bujuk rayu yang menghabiskan waktu hampir setengah jam, tetapi berakhir dengan sia-sia. Gadis yang masih mengenakan pakaian yang saama sejak pagi tadi itu bergeming.

“Ditya, kakak titip Frolline. Dia tidak mau pulang. Kakak dan kakak iparmu harus pulang dulu, nanti keburu malam. Mungkin besok baru kembali ke sini.” Marisa sudah mengajak suaminya beranjak pergi, menitipkan sahabat suaminya itu pada sang adik.

“Oh ya, Firstan dan Angella ada di kamar B25. Lurus kesana, terus belok kiri,” jelas Marisa sembari menunjuk arah.

“Angella masih belum sehat benar, butuh istirahat. Firstan sedang menunggu disana. Kalau ada yang mendesak, kamu bisa mencari mereka,” jelas Marisa lagi, sebelum benar-benar menghilang ke dalam lift yang terletak tidak jauh dari tempat mereka menunggu sejak tadi.

***

Menjelang malam, Frolline masih duduk di tempat yang sama. Tidak bicara satu kata pun, tidak menganggap kehadiran Ditya yang sudah dengan setia menunggu di sisinya. Bunyi dering ponsel pun dibiarkan begitu saja. Frolline tidak mau menerimanya sama sekali.

“Mungkin mamamu, Fro. Tidakkah kamu kasihan padanya. Di pasti mengkhawatirkanmu dan papamu yang tidak kunjung pulang ke rumah,” ucap Ditya. Hampir lima belas menit mendengar nada dering ponsel, tetapi pemiliknya menolak untuk menerimanya.

“Kamu seperti ini, mamamu akan semakin panik,” jelas Ditya lagi.

Ucapan Ditya mampu membuat Frolline bereaksi. Berganti menatap lelaki tampan yang sejak tadi berusaha membuatnya berbicara.

“Semuanya akan baik-baik saja. Sampai besok papamu tetap seperti ini, aku akan membawanya ke Singapura. Kita akan mencari rumah sakit dan dokter terbaik di sana,” lanjut Ditya, berusaha menenangkn Frolline.

Terdiam sebentar, sampai akhirnya Frolline memeluk Ditya. Memeluk tubuh kekar yang menemaniya. Satu-satunya yang masih menemaninya. Berbagi kesedihan melalu tangisan dan air mata yang membasahi kaos putih Ditya.

“Sudah, jangan menangis lagi. Hubungi mamamu, aku akan meminta Matt menjemputnya ke sini. Kita akan menghadapi mamamu bersama-sama,” ucap Ditya, menenangkan.

Pria itu bisa merasakan tubuh Frolline yang bergetar di dalam pelukannya. Dia bisa merasakan belitan erat tangan Frolline yang ketakutan dan sedih.

“Jangan menangis lagi. Aku pasti menemanimu sampai semuanya baik-baik saja,” bisik Ditya pelan. Memberanikan diri menghapus air mata yang mengalir deras di pipi Frolline.

Lama dalam posisi saling memeluk, sampai akhirnya Ditya berusaha melepaskannya. “Kamu harus makan sekarang,” ucap Ditya.

“Matt, ambilkan makanan untuk Fro,” perintahnya pada sang asisten yang duduk menunggu bersama kedua bodyguardnya.

Tidak lama, Matt sudah menyodorkan sekotak makanan. Senyuman tertahan di bibirnya saat melihat Ditya sedang memeluk mesra gadis yang mengisi hati majikannya belakangan ini. Dan kebahagian Matt terasa lengkap, saat melihat Frolline juga melakukan hal yang sama. Gadis itu memeluk erat pinggang Ditya, seolah takut ditinggal pergi.

“Matt, jemput mama Frolline ke sini. Jangan katakan apa-apa mengenai kecelakaan Gunawan. Cari cara paling halus, yang tidak membuatnya panik. Aku dan Frolline yang akan menceritakan langsung padanya,” perintah Ditya.

“Mamanya memiliki riwayat penyakit jantung. Aku percayakan padamu,” perintah Ditya lagi, melirik Frolline yang masih menempel erat di tubuhnya.

“Iya Bos!” jawaban singkat, padat dan jelas itu mengiringi langkah pasti Matt. Kali ini dia sendiri yang berangkat menjemput wanita yang dimaksud Ditya.

“Kalau aku punya anak gadis, pasti aku akan setuju menikahkan putriku dengannya. Kalau sampai putriku tidak mau, aku akan menyeretnya ke pernikahan,” ucap Matt tersenyum sendiri membayangkan kalau dia ada di posisi Gunawan.

“Rugi besar sampai menolak laki-laki seperti Ditya Halim Hadinata,” lanjutnya lagi. Berbicara seorang diri, seperti orang gila di dalam lift.

***

T b c

Love You all

Terima kasih

1
Nayy
sweet 😍
alin soebank
gemes sama si Flo gak tegas
bibi
lanjut
堅監.
ini season 2 nya Wira sama naina kok ngilang ya 😢 padahal kangen pengen baca baca mereka lagi
堅監.: yahhh tapi gpp, makasih info nya kak author
total 2 replies
Astrii Zahra
menurutku fro ini bukan polos sih, tp tolol.. secara ga langsung jd pelakor di rumah tangga kk nya sendiri
Vivi Zenidar
wkwwkwk satpol PP
kalea rizuky
wah jd karena ini
Khairul Azam
perempuan bego fro ini
yuni
Luar biasa
yuni
Buruk
Ardiansyah Gg
gk bisa move on dari novel ce weti
ngulang baca lagi
Inan
aku suka semuanya... om pram.. ditya.. wira... aku sukaaaa... tp bara aku ngk begitu suka..
Lince Harni
karya yg bagus,sangat memghibur...ini baca ke 3 x...gs bosan2
reza indrayana
masih bingung nichh ..🤔🤔
AlfES
❤❤❤❤❤
Yuliza Angriani
kalau pram kayak kamu dulunya dit,,,, udah mati kamu ditangan pram
Hairiyani Nurul hairiyani
cerita mat sama rania ada gak kak
Sofwan 123 Muhammad
Biasa
Sofwan 123 Muhammad
Kecewa
Tismar Khadijah
banyak kata2 bijak,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!