NovelToon NovelToon
Melepas Masa Lalu, Meraih Cinta Yang Baru

Melepas Masa Lalu, Meraih Cinta Yang Baru

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: Uswatun Kh@

Selina harus menerima kenyataan bahwa dirinya ternyata menjadi istri kedua. Tristan suaminya ternyata telah menikah siri sebelum ia mempersuntingnya.

Namun, Selina harus berjuang untuk mendapatkan cinta sang suami, hingga ia tersadar bahwa cinta Tristan sudah habis untuk istri pertamanya.

Selina memilih menyerah dan mencoba kembali menata hidupnya. Perubahan Selina membuat Tristan perlahan justru tertarik padanya. Namun, Selina yang sudah lama patah hati memutuskan untuk meminta berpisah.

Di tengah perjuangannya mencari kebebasan, Sellina menemukan cinta yang berani dan menggairahkan. Namun, kebahagiaan itu terasa rapuh, terancam oleh trauma masa lalu dan bayangan mantan suami yang tak rela melepaskannya.

Akankah Sellina mampu meraih kebahagiaannya sendiri, atau takdir telah menyiapkan jalan yang berbeda?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uswatun Kh@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21. Dania pemilik yang sebenarnya.

Suasana di dalam ruangan tiba-tiba kembali menegang. Nathan tersentak mendengar perkataan ibu mertuanya yang seakan menyudutkannya.

Ini pertama kalinya bagi Nathan mendapat teguran dari Dania. Dia yang selama ini selalu mendapatkan pujian dan kasih sayang bukan hanya sebagai menantu namun, kini tiba-tiba sikap Dania berubah padanya.

Dengan kepala tertunduk Nathan menjawab. "Maaf, Ma. Lain kali aku akan lebih teliti lagi."

Dia tidak menunggu jawaban. Harga dirinya yang terluka memaksanya untuk bangkit. Setiap langkah keluar dari ruangan itu terasa seperti membawa beban berat, meninggalkan citra sempurna yang baru saja hancur berkeping-keping.

Pintu ditutupnya pelan, namun dentumannya terasa memekakkan di dalam dadanya.

Begitu bayangan Nathan lenyap, sebuah tawa kecil memecah keheningan.

Erza, yang sedari tadi hanya mengamati dari sudut ruangan, kini melompat santai ke atas meja. Ia menyilangkan kakinya, sepasang sepatu kets mahalnya terayun angkuh, sangat kontras dengan suasana yang baru saja tercipta.

"Semua beres, kan, Nyonya?" Erza memiringkan kepalanya, nada sombongnya begitu kental. "Tenang saja. Selama ada anakmu yang brilian ini, semua pasti beres."

Dia memainkan matanya, mengedip jenaka ke arah ibunya.

Dania, yang sedetik lalu berwajah keras laksana hakim, kini mendengus lelah. Tangannya bergerak secepat kilat.

"Aduh! Aduh! Sakit, Ma!"

Erza meraung, personanya yang angkuh langsung luntur begitu telinganya dipelintir keras oleh Dania. "Ma, ampun! Telingaku bisa putus!"

"Makanya, jaga sikapmu!" omel Dania, meski matanya tak lagi sedingin tadi. "Dan cepat turun dari meja itu. Kamu pikir kamu siapa?"

"Aduh ... sadis banget sih, Ma," Erza menggerutu sambil mengusap telinganya yang memerah. Ia buru-buru turun dari meja, mengembalikan sikap hormat—atau setidaknya, pura-pura hormat.

"Itu balasan karena sudah bersikap angkuh," kata Dania tajam.

"Tapi aku benar, kan?" Erza kini berdiri di hadapannya. "Masalahnya beres. Coba kalau masih mengandalkan si 'Teliti' itu," cibirnya, melirik ke arah pintu tempat Nathan menghilang.

Jari-jari Dania memelintir telinga Erza lebih keras, menyalurkan sisa-sisa adrenalin dari konfrontasi sebelumnya. "Dasar anak nakal! Kamu mau buat Mama jantungan, ya?" desisnya, kali ini ada nada gemas di balik amarahnya.

"Kenapa kamu tidak bicara dulu sama Mama sebelum mengungkap semuanya, hah!"

Erza mengaduh, mencoba mempertahankan sedikit harga dirinya, namun gagal total. "Ma, telingaku bisa putus! Ini pelecehan anak, Ma!"

