Rubiana Adams, seorang perempuan jenius teknologi dan hacker anonim dengan nama samaran Cipher, terjebak dalam pernikahan palsu setelah dipaksa menggantikan saudari kembarnya, Vivian Adams, di altar.
Pernikahan itu dijodohkan dengan Elias Spencer, CEO muda perusahaan teknologi terbesar di kota, pria berusia 34 tahun yang dikenal dingin, cerdas, dan tak kenal ampun. Vivian menolak menikah karena mengira Elias adalah pria tua dan membosankan, lalu kabur di hari pernikahan. Demi menyelamatkan reputasi keluarga, Rubiana dipaksa menggantikannya tanpa sepengetahuan Elias.
Namun Elias berniat menikahi Vivian Adams untuk membalas luka masa lalu karena Vivian telah menghancurkan hidup adik Elias saat kuliah. Tapi siapa sangka, pengantin yang ia nikahi bukan Vivian melainkan saudari kembarnya.
Dalam kehidupan nyata, Elias memandang istrinya dengan kebencian.
Namun dalam dunia maya, ia mempercayai Cipher sepenuhnya.
Apa yang terjadi jika Elias mengetahui kebenaran dari Rubiana sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13. ALASAN
Angin malam kembali berembus setelah keheningan panjang yang seolah menelan dunia. Lampu kamar Rubiana memantulkan cahaya lembut ke wajah Elias, menajamkan garis rahangnya yang tegas sekaligus menyingkap kesedihan samar di balik ketenangannya.
Rubiana menatap Elias, mata itu gemetar, seolah kalimat 'Aku ingin kita bercerai' masih berputar di telinganya, menolak pergi.
"Elias?.A-apa ... maksudmu?" Rubiana berusaha tegar, tapi getar suaranya memecah kesunyian seperti kaca jatuh ke lantai.
Elias menunduk sesaat, kedua tangannya terlipat di depan tubuhnya. "Aku tahu kedengarannya kejam, terutama setelah semua yang baru saja kita lalui. Tapi percayalah, Ruby ... ini bukan tentang menyingkirkanmu. Ini tentang memberimu sesuatu yang belum pernah kau punya seumur hidupmu. Kebebasanmu."
Rubiana terdiam. Kata 'kebebasan' itu menggema di hatinya seperti denting lonceng yang asing.
"Sejak awal, hidupmu ditentukan oleh orang lain. Orang tuamu, saudari kembarmu, bahkan aku. Tak seorang pun memberimu pilihan. Aku ingin memperbaikinya, mulai sekarang. Aku ingin kau bisa memilih apa pun yang kau mau, bahkan jika yang kau pilih bukan aku," kata Elias.
Seketika Rubiana memalingkan wajahnya. Dadanya terasa sesak, seperti udara malam tiba-tiba lenyap dari sekitar mereka. "Tapi kenapa sekarang?" tanyanya.
"Karena aku tidak ingin kau hidup di bawah bayangan kebohongan lagi. Pernikahan kita berdiri di atas nama Vivian, bukan Rubiana. Semua dokumen, semua catatan hukum, mereka semua mencatat bahwa yang menikah denganku adalah Vivian Adams. Itu kesalahan besar, dan jika aku tidak mengakhirinya sekarang, itu bisa digunakan untuk menjatuhkan kita berdua di masa depan," jawab Elias.
Rubiana menatapnya dengan mata membulat, tak percaya. "Menjatuhkan kita?"
Elias mengangguk. "Ya. Aku memiliki musuh sebagau pengusaha, Ruby. Banyak. Orang-orang yang akan menggunakan apa pun untuk menghancurkan namaku, termasuk skandal pernikahan palsu ini. Jika mereka tahu bahwa aku menikahi orang yang bukan identitas yang tercantum di surat nikah, maka bukan hanya aku yang akan hancur." Ia menatap dalam ke arah Rubiana. "Kau juga," lanjutnya.
Angin malam mengangkat helaian rambut Rubiana yang jatuh di pipinya. Ia membiarkannya, terlalu larut dalam setiap kata yang keluar dari mulut Elias.
"Jadi, perceraian ini untuk melindungiku?" tanya Rubiana perlahan.
"Ya," jawab Elias tanpa ragu. "Sebagian untukmu. Sebagian lagi untuk menebus kesalahanku."
