NovelToon NovelToon
Melepas Masa Lalu, Meraih Cinta Yang Baru

Melepas Masa Lalu, Meraih Cinta Yang Baru

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami
Popularitas:38.8k
Nilai: 5
Nama Author: Uswatun Kh@

Sellina harus menerima kenyataan bahwa dirinya ternyata menjadi istri kedua. Tristan suaminya ternyata telah menikah siri sebelum ia mempersuntingnya.

Namun, Sellina harus berjuang untuk mendapatkan cinta sang suami, hingga ia tersadar bahwa cinta Tristan sudah habis untuk istri pertamanya.

Sellina memilih menyerah dan mencoba kembali menata hidupnya. Perubahan Sellina membuat Tristan perlahan justru tertarik padanya. Namun, Selina yang sudah lama patah hati memutuskan untuk meminta berpisah.

Di tengah perjuangannya mencari kebebasan, Sellina menemukan cinta yang berani dan menggairahkan. Namun, kebahagiaan itu terasa rapuh, terancam oleh trauma masa lalu dan bayangan mantan suami yang tak rela melepaskannya.

Akankah Sellina mampu meraih kebahagiaannya sendiri, atau takdir telah menyiapkan jalan yang berbeda?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uswatun Kh@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23. Selalu terbayang.

Di dalam ruangan yang hanya berukuran empat kali empat itu, udara terasa semakin menyesakkan. Di bawah cahaya lampu temaram pandangan mereka bertemu.

Tristan terpaku menatap istrinya yang selama dua tahun ini tak pernah di sentuhnya. Matanya seakan melihat kilauan berlian yang selama ini terbungkus.

Pandangan Tristan menyapu kulit leher dan bahu Sellina yang terekspos, tampak halus dan mengkilap. Sensasi tak terduga itu berhasil membuat dirinya menelan ludah dengan susah payah. Rambut hitam legam Sellina yang terurai bebas terlihat bagaikan kilatan kain sutra lembut, seolah mengundang sentuhan yang sudah lama dipendam.

"Mas Tristan!"

Pekikan suara itu seketika membuat lamunannya buyar seketika. Ia dengan cepat berusaha memalingkan fokus matanya, menjaga pandangan.

Dengan suara berat tidak seperti biasanya ia berkata, "Maaf, Sellina. Aku cuma mau ngomong aja kok sama kamu."

Sellina yang tak biasa di tatap secara intim merasa risih walau  ia tau lelaki di depannya itu suaminya yang sah Sellina segera berlari ke arah ranjang membungkus tubuhnya dengan selimut tebal.

"Mau apa  kau kemari, Mas?" tanya Sellina dengan jutek.

Tristan melangkah lebih dalam, namun segera di hentikan oleh Sellina. "Berhenti, Mas! Udah di situ aja," katanya tak ingin Tristan mendekat.

"Baiklah aku gak akan masuk kok. Ini tentang mama," ucapnya mencoba menjelaskan tujuannya datang. "Besok mama mau buat acara syukuran keluarga, dia minta kita datang. Lagian kita udah lama gak ngunjungin mama."

Sellina merapatkan selimut yang membungkusnya, kini hanya wajahnya saja yang terlihat. "Ia aku akan pergi, tapi aku gak bisa tinggal lama di sana, hari Senin harus sudah balik."

"Ia kita tinggal dua hari aja kok di sana. Lagian aku juga tau kamu udah kerja sekarang," ujar Tristan mencoba memahami kemauan Sellina.

"Cuma itu kan? Kalau udah kamu bisa keluar, jangan lupa tutup pintunya," perintah Sellina, tatapannya sedingin es.

Tristan baru saja ingin membuka mulut, hendak menyampaikan alasan kedatangannya dengan lebih jelas, namun Sellina sudah lebih dulu mendahului, mengusirnya dengan tatapan jutek dan tegas. Kata-katanya bukan hanya sekadar teguran, melainkan penegasan batas yang tak boleh ia langgar lagi.

Dengan perasaan yang sulit diurai, antara malu, terkejut dengan keindahan yang tak terduga, dan kecewa karena penolakan, Tristan melangkah mundur.

Ia menarik gagang pintu dan menutupnya. Dentuman pelan saat pintu kamar Sellina terkunci seakan menjadi soundtrack muram yang menjelaskan bagaimana hubungan mereka sebenarnya. Tertutup, terpisah, dan sunyi.

Ada rasa aneh yang mengganjal di hati Tristan. Saat melihat ekspresi Sellina yang begitu jelas menyiratkan keterkejutan yang bercampur jijik dan memandangnya tak lebih dari sekadar orang asing, Tristan merasa sesuatu yang dingin merayap. Ia adalah suami sah, tetapi perlakuannya lebih buruk dari pada dua orang yang tak saling mengenal.