Dari kursinya, Sellina menyaksikan pemandangan itu dengan mata terbelalak, sebelum akhirnya ia tak mampu menahannya lagi.

Pemandangan itu terlalu kontras; Erza sang "playboy angkuh" kini tampak persis seperti anak kecil yang dimarahi Mamanya karena ketahuan diam-diam memakan stoples permen sebelum waktu makan malam.

Kekehan kecil lolos dari bibirnya.

Seketika, di tengah raungan Erza dan omelan Dania, suara tawa jernih itu terdengar begitu jelas.

Seperti ada tombol yang ditekan, Dania dan Erza berhenti bergerak. Dalam satu gerakan refleks yang sinkron, kepala ibu dan anak itu menoleh bersamaan ke arah Sellina.

Cekikikan Sellina langsung tertelan di tenggorokannya. Ia buru-buru menutup mulut dengan kedua tangan, wajahnya memanas. Keheningan yang tiba-tiba terasa seribu kali lebih canggung daripada keributan tadi.

Melihat ekspresi Sellina, wajah keras Dania langsung luruh. Omelannya terlupakan seketika. Dengan sekali sentak, dia akhirnya melepaskan telinga Erza—yang langsung diusap-usap oleh pemiliknya—dan bergegas menghampiri Sellina dengan tatapan penuh sesal.

"Astaga, maaf ... aku melupakanmu, sayang," ucap Dania, suaranya kini berubah lembut dan penuh perhatian.

Ia mengusap lembut pundak Sellina.

Sellina menyambutnya dengan senyuman. "Gak apa-apa kok buk."

Tatapan Dania berpindah ke Erza.

"Mama mau ngobrol serius dengan Sellina sebentar. Ini urusan para wanita, Erza. Jangan ganggu, ngerti?" Nada suaranya tak memberi ruang untuk negosiasi.

Erza, yang memang tidak berdaya melawan tekad ibunya, hanya mampu menghela napas pasrah. Ia tahu, begitu Dania memutuskan seperti itu, tak ada yang mampu menghentikannya.

Tanpa membuang waktu, Dania menarik Sellina keluar dari dalam ruangan.

Mereka memilih sebuah kafe yang tenang, tak jauh dari hotel, tempat netral dan anonim.

Aroma kopi dan roti panggang seolah menjadi penawar bagi ketegangan yang menyelimuti Sellina.

Di balik meja kecil berlapis marmer, Dania melepaskan topeng 'wanita biasa' yang selama ini dikenakannya.

Ia memulai penjelasan dengan hati-hati, merangkai kata demi kata, berusaha agar kebenaran itu tidak terdengar seperti sebuah tipuan kejam.

"Sellina, aku tahu ini pasti membuatmu kaget. Tapi aku merahasiakannya ... karena aku sungguh-sungguh ingin membantumu," bisiknya lembut, matanya memancarkan kejujuran.

"Kalau kau tahu siapa aku sejak awal, sebagai pemilik hotel, sebagai seseorang yang punya segalanya ... aku yakin kau pasti akan menolak tawaranku, kan?"

Sellina terdiam, jemarinya meremas serbet di pangkuan.

Ia menelan ludah, kenyataan itu terasa pahit namun logis. Wanita di depannya, dengan keanggunan alami, memang seorang yang memiliki segalanya.

Rasa kaget bercampur dengan rasa terharu. Dania melakukan ini semata-mata karena ingin menolong, tanpa ingin dihalangi oleh keraguan dan penolakan.

Setelah mendengar pengakuan jujur Dania tentang kekhawatirannya, Sellina akhirnya bisa bernapas lega dan menerima kenyataan.

Dalam hatinya, ia berkata, 'Memang benar. Jika aku tahu dari awal, pasti aku menolak. Aku gak mau merepotkan siapa pun, apalagi seseorang dengan kekayaan sebesar ini.'

Senyum tulus perlahan menghiasi bibirnya. Kini, ia tidak lagi melihat sosok bos atau wanita kaya, melainkan seorang teman baik yang melindungi niat tulusnya dengan sebuah rahasia.

Sellina meraih kedua tangan Dania, mengusapnya lembut.

