The Curse Of Beauty

Armand tidak menemukan Kirana ketika dia bangun. Dan surat perjanjian kerja yang dia pikir sudah ditanda tangan, ternyata masih kosong.

"Kirana, apa kau menolak tawaranku?"

Tapi, Armand tak bisa melakukan apa-apa jika benar Kirana menolak tawarannya. Dia hanya perlu terus berkeras hati untuk tidak menyerah pada keinginan kakek dan ayahnya. Sementara mencari calon istri yang benar-benar dia butuhkan.

Hanya saja, ada kekecewaan dalam hatinya. Karena Armand tak akan pernah bertemu lagi dengan wanita paling cantik yang pernah dia lihat seumur hidupnya.

"Sungguh sayang sekali"

Tapi malam ini. Malam ketika dia pulang kerja. Seorang wanita dengan koper berjongkok di depan apartemennya.

"Kirana?"

Wanita itu berdiri dan melepas topi. Memperlihatkan kecantikan Dewi bulan yang tersembunyi dalam kegelapan malam.

"Tuan Armand, saya akan melakukannya"

Dalam hati Armand bersorak. Akhirnya dia bisa melakukan dua hal bersamaan. Menyiksa keluarganya dengan kemarahan dan kekesalan. Dan sebagai hadiahnya, Armand bisa mencicipi kecantikan bunga yang tak tersentuh itu. Jika dia beruntung.

Armand membawa Kirana ke apartemennya. Mengambil kembali surat perjanjian kerja yang dia simpan dan meletakkannya di depan Kirana.

"Kau yakin akan melakukan apa yang tertulis di dalamnya?" tanya Armand ingin memastikan.

"Iya. Asalkan Anda tidak mengingkari janji untuk membayar sesuai dengan jumlah di dalam surat ini"

"Aku tidak pernah ingkar janji"

Kirana tanpa ragu menandatangani surat perjanjian itu. Membuatnya resmi menjadi calon istri Armand, di atas kertas.

"Enam bulan. Semua ini akan berakhir dalam enam bulan" ucap Kirana.

"Iya. Semuanya akan berakhir dalam enam bulan. Dan sepertinya kau siap untuk hari pertama" sindir Armand yang melihat koper di sebelah Kirana.

"Saya, Anda bilang akan menyediakan fasilitas. Jadi, saya berinisiatif untuk membawa barang kemari"

"Tentu saja. Kita tinggal bersama di apartemen ini sebagai sepasang kekasih mulai malam ini"

"Palsu" ucap Kirana mengingatkan.

"Tentu saja. Kau pikir aku akan melupakannya? Tapi ingatlah satu hal. Kau harus menjadi karakter yang aku inginkan ketika kita bertemu keluargaku. Sabtu ini"

"Iya, saya mengerti"

"Bagus"

"Masuklah. Letakkan kopermu di dalam kamar"

"Saya akan tidur di kamar?"

"Lalu dimana kau akan tidur?"

"Sofa?"

"Kau tidak bisa menipu keluargaku dengan cara itu. Lagipula, asistenku akan datang besok pagi. Dan ketika dia melihatmu tidur di sofa, kau akan kehilangan semua uang yang aku janjikan" ancam Armand memaksa Kirana menyerah.

Wanita itu menurut dan masuk ke dalam kamar. Meletakkan koper di ujung ruangan sementara Armand membantu memasukkannya ke dalam lemari. Agar tak terlihat.

"Anda sudah memiliki asisten baru?" tanya Kirana tiba-tiba.

"Belum. Tapi aku yakin mulai besok, aku akan memiliki asisten baru"

"Masalah uang itu, apa sudah kembali?"

"Kau ingin tahu masalah perusahaan?" tanya Armand membuat Kirana salah tingkah.

"Saya hanya bertanya. Maaf kalau saya mencampuri urusan Anda"

"Uang itu tiba-tiba saja kembali. Dan aku pikir, setelah kau mundur dari perusahaan. Mereka yang mengambil uang itu akan berpikir seribu kali untuk mencuri lagi"

"Syukurlah"

"Sudah malam, tidurlah. Aku harus menghubungi seseorang"

"Baik. Terima kasih"

Armand keluar dari kamar lalu menghubungi asisten ayahnya.

"Selamat malam Tuan"

"Aku ingin kau menjadi asistenku lagi" tuntut Armand.