Rubiana menggigit bibirnya, menahan emosi yang mulai mengabur di matanya. "Apa itu artinya aku harus pergi dari sini?" tanyanya.
Elias menghela napas, langkahnya maju satu ke arahnya. "Tidak. Kau tidak boleh pergi dari sini, Ruby. Ini rumahmu sekarang."
Rubiana menoleh, terkejut.
"Kau tetap bisa tinggal di sini selama kau mau. Rumah ini milikmu sama seperti milikku. Aku tidak akan memaksamu pergi, apalagi mengembalikanmu ke tempat yang seharusnya tidak pernah kau panggil 'rumah' sejak awal," lanjut Elias.
"Aku tetap tinggal?" konfirmasi Rubiana.
Suara Elias terdengar tajam ketika menyebut 'rumah'. Ada bara di sana, amarah yang disembunyikan, yang hanya bisa muncul saat seseorang benar-benar peduli.
"Aku tahu apa yang terjadi di rumah orang tuamu, Ruby," kata Elias perlahan. "Aku tahu apa yang mereka lakukan padamu. Edward Adams tidak layak disebut ayah. Aku sudah melihat laporan medismu, rekam jejak perlakuannya terhadapmu. Jika aku membiarkanmu kembali ke sana ... aku sama bersalahnya seperti dia," sambungnya.
Mata Rubiana membesar. "Kau tahu semua itu?_
Elias mengangguk. "Raven menyelidikinya. Aku memintanya mencari tahu semuanya. Dan ketika aku membaca hasilnya, aku nyaris tak percaya manusia bisa setega itu terhadap darah dagingnya sendiri."
Rubiana terkejut ketika Elias mau menguak masa lalu Rubiana yang ditutup rapat oleh sang ayah.
Elias mengusap wajahnya, menahan emosi yang hampir meledak. "Aku dulu berpikir aku pria yang paling kejam, tapi setelah membaca rekam hidupmu ... aku sadar, aku hanya pecundang yang buta oleh dendam. Dan kau, Ruby, adalah korban dari semua kebodohanku yang tidak menggali informasi lebih jauh."
Rubiana menatap Elias lama. "Jadi, semua ini ... pernikahan, kemudian permintaan cerai, rumah baru ini, semua karena rasa bersalah?"
Elias menatap balik, sorot matanya tajam tapi jujur. "Tidak. Rasa bersalah hanyalah awalnya. Tapi alasan sebenarnya adalah aku ingin menebus semuanya tanpa merusakmu lebih jauh."
"Maksudnya?" tanya Rubiana.
Elias menatap cincin di jarinya, memutarnya pelan. "Aku ingin kau punya hak untuk memilih jalanmu sendiri. Jika suatu hari nanti kau jatuh cinta pada seseorang yang benar-benar kau inginkan, aku ingin kau bisa melakukannya tanpa beban, tanpa bayang-bayang pernikahan yang lahir dari kesalahan atau paksaan."
Rubiana menunduk, tidak menyangka akan ada dimana ia bisa memilih sesuka hati apa pun yang ia mau.
Elias berdiri di dekat jendela, menatap ke luar." Aku akan mulai mengurus dokumennya besok. Raven sudah tahu apa yang harus dilakukan. Semuanya akan beres tanpa menimbulkan perhatian media," katanya.
Rubiana diam.
Suara hujan menjadi satu-satunya yang berbicara di antara mereka.
"Aku tahu ini berat bagimu, mengingat aku bahkan mengambil sesuatu yang suci darimu dengan tidak manusiawi," lanjut Elias, suaranya menurun. "Tapi percayalah, Ruby, ini jalan yang paling aman untukmu. Kau tidak harus khawatir tentang uang, tempat tinggal, atau masa depanmu. Aku akan memastikan semuanya tercukupi. Aku hanya ... tidak ingin lagi kau hidup di bawah namaku karena paksaan atau kebohongan. Kau dalam lindunganku sekarang."
Rubiana menatap punggung Elias yang tegak di depan jendela. Ada sesuatu yang anehnya menenangkan dalam cara pria itu menatap hujan, seolah seluruh beban dunia ia simpan di sana, tapi tidak pernah biarkan siapa pun melihatnya jatuh.
"Elias?" panggil Rubiana pelan. "Aku akan sangat bersyukur jika kau mengizinkanku untuk tidak, karena jujur aku tidak tahu harus tinggal dimana tanpa diganggu oleh ayahku."