Sentuhan hangat itu mencairkan suasana canggung yang sebelumnya begitu terasa. "Ibuk gak perlu meminta maaf. Justru aku yang seharusnya minta maaf karena tidak tahu bahwa ibuk adalah pemilik hotel ini, bahkan ibuk juga yang mengizinkan aku bekerja di sini," ungkap Sellina dengan tulus.

Dania, dengan senyum merekah, mendekap kedua tangan Sellina. "Jangan salah paham, sayang. Kamu bisa bekerja di hotel ini karena usahamu sendiri, bukan karena ibuk," jelas Dania meyakinkan.

"Buktinya, kamu bisa bertahan sampai sekarang. Kalau kerjamu tidak bagus, jelas kamu sudah dipecat oleh Erza. Dia itu sangat pemilih," tambahnya, wajahnya memancarkan kebanggaan terhadap sang putra.

"Iya, Buk. Sekali lagi, terima kasih."

Suasana di antara mereka kembali seperti semula, bahkan lebih baik. Dania merasa lebih leluasa dan bisa bertemu dengan Sellina kapan pun ia mau tanpa perlu menyembunyikan apa pun.

Setengah jam berlalu, mereka memutuskan untuk kembali ke hotel.

Saat berjalan di lobi yang ramai, beberapa pelayan hotel sesekali berhenti untuk memberi hormat kepada Dania.

Tak sedikit dari mereka yang berbisik-bisik tentang kedekatan keduanya, mempertanyakan hubungan apa yang mereka miliki, terlebih Sellina hanyalah seorang pegawai baru.

Namun, langkah Sellina tiba-tiba terhenti saat matanya menangkap sosok Reykha yang berjalan dari arah dalam, menuju ke arahnya.

Senyum ramah yang terukir di wajah Reykha terasa begitu palsu, membuat Sellina merasa muak.

"Apa yang dia lakukan di sini, sih?" gumam Sellina dalam hati, rasa ingin tahu dan curiga bercampur aduk.

1
🍒⃞⃟🦅☕︎⃝❥~`•suami aku`•~⧗⃟ᷢʷ
lanjut Thor semngat /Joyful/
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
gmn mau punya anak, wong Tristan nggak pernah mau nyentuh selina lohh
Yuli Yulianti
mumpung dirmh orang tua Tristan mending jujur deh sellina klo kamu ud nggak sanggup bertahan lg
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©: bener itu kak.. biar nggak sakit hati mulu
total 1 replies
𝑻𝒉𝒂𝒓𝒊𝒊 🍒⃞⃟🦅
kek pernah liat namanya /Chuckle/
⛧⃝ 𓂃Luo Yi⧗⃟: 🤭🤭 iya emng sesuatu ini nama🤣
total 1 replies
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
udah pada metong dong🤣🤣🤣
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
wehh mau apa lagi itu nenek sihir
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
hilih bukan pemilik kok sok2an
⧗⃟ᷢʷ§𝆺𝅥⃝©⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ ⍣⃝🦉ꪻ꛰͜⃟ዛ༉
Nathan statusnya menantu tapi kelakuan seperti pemilik aja
Mardiana Mardiana
bacanya sambil senyum-senyum dong😁
ditunggu kelanjutannya❤❤
⛧⃝ 𓂃Luo Yi⧗⃟: siap deh... ngebut nulis
total 1 replies
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
awas selina, Ezra mulai nyaman tuhh🤭🤭
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
astaghfirullah tuduhan mu sekejam itu😭😭
Mardiana Mardiana
seruu bab ini😁😁❤❤
🟡🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🅕🅗🅐🅝ˢ⍣⃟ₛ§𝆺𝅥⃝©
lanjut Thor, semakin seru🤭🤭
🍒⃞⃟🦅 ☕︎⃝❥Maria
mantap selina
Mardiana Mardiana
ditunggu lanjutannya 😊
⛧⃝ 𓂃Luo Yi⧗⃟: sabar ya buk.. ini gebut nulisnya 🤭
total 1 replies
Mardiana Mardiana
ikut gereget bacanya😁
Mardiana Mardiana
suka dengan karakter selina dia tegas keren banget ❤
🍒⃞⃟🦅 ☕︎⃝❥Maria
mumpung cepat sadar kamu selina
☘𝓡𝓳 𝙉ᗩƁίĻԼል
mampir kak
awan
ada rahasia apa ini..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!