NovelToon NovelToon
MARTA BAKRUN

MARTA BAKRUN

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Matabatin / Berbaikan / Menantu Pria/matrilokal / Cinta Beda Dunia / Cinta Murni
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Artisapic

Seorang pemuda berasal dari golongan menengah berharap mendapakan jodoh anak orang kaya. Dengan perjuangan yang keras akhirnya menikah juga. Menjadi menantu orang kaya, dia begitu hidup dalam kesusahan. Setelah memiliki anak, dia diusir dan akhirnya merantau. Jadilah seorang pengusaha sukses.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Artisapic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB XXIII ASAL DAPAT SAJA

       Malam itu pak Dul semakin penasan dengan suara tokek, sampai lupa bahwa tokek juga butuh istirahat, namun pak Dul masih juga menunggu dan terus menunggu. Tak terasa malam semakin larut. Pak Dul segera bergegas manakala muncul menantunya yang sangat dibencinya itu datang habis kerja lembur. Pak Dul segera cabut sedikit sambil lari menghindari bertatap muka atau nanti ditanya sama menantunya. Ia tidak hati-hati, saat masuk ke rumah, karena buru-buru, kepala pak Dul menabrak kayu pintu. " Dugh".....pak Dul kesakitan dan suara benturan itu sangat keras.

     " Aduuuuuuuh....sakit...Lia buluk...sakiiiiiit," teriak pak Dul.

    Ibu Lia yang sudah tidur sampai kaget mendengar suara benturan kepala pak Dul dengan kayu pintu. Ibu Lia terbangun, begitupun dengan cucunya juga Neli. Dari kamar depan muncul ibu Neli, sedangkan dari kamar tengah muncul Neli sambil menggendong anaknya, Mimin.

     " Suara apa tadi bu, sampai kaget ini si Mimin," kata Neli sambil bertanya sama ibunya.

    " Nggak tahu Nel, suaranya kenceng banget, suara apa ya," kat ibu Lia.

    " Itu bu...ada suara bapak di luar sana," kata Neli sambil menunjuk ke luar.

    Ibu Lia menuju ke pintu, di situ ibu Lia melihat suaminya itu terkapar di depan pintu sambil memegang jidatnya.

    " Kenapa kang, kok tiduran di lantai, kayak kurang kerjaan," kata ibu Lia.

    " Tidur...tidur matamu, ini jidatku sakit Lia....sakiiiiiit," rengek pak Dul.

    " Iya...kenapa kok sampai begitu kang ?" tanya ibu Lia.

    " Tahu tuh anak itu si Mar....Ta...Bak..run, tiba-tiba muncul bikin kaget saja, sampai saya lari Lia, tahunya malah jidatku ini, nabrak kayu pintu Liaaaa," rengek pak Dul.

    " Bukan kaget itu sih tapi sengaja menghindari Bakrun, iya kan ," singgung ibu Lia sambil masuk untuk mengambil minyak kayu putih.

      Pak Dul akhirnya dibawa masuk oleh ibu Lia sambil memegangi jidatnya yang membesar akibat benturan tadi. Benjolan itu seperti kepalan tangan anak kecil. Membuat siapa saja yang melihat pak Dul pasti ketawa. Sementara itu Neli karena anaknya merengek akhirnya menetekan anaknya. Lalu masuklah Bakrun sambil membawa sebungkus nasi goreng yang sengaja ia bawa pemberian dari pak Yudi.

    " Bawa apa kang ?" tanya Neli.

    " Ini....tadi dapat makan waktu jam lembur, kayaknya nasi goreng, soalnya tadi Heru disuruh oleh pak Yudi ke pasar," jelas Bakrun.

    " Ya sudah makan saja dulu kang, saya lagi netein Mimin, kaget ada suara keras, tahunya bapak tadi nabrak pintu, nggak tahu apanya yang kebentur, say juga kaget sampai ikut keluar kamar," kata Neli.

   " Ooooh ...jadi kebentur pintu ya, soalnya pas saya masuk gerbang, bapak lari, terus nggak tahu kalau kebentur pintu," kata Bakrun sambil menutupi kejadian itu, padahal dia tahu jelas, pak Dul terjengkang dan terkapar di lantai depan pintu.

    Selepas makan, Bakrun lalu ke kamar mandi, terus menjalankan sholat sunnah hajat, sementara Neli menghabiskan sisa makanan tadi, nasi goreng. Setelah semuanya beres, mereka tidur hingga pagi.

    Keesokan harinya, pak Dul keluar rumah dan duduk di teras samping, kepalanya diberi perban, matanya sedikit tertutup kain perban. Dari jalan depan sana muncul pak Samin, beliau langsung menghampiri pak Dul.