Dengan langkah yang terasa gontai dan pikiran yang berkecamuk, ia kembali ke kamarnya sendiri.

Langkah kakinya terhenti mendadak saat ia mencapai ambang pintu kamar. Reykha sudah tiba, dan ia sedang berdiri di tengah ruangan. Tristan terpaku sejenak, memperhatikan Reykha yang tengah bugil tanpa sehelai benang pun di tubuhnya, tampak baru selesai membersihkan diri.

Reykha, yang hendak berganti pakaian, saat melihat suaminya kembali. Ia tidak menunjukkan rasa malu sedikit pun. Dengan lincah, ia langsung menghampiri Tristan, tangan halusnya melingkari pinggang dan memeluk Tristan erat, sambil meraba dada bidang Tristan dengan gerakan menggoda.

"Kamu dari mana sih, Sayang? Aku balik kok kamu nggak ada di kamar?" tanya Reykha dengan bibir cemberut manja, nada suaranya sedikit kecewa karena tidak disambut.

Tristan membalas pelukan itu. Ia mencoba tersenyum kecil, namun senyumnya terasa hambar. Ia berusaha menahan gejolak di hatinya. Kehadiran Reykha, yang biasanya menjadi fokus perhatiannya, kini terasa samar.

Anehnya, yang mengisi penuh bayangannya bukan pemandangan Reykha di depannya, melainkan kulit halus dan kilatan gaun satin Sellina yang buru-buru ia tutupi dengan selimut. Keindahan polos dan ketakutan di mata Sellina jauh lebih menggugah daripada godaan terbuka dari Reykha.

Di tengah pelukan Reykha yang hangat, pikiran Tristan justru kembali pada keheningan dingin di kamar sebelahnya.

"Aku cuma cari angin aja kok," jawab Tristran ala kadarnya.

"Mas ..." Reykha mendesah manja, suaranya melengking penuh godaan. Tanpa menunggu respons, ia bergerak turun, lututnya menyentuh karpet. Dengan gerakan yang lembut namun cekatan, ia mulai berusaha melucuti celana Tristan.

Tristan merasakan gejolak kecemasan yang mendadak. Malam ini, ia tidak menginginkan itu—tidak sama sekali. Cepat, ia meraih kedua tangan Reykha, menariknya dengan lembut tapi tegas hingga istrinya kembali berdiri.

"Aku capek banget malam ini, Sayang. Lain kali ya."

Penolakan itu menusuk Reykha. Tidak pernah, tidak sekali pun, Tristan menolaknya sekeras ini.

Kecewa mengeras di wajahnya yang barusan penuh gairah. Reykha menoleh ke sudut ranjang, meraih pakaian yang tergeletak, dan mengenakannya dengan gerakan kasar, seolah sedang menghukum kain tak bersalah itu.

Perlahan, ia mendekat kembali, wajahnya tertekuk—garis-garis kekecewaan dan kecurigaan terlihat jelas. "Apa ... apa kamu marah karena aku yang belum pengen punya anak? Aku cuma belum siap, Sayang." Nada suaranya berubah menjadi membujuk dan khawatir.

Reykha takut, sangat takut, bahwa keputusannya untuk menunda kehamilan dan memilih KB telah menciptakan jarak ini, membuat suaminya malas mendekat. Ia telah memilih karir, sementara Tristan sudah lama mendambakan tawa dan tangisan seorang bayi hadir di tengah mereka.

"Enggak, aku cuma lagi capek aja kok," ulang Tristan, nadanya tenang, terlalu tenang.

Ia mencoba memejamkan mata, membenamkan kepala di bantal yang empuk, berharap esok hari pikirannya kembali jernih. Namun, seolah takdir menolaknya, ia teringat satu hal yang belum tersampaikan.

Tristan bangkit, menyandarkan tubuhnya di sandaran ranjang. Dengan hati-hati, ia memilih kata-kata.

"Besok aku akan pulang ke mama. Di sana mereka lagi adain syukuran. Aku pergi dengan Sellina."

Seketika, Reykha menegang. Nama itu. Sellina. Jantungnya berdentum kencang. Tangannya terkepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih, kemarahannya terasa begitu nyata. Tapi ia adalah Reykha, yang selalu menjaga citra wanita lemah lembut dan berhati baik di mata sang suami. Ia menarik napas, mengendalikan badai yang berkecamuk di dalam dirinya.

"Baiklah, Mas," jawabnya, suaranya datar, tanpa emosi yang seharusnya ada. "Kalian hati-hati ya. Kau juga jaga diri. Jangan kecewakan aku."

Kata-kata itu terdengar seperti penerimaan biasa, namun sarat akan peringatan.

****

Di kediaman Dania.

Suasana di ruang makan tampak tenang, hanya terdengar suara sendok dan piring yang saling beradu. Sorot cahaya lampu kristal memantul di lantai marmer yang mengkilap.

