NovelToon NovelToon
Endless Journey: Emperors Of All Time

Endless Journey: Emperors Of All Time

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Misteri / Fantasi Timur
Popularitas:604
Nilai: 5
Nama Author: Slycle024

Ketika perang abadi Alam atas dan Alam bawah merembes ke dunia fana, keseimbangan runtuh. Dari kekacauan itu lahir energi misterius yang mengubah setiap kehidupan mampu melampaui batas dan mencapai trensedensi sejati.

Hao, seseorang manusia biasa tanpa latar belakang, tanpa keistimewaan, tanpa ingatan masa lalu, dan tumbuh dibawah konsep bertahan hidup sebagai prioritas utama.

Namun usahanya untuk bertahan hidup justru membawanya terjerat dalam konflik tanpa akhirnya. Akankah dia bertahan dan menjadi transeden—sebagai sosok yang melampaui batas penciptaan dan kehancuran?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Slycle024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kota Qinghe

Malam hari, di kamar sederhana, Zhang Hao duduk bersila dengan mata terpejam. Ia mencoba menenangkan pikiran, hingga samar-samar merasakan energi spiritual langit dan bumi yang bertebaran di udara.

Kesadarannya semakin fokus. Ia mulai melepaskan rasa memiliki terhadap dirinya sendiri maupun sekelilingnya. Semua hanya ilusi belaka.

Dalam keadaan itu, ia merasa seolah suara punya aroma, sentuhan memiliki warna, dan pemandangan bisa menyentuh kulitnya. Dengan kehendaknya, Zhang Hao membayangkan wujud dirinya sendiri, lalu perlahan mengarahkan aliran masuk ke dalamnya.

Setengah jam berlalu. Zhang Hao membuka mata, menarik napas panjang, lalu memutuskan untuk bertanya ke senior itu.

****

Keesokan harinya, Zhang Hao kembali ke toko untuk bekerja.

Sesampainya disana, ia bertemu lagi dengan pria paruh baya yang sudah dikenalnya, lalu menyapanya. 

Segera, Ia melangkah ke ruang  yang kini terasa familiar, meski pandangannya langsung tertuju pada tumpukan kayu yang menjulang tinggi seperti gunung kecil.

Zhang Hao menatap wanita itu. “Senior—”

Belum sempat melanjutkan, suara wanita itu memotong. “Aku tahu apa yang ingin kau tanyakan. Kerja dulu. Anak-anak sangat menyukai patung kayu yang kau buat.”

Zhang Hao menelan kecewa. Ia hanya bisa pasrah, menunduk, dan mulai mengukir bentuk binatang iblis yang pernah ia lihat di Hutan Iblis. 

---

Matahari mulai terbenam. Zhang Hao sudah selesai membuat lebih dari dua puluh patung kayu. Ia menatap wanita itu dengan tatapan tenang, seolah menunggu penjelasan.

Wanita itu berhenti, menatap Zhang Hao sejenak, lalu mulai berbicara.

“Biasanya, sebelum seorang kultivator bisa mengumpulkan energi spiritual, tubuh harus dipersiapkan terlebih dahulu. Jalur meridian harus diperbaiki, tulang dan otot diperkuat, darah disegarkan untuk memperlancar sirkulasi energi, dan akupunktur dibuka agar jalur energi internal dapat mengalir dengan baik.”

“Namun, kasusmu cukup unik. Jalur energimu langsung terbuka, meski ada beberapa kesalahan yang merusak sebagian jalur. Beruntung, darahmu kaya energi kehidupan, sehingga secara naluri jalur yang rusak mulai diperbaiki. Karena itu, energi spiritual yang kamu serap saat ini hanya memperkuat tubuhmu, lalu menghilang. Tahap ini sebagian orang menyebutnya tahap penyiapan tubuh atau Physical Body Realm.”

