NovelToon NovelToon
Asmaraloka Gita Mandala

Asmaraloka Gita Mandala

Status: tamat
Genre:Romansa / Dark Romance / Tamat
Popularitas:9.3k
Nilai: 5
Nama Author: Komalasari

Mandala Buana seperti berada di dunia baru, setelah kehidupan lamanya dikubur dalam-dalam. Dia dipertemukan dengan gadis cantik bernama Gita, yang berusia jauh lebih muda dan terlihat sangat lugu.

Seiring berjalannya waktu, Mandala dan Gita akhirnya mengetahui kisah kelam masa lalu masing-masing.

Apakah itu akan berpengaruh pada kedekatan mereka? Terlebih karena Gita dihadapkan pada pilihan lain, yaitu pria tampan dan mapan bernama Wira Zaki Ismawan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Komalasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DUA PULUH TIGA : TAK ADA ALASAN

Hari ini, warung nasi tutup. Tak hanya Gita, Ratih pun tidak terlihat di sana. Kedua gadis yang biasa melayani para pelanggan dengan senyum ramah serta sapa hangat tersebut seperti sengaja menyembunyikan diri.

Alhasil, para pekerja kelimpungan mencari makanan untuk mengisi perut saat istirahat siang. Dan itu berlangsung selama dua hari berturut-turut. 

“Ck!” Arun berdecak kesal, seraya meletakkan empat bungkus batagor di lantai. “Semuanya Rp40.000. Kita tidak kenyang jika hanya membeli satu porsi. Padahal, di warung nasi aku bisa bersendawa sampai dua kali dengan mengeluarkan Rp20.000.” 

Mandala tidak langsung menanggapi. Dia menatap Arun sejenak, sebelum mengalihkan perhatian pada empat bungkus batagor kering yang baru dibeli. Tanpa banyak bicara, dia bergegas keluar dari bedeng. Tak dipedulikannya Arun, yang bertanya hingga tiga kali. 

Mandala melangkah gagah keluar dari area proyek. Ragu bercampur penasaran menggelayuti hati dan pikiran pria tampan 38 tahun tersebut. Meski terlihat yakin dalam setiap hentakan kakinya kala menapaki trotoar, tetapi ada semacam ketakutan yang membuat si pemilik tubuh tinggi tegap itu tiba-tiba menghentikan langkah. 

Tatapan Mandala tertuju lurus ke depan. Dia terpaku beberapa saat, seakan tengah mempertimbangkan sesuatu. Apa yang akan dilakukan sebenarnya? Mengapa dia ke sana? 

Perhatian Mandala beralih ke warung nasi yang tutup selama dua hari berturut-turut. “Apakah Gita belum pulang?” tanyanya dalam hati. Tanpa sadar, Mandala mengepalkan tangan cukup kencang sehingga membuat otot serta urat-uratnya terlihat jelas.

Menyadari telah melakukan sesuatu yang sia-sia, Mandala langsung berbalik. Namun, sapaan halus dari suara yang sudah sangat familiar di telinganya, membuat pria itu tak jadi melangkah pergi.

“Mas Maman sedang apa di sini?” 

Mandala kembali berbalik. Dia mendapati Gita sudah berdiri di ambang pintu warung sambil menjinjing ember. 

“Kupikir, warung sudah buka. Aku ….” Mandala menelan ludah dalam-dalam. Terbayang dalam ingatan, lekuk indah tubuh Gita tanpa pakaian. Pergumulan panas yang cukup singkat, tapi begitu menyenangkan. 

Sesaat kemudian, Mandala menggeleng samar. Kekesalan menghapuskan kenangan indah itu, tatkala mengingat bahwa Gita juga menghabiskan malam bersama Wira. 

“Warung masih tutup. Baiklah.” Mandala terlihat aneh. Dia bingung. Tak ada sedikit pun rangkaian kata yang terbayang di benaknya. Semua terasa kacau. Pria itu memilih berbalik hendak berlalu dari sana. 

“Mas,” panggil Gita lembut. 

Lagi-lagi, Mandala tertahan oleh cara Gita memanggilnya. Bagai narkotika yang merasuki seluruh aliran darah dan melemahkan kinerja otak dengan begitu cepat, membuat dia tak berdaya dalam waktu cepat.