Pria itu menoleh.
Elias tak langsung menjawab. Ia menatapnya lama, lalu berjalan mendekat, berhenti tepat di depan Rubiana.
"Kau boleh tinggal selama yang kau inginkan. Aku akan menambah penjaga di rumah ini agar tidak ada yang bisa menyakitimu. Dan ingat rumah ini bukan penjara. Aku tidak akan menutup pintu ini dan itu untukmu. Kau bebas tinggal di sini, atau pergi, atau kembali kapan saja. Mau membeli apa pun, butuh uang sebanyak apa pun, kau hanya tinggal katakan saja padaku," kata Elias tulis.
Rubiana mengerutkan kening. "Tapi ... itu artinya kita akan tetap tinggal bersama setelah bercerai?"
Elias tersenyum miris. "Jika itu yang membuatmu tenang dan terlindungi, ya. Tapi aku tidak akan menuntut apa pun darimu. Tidak status, tidak kewajiban, tidak gelar istri. Aku hanya ingin kau hidup tenang, tanpa takut atau rasa bersalah. Kau bebas di rumah ini."
"Dan bagaimana denganmu? Apakah kau akan nyaman dengan adanya aku di rumahmu?" tanya Rubiana.
"Tentu saja," Elias tersenyum.
Rubiana menunduk dan berkata, "Terima kasih, Elias."
"Kau pantas mendapatkannya," kata Elias.
Elias menatapnya, langkahnya goyah seolah ia sendiri berperang melawan hatinya.
Ia akhirnya berlutut di depan Rubiana, menatap matanya langsung.
"Aku ingin kau lakukan apa pun yang kau inginkan. Memilih yang kau suka, makan makanan enak, berbelanja. Aku ingin kau bersenang-senang," kata Elias.
"Aku akan melakukannya," setuju Rubiana.
Elias menatap wajahnya, lalu perlahan mengangkat tangan untuk membelai pipi sang gadis. "Pilihlah masa depan yang kau inginkan," katanya.
Mereka berdua diam. Tatapan mereka bertaut, menggantung di udara antara kata-kata yang tak sempat diucapkan.
Dan di tengah keheningan itu, Elias berkata pelan, hampir seperti doa, "Jika aku pernah diberi kesempatan untuk memulai lagi tanpa kebohongan, aku akan memilihmu, Ruby. Tapi untuk sekarang, aku ingin kau fokus pada dirimu sendiri dulu. Nikmati apa pun yang kau suka."
Rubiana mengangguk.
Elias berdiri, menatap Rubiana terakhir kali sebelum berbalik menuju pintu. "Besok pagi aku akan berangkat ke firma hukum. Raven akan menemanimu jika kau butuh sesuatu. Kita akan putuskan hubungan dengan Adams."
Pintu terbuka. Cahaya koridor masuk, membingkai siluet Elias seperti bayangan yang menolak pergi.
"Elias?" panggil Rubiana pelan sebelum ia benar-benar pergi.
Pria itu berhenti.
"Terima kasih," kata Rubiana dengan suara bergetar. "Aku tidak akan terpuruk dengan yanh terjadi padaku. Aku akan menikmati hidupku setelah ini. Lalu aku akan bisa dengan bangga bilang padamu bahwa aku telah menikmati hidupmu," lanjutnya.
Elias memejamkan mata sejenak, lalu berujar, "Akan aku tunggu."
Pintu tertutup pelan di belakangnya.
Dan malam itu, di tengah hujan yang menetes tanpa henti, janji baru terucap bukan karena kebencian, tapi perkenalan dari awal segalanya.
antara kasian n seneng liat ekspresi Rubi.
kasian karena d bohongin kondisi Elias,seneng karena akhirnya Elias tau siapa Rubi sebenarnya.
😄
hemmmm....kira kira Ruby mo di kasih
" HADIAH ' apa ya sama Elias....😁🔥
tapi tak kirain tadi Elies pura² terluka ternyata enggak 😁
Elias tau Rubi adalah chiper,,hm
apa yg akan Rubi katakan setelah ini semua
Rubiiii tolong jujurlah sama Elias,apa susahnya sh.
biar xan jadi punya planning lebih untuk menghadapi si adams family itu,,hadeeeh
syusah banget sh Rubi 🥺
makin penasaran dgn lanjutannya