Satu malam yang seharusnya hanya menjadi pelarian, justru mengikat mereka dalam takdir yang penuh gairah sekaligus luka.
Sejak malam itu, ia tak bisa lagi melepaskannya tubuh, hati, dan napasnya hanyalah miliknya......
---
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon blumoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3 tempat dengan suasana nya masing masing
Beberapa hari terakhir terasa seperti mimpi yang berjalan terlalu cepat.
Aku masih belum sepenuhnya mengerti bagaimana semuanya bisa berubah dari pernikahan yang tiba-tiba dengan Hyunwoo, hingga akhirnya aku berdiri di hadapan ayahnya .
Setiap langkah terasa asing, tapi entah kenapa… ada bagian dari diriku yang mulai merasa tenang.
Mungkin ini bukan tentang bagaimana takdir mempertemukan kami, tapi bagaimana aku belajar untuk menerima setiap kisah yang datang tanpa aku minta.
> Han Soojin
**Pagi di Seoul rumah minjae**
Sinar matahari menembus tirai tipis di kamar milik Minjae. Cahaya lembut itu jatuh di atas tubuh tiga orang yang masih terlelap di ranjang besar.
Minjae, Teary, dan Si-yeon tertidur tanpa busana, menyisakan sisa lelah dari malam panjang yang penuh permainan dan pergulatan.
Asap rokok semalam masih samar-samar tertinggal di udara, bercampur dengan aroma parfum mahal yang pekat.
Tangan Minjae terkulai di pinggir ranjang, bibirnya tersenyum samar seolah puas.
**Rumah keluarga min di Seoul**
Namun Di sisi lain kota, suasana pagi sangat kontras. Rumah besar keluarga Min dipenuhi suara teriakan dan tangisan.
Tepat pukul tujuh pagi, Ji-hyun menerima panggilan telepon dari luar negeri dari Alexander, suaminya.
Suara di seberang terdengar datar dan dingin.
\> “Saya sudah tahu semuanya, Ji-hyun. Tentang kamu… tentang rencana pernikahanmu dengan pria dari keluarga Kang.”
Ji-hyun terdiam. Matanya bergetar.
\> “Tidak! Itu bohong, Alexander, itu semua tidak benar!”
Tangisnya pecah, namun suara Alexander semakin dingin.
“Cih… air matamu tidak berarti apa-apa. tangis San itu Hanya alat kebohonganmu.”
Tut. Tut.
Sambungan terputus. Nomor itu langsung memblokirnya.
Ji-hyun menatap layar ponsel dengan mata merah.
“Sialan kau, Alexander… awas saja kau.”
Tangannya gemetar, lalu menyapu air mata yang membasahi pipinya.
Namun baru saja ia hendak menenangkan diri, terdengar ketukan di pintu.
Tok. Tok.
“Ji-hyun?” suara Nyonya Min Hye terdengar lembut dari luar, “Kau baik-baik saja, sayang?”
Ji-hyun menarik napas panjang, berusaha menormalkan suaranya.
“Yes, ma. I’m okay.”
Ia membuka pintu dengan senyum tipis.
“Hanya saja… Alexander menelepon. Dia menceraikan aku, ma.”
Nyonya Min langsung melotot.
“Apa?! Serius?”
“Ya,” jawab Ji-hyun ringan, pura-pura santai padahal hatinya bergetar.
“Dia bilang sudah menggugat cerai.”
Hye mendengus, lalu duduk di kursi dekat ranjang.
“Sayang sekali. Andai saja keluarga Alexander masih kaya, kita bisa memanfaatkannya. Tapi ya sudahlah, kalau dia bangkrut biarkan saja. Yang penting dia tidak menuntut uang dari kita untuk urusan dokumen.”
Ji-hyun terkekeh kecil, “Tenang, ma. Dia malah mau menyerahkan tabungan terakhirnya padaku sebagai ganti rugi.”
Ia menunjukkan pesan yang baru masuk di ponsel.
\> 📱 Tolong tanda tangani surat cerai itu. Saya kirim lewat paket. Saya transfer setengah uangnya sekarang, setengah lagi setelah saya menerima surat yang sudah kamu tanda tangani.
Beberapa detik kemudian
Tring!
Notifikasi bank masuk.
\> Anda menerima transfer sebesar 500 juta rupiah.
Mata Ji-hyun membesar. “Yes! Lumayan buat ganti ponsel baru,” serunya sambil terkekeh.
“Ada apa?” tanya Nyonya Min penasaran.
“Alexander beneran kirim uang, ma! Setengah dulu, nanti setengahnya lagi setelah surat itu sampai di tangannya.”
Hye tersenyum puas. “Bagus. Sekarang dengar, sayang. Kita harus cari lagi pria dari keluarga besar yang bisa menaikkan nama kita. Sebelum kamu bisa kembali ke Hyunwoo, kamu butuh pijakan baru.”
“Oke, ma, aku tahu. Sekarang keluar dulu ya, aku mau tidur.”
Setelah Hye menutup pintu, Ji-hyun duduk di lantai. Ia membuka sebatang rokok, menyalakannya perlahan.
Asapnya membentuk lingkaran di udara.
“Karena wanita sialan itu, semua rencana harus kuulang dari awal.”
Matanya menyipit.
“Han Soojin, kau akan menyesal.”
Rokok habis, setengah botol minuman tandas, dan Ji-hyun akhirnya merebahkan diri. Ia memejamkan mata, merancang ulang rencana gelapnya di dalam kepala.
\---
**Pindah ke Rumah Keluarga Kang di Gyeonhwa**
Sinar matahari menembus jendela besar kamar Hyunwoo dan Soojin.
Udara pagi begitu segar, tapi suasana di kamar itu justru terasa canggung.
“Hyunwoo… ini terlalu dewasa,” rengek Soojin sambil menarik ujung pakaian putihnya.
Pakaian itu elegan namun menonjolkan lekuk tubuhnya. Bahu terbuka, dipadukan dengan rok panjang berwarna pink lembut.
Wajah Soojin merona. “Aku mau ganti.”
Hyunwoo menatap istrinya dari belakang dengan senyum geli.
" coba sini lihat dulu " ujar hyunwoo menggoda
" sayang pose dulu baru setelah itu ganti " ujar hyunwoo ia telah menyiapkan kamera ponsel nya
" bener ya " ujar soojin ia lalu menuruti permintaan suaminya.

" satu lagi sayang " bujuk hyunwoo lagi

" Udah kan aku mau ganti " rengek soojin sambil berjalan ke arah lemari
“Eh... jangan, sayang, saya lupa pakaian itu Mama sendiri yang memberikannya pagi ini.”
" Hah... ? "
Soojin langsung terdiam.
“Oh… begitu.” Lanjutnya
Nada suaranya turun, tapi ia memaksakan senyum kecil.
“Kalau begitu, baiklah. Ayo turun makan.” soojin tidak lagi protes
Ia menarik tangan Hyunwoo lembut, meski hatinya masih berdebar.
Semoga mereka nanti tidak menatapku aneh… batinnya lirih.
Namun Hyunwoo menatapnya penuh cinta, jemarinya menggenggam tangan Soojin erat.
Di luar kamar, suara tawa keluarga Kang mulai terdengar dari ruang makan.
Momen kecil itu menjadi pembuka hari yang damai bagi Soojin
\---
**Bersambung**.....
ternyata cinta bisa bermula dari mana saja.. habis part mergokin pacar selingkuh, ehhh malah ketemuu jodoh yang lebih uwwaaawww... 🙌