“Setelah tubuhmu siap, kelima organ vital harus dimurnikan dengan energi spiritual. Beberapa kultivator juga menambahkan herbal atau ramuan tertentu untuk mempercepat proses. Setelah itu, barulah kamu bisa membuka Laut Spiritual dan melanjutkan ke tahap-tahap berikutnya.”

Mendengar semua itu, Zhang Hao kebingungan.

Disisi lain, wanita itu hanya bisa menghela nafas panjang lalu melemparkan sebuah gulungan yang berisi manual kultivasi dasar. 

“Ambilah, mulai sekarang kamu hanya perlu mengukir patung sebanyak dua puluh setiap minggu.” ucap wanita itu, lalu sebuah pintu terbuka. “Pulanglah.”

Zhang Hao hanya bisa patuh mengambil gulungan itu dan beberapa batang kayu untuk ia kerjakan di kamarnya.

---

Satu setengah tahun berlalu.

Selama waktu itu, hidup Zhang Hao sangat sederhana. Setengah hari ia habiskan untuk mengukir, setengah hari lagi mempelajari gulungan yang diberikan seniornya.

Dengan bahan atau harta yang dimilikinya, saat ini ia sudah memurnikan dua organ vital dan mampu menyimpan energi spiritual di dalamnya.

Tubuhnya dipenuhi aura kehidupan, sehingga ia tidak takut membuat kesalahan saat berlatih. Setiap bulan, ia berjalan-jalan sendirian di Kota Roh Awan, mengamati kehidupan kota yang selalu ramai.

Terbang diatas kota dilarang, sehingga kultivator dan manusia biasa berbaur saat melakukan transaksi. Pasar juga dibagi antara kultivator dan manusia biasa, dan ada juga tempat pertukaran mata uang yang adil, sehingga kedamaian kota terjaga.

Di sela-sela kehidupannya, Zhang Hao diam-diam menyelinap kembali kepedasan untuk bertemu adiknya.

“Kakak!” seru Zhang Mei dengan riang.

“Kakak datang. Apa kabar? Baru sebulan, kamu semakin cantik,” jawab Zhang Hao sambil tersenyum.

“Baik! Ayo berbelanja,” ajak Zhang Mei antusias. Mereka menghabiskan waktu bermain dan berbelanja bersama, seolah melupakan sejenak dunia di luar sana.

“Kakak Sen, kenapa kamu tidak mengunjungi ayah dan ibu?” tanya Zhang Mei tiba-tiba.

“Apakah kamu tidak tahu?” jawab Sen Lin, nada serius.

“Tahu apa?” ucap Zhang Mei, kebingungan.

Zhang Hao menghela napas. “Mei’er, kakak sudah dewasa dan bisa hidup sendiri. Sebaiknya kamu juga cepat dewasa, supaya tidak merepotkan ayah dan ibu.”

“Siapa yang selalu merepotkan?” teriak Zhang Mei kesal.

Zhang Hao hanya tersenyum tipis. Menurutnya, adiknya memang cantik, tapi dunia ini keras—yang kuat melahap yang lemah. Ia sedikit khawatir, namun tidak bisa berbuat banyak.

“Baiklah, mari ke pasar sebelah. Setelah itu, kakak akan mengantarmu kembali ke rumah,” ucapnya lembut.

Begitu mendengar kata “belanja,” Zhang Mei langsung gembira dan dengan paksa menarik tangan Sen Lin, membawanya menuju pasar.

Setelah puas berbelanja, Zhang Hao mengantar adiknya pulang, lalu kembali ke Kota Roh Awan.

Namun, ditengah perjalanan, terjadi kekacauan akibat pertarungan. Penyedia jasa kereta memutuskan untuk berhenti, tidak ingin terlibat dalam kerusuhan yang terjadi. Zhang Hao pun hanya bisa pasrah dan turun dari kereta.

Ia menatap sekeliling, kemudian memanjat pohon untuk mencari kota terdekat yang bisa ia kunjungi. Setelah menemukannya, ia bergerak cepat, melompat dari satu dahan ke dahan lain, hingga akhirnya berhasil mendekati kota itu.