"Kakek dan ayah Anda telah memperjelas tentang hal ini. Kalau saja Anda bersedia untuk kembali ke perusahaan, atau menikah. Maka saya akan kembali menemani Anda"

"Bagus. Aku akan menikah, jadi kau harus kembali"

"Tuan, Anda tidak memiliki kekasih"

"Aku menyembunyikannya darimu"

"Tuan, ini mustahil. Anda tidak bisa menipu saya"

"Lihatlah sendiri besok. Aku sudah memaksanya tinggal bersamaku" jelas Armand.

"Tuan, Anda bercanda"

"Terserah kau percaya atau tidak. Tapi aku berencana melamarnya akhir Minggu ini. Aku ingin kau mengatur segalanya. Jadi, apa kau akan datang besok dan menjadi asistenku?"

"Saya akan segera pergi besok. Selamat beristirahat Tuan"

Armand tersenyum. Akhirnya, semua kembali seperti seharusnya. Dia kembali ke kamar dan melihat Kirana bingung dengan pintu kamar mandi.

"Sepertinya malam ini kau harus mempelajari bagaimana tinggal di apartemen ini" kata Armand.

"Iya. Sepertinya begitu" jawab Kirana yang bingung tentang cara membuka pintu kamar mandi.

"Kau harus mendorongnya"

Kirana mengangguk, angguk lalu masuk ke dalam kamar mandi. Mempelajari apa yang harus dipahami disana.

Malam itu Armand menikmati waktu melihat Kirana yang berkeliling apartemen dan menyentuh segalanya. Seperti seekor kucing yang memberi tanda pada teritorinya.

"Tuan!! Nyonya!! Tuan Armand akan menikah!!" teriak asisten menghentikan Mira dari kegiatan membacanya. Dia membuka pintu kamar dan melihat asisten berkeliling dengan senyum di wajah.

"Apa katamu?" tanya Mira pada asisten suaminya.

"Tuan Armand, akan melamar seorang wanita akhir Minggu ini"

"Apa?? Melamar? Wanita? Siapa?"

"Saya tidak tahu Nyonya" kata asisten.

Mira mendesah pelan. Tidak ingin mendengar kabar yang tak pasti tentang putranya.

"Dia berbohong lagi?"

"Tapi saya rasa, kali ini Tuan Armand tidak berbohong"

"Kenapa kau pikir begitu?"

"Tuan Armand memerintahkan saya untuk melihat wanita itu besok di apartemen. Kelihatannya mereka telah tinggal bersama"

"Apa yang dia inginkan?" tanya suami Mira yang baru keluar dari ruang kerja.

"Tuan Armand ingin saya kembali ke perusahaannya"

"Kau ditipu. Dia hanya ingin kau menggantikan asistennya yang ketahuan mencuri itu"

"Tapi Tuan Budi. Tuan Armand memang beberapa kali tampak bahagia. Lebih suka berdiam diri lalu senyum-senyum sendiri" jelas asisten memupuk harapan di hati Mira.

Setelah menunggu selama 10 tahun, akhirnya Armand mengenal seorang wanita dan berencana menikah. Sungguh kabar yang menyenangkan.

"Aku akan ikut denganmu besok" kata Mira tak sabar mengenal calon menantunya.

"Nyonya, tidakkah terlalu terburu-buru?"

"Tidak. Aku ingin melihatnya"

"Tiba-tiba saja ada wanita yang akan dinikahi. Armand menipu kalian"

Mira merasa sedih mendengar kata-kata suaminya. Memang terlalu mendadak. Hadirnya seorang wanita dalam hidup Armand. Setelah selama ini putranya itu tidak pernah terlihat memiliki kekasih atau wanita yang dekat.

Apalagi setelah putranya memilih lepas dari Grup Riady sepuluh tahun lalu.

"Tidak. Armand tidak akan berbohong untuk masalah ini" harapnya.

Keesokan harinya, Mira telah bersiap sejak pagi. Dia berada dalam mobil dan mengikuti asisten ke apartemen putranya.

"Nyonya, Tuan Armand pasti tidak menyukai kedatangan Anda" kata asisten yang mengetuk pintu apartemen Armand

"Aku hanya ingin melihat wanita itu" jawab Mira.

Pintu terbuka dan Mira seakan masuk ke dalam dunia khayalan. Karena di depannya muncul seorang bidadari cantik yang tersenyum ke arahnya.

"Selamat pagi" ucap wanita itu dengan suara renyah seperti pastry manis.

Baik Mira dan asisten hanya bisa terdiam. Terpesona akan kecantikan wanita yang ada dihadapan mereka.