“Kenapa Mas Maman kemari?” tanya Gita, setelah berdiri di belakang Mandala.

Namun, Mandala tidak segera menjawab. Dia hanya terpaku sambil memikirkan kata yang akan diucapkan kepada Gita. 

“Apa Mas Maman lapar?” tanya Gita lagi.

Mandala berbalik. Namun, dia tak mengatakan apa-apa dan hanya menatap lekat gadis cantik di hadapannya.

“Aku sudah membuat nasi goreng,” ucap Gita. “Ayo.” Tanpa menunggu jawaban Mandala, dia langsung mengajaknya masuk ke warung, lalu menutup pintu rapat-rapat. 

“Jauhi pria itu,” ucap Mandala, setelah berada di dalam.

Gita yang hendak ke dapur, langsung tertegun, lalu menoleh. “Maksud Mas Maman?” 

“Menjauhlah dari pria itu,” ucap Mandala sekali lagi, dengan nada bicara yang terdengar lebih serius dari sebelumnya.

“Pria yang mana?” Gita berbalik jadi menghadap kepada Mandala. 

“Terlalu banyak pria dalam hidupmu.” Nada bicara serta tatapan Mandala kian tak bersahabat. 

“Mas Maman sudah tahu pekerjaanku,” balas Gita, seraya kembali berbalik, lalu melanjutkan langkah menuju dapur.

“Ya, tapi jangan Wira!” ucap Mandala cukup tegas, seraya mengikuti ke dapur. 

“Mas Maman mengenal Mas Wira?” Gita menatap penuh selidik. “Apanya yang salah? Dia membayarku dengan harga setimpal. Kenapa aku harus menolaknya?” 

“Aku hanya memperingatkanmu, Gita. Jauhi Wira!” ucap Mandala penuh penekanan.

“Tidak tanpa alasan yang jelas. Selama Mas Wira berani membayarku maka ….” Gita tak sempat melanjutkan kalimatnya karena Mandala lebih dulu menarik lengan sehingga piring berisi nasi goreng yang dipegangnya terjatuh ke lantai. Pecah dan isinya berhamburan. Tak mungkin dipungut lagi untuk dimakan. 

“Mas ….” Gita menatap kecewa.

“Tolong, jangan berkencan dengan Wira.” Kali ini, nada bicara Mandala berbeda dari sebelumnya. 

Gita terdiam, dengan tatapan tak dapat diartikan. Sesaat kemudian, gadis itu mengalihkan perhatian ke arah lain. Gita bahkan berbalik, mengambil piring lagi dan mengisinya dengan sisa nasi goreng dari wajan. “Aku tidak mau membahasnya.” 

“Tapi, aku ingin membahasnya.”

“Mas Maman tak punya hak mengatur apa pun yang boleh dan tidak boleh kulakukan!” tegas Gita. “Ini hidupku! Pekerjaanku! Suka atau tidak, aku adalah Gita si wanita penghibur!”

Gita menatap tajam Mandala. “Jauh sebelum kita saling mengenal, aku sudah seperti ini!” tegasnya.

“Jangan Wira! Hanya itu, Gita!” balas Mandala tak kalah tegas.

“Kenapa? Ada apa dengan Mas Wira? Dia justru sangat baik ___”

“Aku tidak akan membiarkanmu berkencan dengannya!”

“Kenapa? Kamu cemburu, Mas?” 

“Aku tidak punya alasan untuk cemburu!”

Gita langsung terdiam. Sorot matanya menyiratkan rasa kecewa yang teramat dalam. Jauh di lubuk hati, dia berharap Mandala mengatakan sesuatu sesuai dengan yang dirinya inginkan. 

“Ya. Tak ada alasan bagi Mas Maman untuk cemburu. Tidak ada alasan.” Gita menggeleng pelan. Setelah meletakkan piring di meja, dia berbalik

“Gita, aku ….” Mandala jadi serba salah. “Aku tidak bermaksud ___”

“Pela•cur yang terlalu banyak berharap,” ujar Gita pelan, dengan nada teramat kecewa.