Aroma berbagai hidangan lezat menguar menggugah selera. Di kepala meja Dania duduk dengan tenang sambil menikmati makanannya. Di sisi kiri ada Valentina putri sulungnya dan Nathan suaminya.

Sementara Erza duduk di sisi kanan, ia terlihat hanya menyesap kopi hitam yang lebih membuatnya tenang.

Setelah selesai makan malam semua hidangan di singkirkan di gantikan dengan teh hangat beraroma melati kesukaan Dania. Tubuhnya santai dengan kedua tangan menyangga cangkir, menyesapnya dengan anggun.

"Erza, sudah waktunya kamu buat ambil posisi mama," ucapnya tenang seperti tanpa sedikit beban.

"Uhuk ... uhuk."

Seketika perkataan Dania membuat Nathan tersedak minumannya.

"Pelan-pelan dong, sayang," tegur Valentina sambil menepuk pelan punggug suaminya.

"Tuh ... omongan Mama sampe buat kak Nathan kesedak," ujarnya nadanya jelas dengan ejekan.

Valentina dan Dania langsung melempar tatapan tajam. "Erza!" ucap mereka kompak.

Erza melengos, memutar bola mata malas. Pemandangan itu sudah biasa bagi mereka karena Erza memang seperti itu, namun tak ada yang tahu jika sebenarnya Erza memang tak menyukai kakak iparnya itu.

"Dalam waktu dekat mama akan mengadakan rapat direksi lagi, membahas pengunduran diri mama. Mama harap saat itu tiba kau sudah siap," tambah Dania, ucapannya penuh keyakinan.

Nathan yang terlihat tak setuju menegakkan tubuhnya. Suara gelas yang ia letakkan di meja berdentum pelan. "Tapi apa itu gak kecepetan, Ma. Dia kayaknya belum siap."

"Iya bener Ma. Tunggu seratus tahun lagi aja," timpal Erza.

Seketika Nathan meliriknya tajam. Erza hanya mengerutkan kening acuh tak acuh.

1
Sunaryati
💪💪 tekat yang membatasi dan niat hati yang bersih akan tercapai, apa yang bisa? Emak percaya Author
Sunaryati: maksudnya membara bukan membatasi🙏
total 1 replies
Sunaryati
Sepertinya Abah hanya menguji keteguhan hati Erza, karena saat di rumah sakit telah memberi signal restu.
ׅ꯱ɑׁׅƙׁׅυׁׅꭈׁׅɑׁׅ
semangat za, kamu pasti bisa walapun jujur aq juga pasti menyerah duluan🤭😂
Rieya Yanie
ayo ezra km bisa..menghafal memaknai surah an nisa
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©🦐
aku nggak ngerti jalan pikiran abah nihh.. Erza udah berkorban bnyk lohh
Sunaryati
Abah mungkin tahu yang dipikirkan Sellina, semoga benar Erza yang ada di bayangan kamu Sellina. Dugaan emak juga mengarah Nak Erza.
Sunaryati
Penasaran Abah, Sellina mau dijodohin siapa. Erza sudah berkorban banyak, untuk melindungi dan pengobatan Ummi Aminah. Siapa Bah orangnya
ׅ꯱ɑׁׅƙׁׅυׁׅꭈׁׅɑׁׅ
ada saingan nya eza🤣
˚₊· ͟͟͞͞➳❥ Xia Ni Si
ohh ternyata kau yang ada disana!
˚₊· ͟͟͞͞➳❥ Xia Ni Si
ihh takoednyee! jangan kau apa-apain sellina!
˚₊· ͟͟͞͞➳❥ Xia Ni Si
kayaknya kesayangan tuh orang gak cuma sebiji😌
˚₊· ͟͟͞͞➳❥ Xia Ni Si
terlalu sering dimanja efeknya sebesar ini ya! gemes aku, pengen masukin dia ke pesantren😭
˚₊· ͟͟͞͞➳❥ Xia Ni Si
Bu pikirin juga sellina nya😭 kasihan suruh ngurus bocah puber kayak gitu
˚₊· ͟͟͞͞➳❥ Xia Ni Si
cubit terus ampe copot tuh kuping juga gpp😌
˚₊· ͟͟͞͞➳❥ Xia Ni Si
emak nya gak mau nabok? sini aku aja!
Rahma Rain
susah lohh dapat asisten seperti Elena 🤭🤭
Rahma Rain
wahh kok bisa sesantui itu ya Elena
Nuri_cha
Sellina bisa aja nyari kata-kata
Nuri_cha
jangan khawatir Elena, kayaknya Erza bakalan ketemu pawangnya deh. ya Sellina ini 🤭
Nuri_cha
gawat... bos lagi bad mood. biasanya bakal ngerembet ke mana2
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!