Sesampainya di gerbang Kota, Zhang Hao memberikan beberapa batu spiritual kepada penjaga yang berdiri tegap dan berwibawa, berharap bisa masuk.

Tanpa menunjukkan perubahan ekspresi, penjaga itu membuka gerbang, namun kantung berisi batu spiritual yang ia berikan sudah berpindah.

Zhang Hao hanya tersenyum tipis, lalu melangkah masuk ke dalam kota.

****

Di langit, sebuah kereta terbang meluncur dengan cepat. Di dalamnya duduk tiga orang: dua perempuan dan seorang pemuda. Salah satu perempuan tampak remaja dewasa, yang lainnya masih terlihat anak-anak.

“Senior, sungguh suatu kehormatan bisa menemani keluar dari gunung. Hari ini kita akan ke mana?” tanya pemuda itu dengan rasa ingin tahu.

“Mencari saudariku dan membawanya turun gunung,” jawab perempuan remaja dewasa itu dengan tenang.

“Jadi seperti itu,” ucap pemuda itu sambil tersenyum tipis, meski sedikit kecewa.

Perempuan itu bernama Zhao Lixue, putri kedua Master Sekte Roh Awan. Pemuda itu adalah Xu Tian, anggota keluarga Xu, sedangkan gadis yang masih terlihat anak-anak bernama Mu Lanxing, yang diangkat menjadi murid langsung ibu Zhao Lixue.

Keheningan terus menyelimuti ketiganya. Xu Tian mulai merasa jengkel. Selama setahun terakhir, ia selalu bersikap baik dan lembut, berusaha menyesuaikan diri sebagai murid pribadi salah satu tetua Sekte Roh Awan. Namun Zhao Lixue dan Mu Lanxing tetap datar, seolah tidak peduli.

Bahkan, perjalanan kali ini sepenuhnya merupakan inisiatif Xu Tian sendiri. Ia ingin mendekat dan membangun hubungan lebih dekat dengan kedua gadis itu, tapi sikap mereka yang dingin membuatnya frustasi.

Matahari mulai terbenam. Xu Tian menatap Zhao Lixue dan Mu Lanxing.

“Hari mulai gelap. Bagaimana kalau kita menginap di kota terdekat saja? Mungkin kita juga bisa menemukan adik Xuan,” ujarnya.

Zhao Lixue menatapnya sejenak, tetap datar, lalu mengangguk pelan. Ia menoleh ke Mu Lanxing.

Mu Lanxing menatap luar jendela, lalu berkata lembut, “Boleh, sudah lama aku tidak keluar dari sekte. Kota ini aman kan?”

Xu Tian tersenyum tipis. “Tenang saja. Kota Qinghe cukup aman. Ada larangan bertarung disini. Selain itu, kota ini dekat dengan perbatasan, jedi keamanan nya pasti ketat."

Zhao Lixue dan Mu Lanxing mengangguk. Xu Tian menambahkan, “Kota ini penuh pasar, kedai, dan tempat latihan. Nanti aku tunjukkan beberapa tempat yang menarik dan aman.”

Zhao Lixue menatap keduanya serius. “Aku berharap bisa menemukan pembuat masalah itu.”

Mu Lanxing menenangkan, “Tenang saja, saudari Xuan pasti aman.”

Xu Tian tersenyum, “Mari kita cari penginapan. Malam ini bisa beristirahat sebelum perjalanan besok.”

Sesampainya di gerbang, Xu Tian turun lebih dahulu dan memberi isyarat agar keduanya mengikuti. Lalu mereka mencari sebuah penginapan yang cukup mewah.

1
誠也
7-10?
Muhammad Fatih
Gokil!
Jenny Ruiz Pérez
Bagus banget alur ceritanya, tidak monoton dan bikin penasaran.
Rukawasfound
Lucu banget! 😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!