“Aku tidak bermaksud menyinggung perasaanmu.” Rasa bersalah menyeruak hebat dalam dada Mandala. Ditatapnya lekat gadis cantik yang berdiri membelakanginya.

Hening. Gita tidak menanggapi ucapan Mandala. Dia memilih diam, tapi bukan karena tak memiliki rangkaian kata untuk disampaikan. Gadis itu tengah berusaha menguatkan hati, membangun sedikit demi sedikit benteng kokoh yang akan dijadikan sebagai tempat berlindung dari rasa sakit. 

Begitu juga dengan Mandala. Semenjak bertemu Gita dan terjadi sesuatu di antara mereka, ada perubahan dalam diri pria yang dikenal pendiam tersebut. Mandala merasa aneh dan tak biasa. 

“Aku tidak menyukai dan sebenarnya tak ingin bersinggungan dengan wanita sepertimu. Ini bukan karena aku merasa lebih baik, lebih suci atau semacamnya. Aku hanya ….” Mandala terdiam, tak melanjutkan kalimatnya.

“Pria baik tidak akan menyukai wanita sepertiku ___”

“Aku bukan pria baik, Gita,” sela Mandala, membantah ucapan Gita. “Ini bukan tentang seberapa taat kita kepada ajaran Tuhan.”

“Tidak apa-apa, Mas. Aku bisa memahaminya. Mungkin aku terlalu berharap.”

“Apa yang kamu harapkan?” tanya Mandala pelan dan dalam.

Gita tidak menjawab. Dia hanya menggeleng pelan. “Lupakan. Aku ….”

“Kamu sudah saya peringatkan, Gita.” Tiba-tiba, Rais menyela perbincangan itu. 

1
Yuyun Yuningsih Yuni
pokonya okeeee
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Lanjut atuh kanu baru
total 1 replies
Najwa Aini
mm..kisah sedrhana tentang kehidupan yang bisa dialami oleh siapa saja. Tapi kisah sederhana ini disajikan dengan sangat epik, dikemas dengan sangat menarik, dgn gaya tulisan yang indah, rapi, bertutur. jadilah kisah ini begitu asik untuk dibaca, dinikmati. Dan yang luar biasa lagi, banyak hikmah dan pelajaran yg bisa diambil di dalamnya..
selamat ya buat kakak autor...😍😍
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Makasih, Kak🥰🥰🥰. Sukses selalu, yaa😍
total 1 replies
Najwa Aini
udah ada karya baru..rajin amat Kak Nela.
wajib ditiru ini
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Ayo, mampi, Kak. Dijamin pusiang bacanya 😄
total 1 replies
Najwa Aini
Luar biasa kak.
selamat ya..
dan terima kasih udah menyajikan kisah yang cukup menginspirasi😍😍
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Terima kasih, Kak. Sehat selalu, yaa
total 1 replies
Najwa Aini
selamat ya Gita..😍😍
Najwa Aini
Aihh kata²mu Mas mamann
Najwa Aini
lohh udah epilog aja
Najwa Aini
Waahhh..meledak.
kalimat ini loh...yg aku tunggu, Mandala
Najwa Aini
senang banget aku. kayak lagi liat kalian pas di depan mataku
Najwa Aini
satu sama kalian
Najwa Aini
segera putar balik, Wira. temukan jalan kembali
Titik pujiningdyah
cuma gini doang thor? kebangetan andaaaaaa
ƙꪮꪑꪖꪶꪖకꪖꪹỉ: Udeh ah. Kalau dipanjangin nanti kesambet
total 1 replies
Titik pujiningdyah
yaelah man🤣
Titik pujiningdyah
nanggung amat bu
Titik pujiningdyah
telat wir telat
Titik pujiningdyah
ini kek momen lebaran, saling memaafkan 😄
Titik pujiningdyah
udah neng Arum gk usah tahu terlalu banyak dah. sakit ati loh
Rahmawati
akhirnya mandala dan Gita hidup bersama dan bahagia🥰
Rahmawati
akhirnya mas mandala mengakui kl dia cinta sm gita🥰
Dwisya Aurizra
beneran tamat ini teh? sayang banget padahal suka sama ceritanya, lanjut laahh
Dwisya Aurizra: tergantung 😅😅
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!