      Wah...wah...wah, kenapa tuh kepalanya Dul, kayak anak TK saja pakai diperban, parah nggak," kata pak Samin sambil menyindir pak Dul.

    " Ini Min, semalam kena pintu, gara-gara angin, tujuan saya menarik malah pintu nabrak saya," jelas pak Dul berdalih.

    " Angin ?....angin apa Dul, saya kira semalam nggak ada angin tuh, sepi-sepi saja, apa cuma di sini saja anginnya, jangan-jangan mengejar Lia diajak nggak mau ya ?!" kata pak Samin.

    " Semprulmu....orang benar kena angin kok," bantah pak Dul sambil menawarkan minum.

    Mereka akhirnya mengobrol di teras samping rumah, sambil menikmati kopi sama gorengan ubi dan singkong.

    " Sekarang kampung kita bertambah banyak anak lahir, jadi ramai, nggak kayak waktu kita kecil ya Dul," ujar pak Samin.

    " Iya Min, dulu jalan pada rusak, kalau hujan air susah untuk mengalir, sekarang sih malah air cepat mengalir, nggak ada banjir kayak dulu," papar pak Dul.

    " Oh iya, kamu katanya punya cucu ya , enak dong...bisa buat penenang hati Dul," kata pak Samin.

     " Iya Min, cuma saya tuh benci sama bapaknya, sudah pemalas, suka usil, terus nggak mau bantu-bantu kerjaan," tutur pak Dul.

    " Ah...kamu itu suka memutarbalikkan fakta Dul, si Bakrun itu anak rajin, pekerja ulet, terus pintar cari uang, nggak kayak mertuanya, bisa kaya karena warisan, ha...ha...ha..." kata pak Samin sambil tertawa.

    " Hush....sem ba rangan, dasar kadal luh Min, kalau ngomong terus saja nyembur kayak ular kobra, malah bisa keluar api tuh," kata Pak Dul sambil cekikikan.

   Keduanya saling leceh melecehkan, wajar sahabat dari kecil, sampai tua selalu nggak berubah kelakuannya.

    Jelang dhuhur, pak Samin berpamitan untuk pulang.

    " Ya sudah Dul, gampang nanti kita ngobrol lagi, nanti saya ajak si Kumed sama Darba ke sini, biar tambah semarak ya," kata pak Samin.

    " Iya, nanti bawa kopi sama makanan sendiri, enak saja luh, sudah kopi dikasih, makanan habis, sompret luh Min," kata pak Dul sambil berceloteh.

" Kok bapak begitu sama tamu, nggak benar itu, pelit, peudit, buntut gasiran tuh namanya," kata ibu Lia.

" Biarin , mulut- mulut saya sendiri, mau ngomong apa saja bebas tahu ?! Sahut pak Dul.

Sore itu, Bakrun kerja nggak ada lemburan, ia pulang bersama Heru dan Dakir, sebagai pengganti Lukman yang sedang keluar kota bersama istrinya. Setelah Dakir mengantarkan Bakrun lalu balik lagi menuju jalan ke kiri. Pas di pengkolan depan saja, Dakir berpapasan sama Hadi. Akhirnya mereka ngobrol di pos ronda.

" Ha oh bo, hau lang elja ya," sapa Hadi.

" Iya Bro, luh dari mana sore-sore begini ?" tanya Dakir.

" Ha hi cu nge bo, wang i us a ti," jawab Hadi.

" Oooh....terus ada kabar apa hari ini," kata Dakir.

Hadi mencari sesuatu dari dalam saku celananya, ternyata tidak diketemukan.

" wah i ah ka, i lang cu," seru Hadi.

" Apanya bro ?" tanya Dakir sambil ikut meraba-raba saku celana Hadi.

" I uh haca an bo, u wi can, hi mat to ceng," jawab Hadi.

" Tulisan jimat tokcer dari mana ?" tanya Dakir.

" ha i cu haklun," jawab Hadi.

" Bakrun ?!" jawab Dakir setengah kaget.

" i ah, aih aya a pang," kata Hadi.

" Ooooh....kamu sudah hapal ya ?" tanya Dakir kepada Hadi yang di balas dengan anggukan.

" Kalau begitu sok nanti saya tulis," lanjut Dakir sambil mengeluarkan kertas dan pulpen.

1
ghost face
nih saya panggilin bombe
ArtisaPic: wow....makasih ya
total 1 replies
Ceyra Heelshire
bikin novel baru lagi pak?
Oksy_K
aku kira mobil elf itu peri/Facepalm/
ArtisaPic: iy....mumpung lg liburan
total 1 replies
mhmmdrzcky
Karena aku suka banget ceritanya kayaknya mau aku habisin sekarang/Drool/ Btw mampir juga kak ke cerita aku judulnya Ensiklopedia Sunyi Yang Tak Pernah Dibaca
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!