Nadira Keisha Azzura pertama kali co-ass di rumah sakit ternama, harus mengalami nasib buruk di mana Bapaknya masuk UGD tanpa sepengetahuannya akibat tabrakan, lalu tak lama meninggal dan sebelumnya harus mendengar ijab kabul mengatasnamakan dirinya di kamar Bapaknya di rawat sebelum meninggal. Pernikahan itu tanpa di saksikan olehnya sehingga dia tidak mengetahui pria tersebut.
Sedangkan dia hanya memiliki seorang Bapak hingga dewasa, dia tidak mengetahui keberadaan kakak dan Ibunya. Dia di bawa pergi oleh Bapaknya karena hanya sosok pria miskin dan mereka hanya menginginkan anak laki-laki untuk penerus.
Bagaimana nasib Nadira selanjutnya? akankah dia hidup bahagia bersama suaminya? akankah Nadira bisa menerima siapa suami dan siapa yang telah menabrak Bapaknya? Akankah dia bertemu dengan keluarganya?
Yu saksikan ceritanya hanya di novel 'Suami Misteriusku ternyata seorang Dokter'
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dira.aza07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23 ~ Perhatian Kendrick
Ken pun telah mengantar Thomas ke bengkel, akhirnya dia pun menuju tempat tujuan, namun sesampainya di tempat tujuan, ternyata yang di tunggu belum juga sampai, yang akhirnya dia pun kembali ke jalan raya hanya sekedar untuk menunggunya.
Ke mana kamu?, ini sudah hampir magrib belum juga pulang?. Gumam Kendrick yang mobilnya kini telah berada di pinggir jalan.
Kendrick pun menunggu dengan penuh rasa cemas dan khawatir.
Namun tak lama waktu menunjukkan pukul 18.30, orang yang telah dia tunggu pun akhirnya melewati mobil Ken. orang itu memasuki jalan yang mulai sepi menuju rumahnya.
Ken menunggu beberapa menit untuk menyusul, dan sebelum melajukan kembali kendaraannya, dia memesan makanan online untuk di kirim ke rumah yang di tuju.
Setelah itu Ken pun melajukan mobilnya menuju kediaman orang itu, dan tak berselang lama pesanan itu datang dan kurir itu sudah di suruh untuk memberikannya satu box kepada mobilnya.
Ken pun mengambilnya dan memberikan uang tersebut kepada kurir dan setelah itu Ken berlalu menuju mesjid untuk melaksanakan shalat Maghrib dan Isya.
Sedangkan kurir tersebut mengirimnya kepada rumah Nadira.
"Malam ... atas nama Ibu Nadira ...." Kurir tersebut mengetuk pintu rumah Nadira.
Nadira pun membuka pintu tersebut, "Iya ada apa ya Pak?" Tanya Nadira setelah pintu itu terbuka.
"Ini Bu, ada paket untuk Ibu," jawab Pak kurir tersebut dengan memberikan satu box kepada Nadira.
Nadira pun mengerutkan keningnya, namun Nadira menerimanya dan kembali tertulis sebuah pesan di atas box itu.
Nadira pun tersenyum saat membacanya kemudian menutup pintu tersebut, Nadira tidak menyadari jika di depan rumahnya itu telah terparkir mobil putih milik Ken.
Pukul 8 Ken pun telah kembali menuju mobilnya, dia membenahi diri dalam mobil tersebut dengan posisi kepala dapat langsung melihat ke arah rumah Nadira.
Tak berselang lama dari itu hujan turun dengan deras, di sertai dengan angin kencang dan gemuruh petir bersahutan.
Nadira kembali merasakan ketakutan, dia memeluk kakinya dengan berderai air mata. Namun angin kencang dari jendela itu membuatnya begitu kedinginan, Nadira pun mencoba menepis rasa takut itu untuk menutup jendela tersebut.
Namun saat dia menutup jendela tersebut, terlihat mobil putih terparkir tepat di sebrang rumahnya. Dia teringat mobil itu milik Ken. Dengan cepat Nadira menutupnya dengan susah payah.
Kembali Nadira menyandarkan dirinya pada sebuah tembok, dengan duduk di atas ranjangnya, kemudian tanpa ragu Nadira menghubungi Ken dengan tangan gemetar dia memijit no tersebut.
Ken yang menerima telepon dari Nadira pun kaget dengan mengerutkan keningnya.
Namun dia tidak menunggu lama, Ken pun langsung menerima panggilan tersebut.
"Hallo Nadira ... ada apa ya?" Tanya Kendrick di balik teleponnya.
"Apa benar Bapak memarkirkan kendaraan di depan rumah Nara?" Tanya Nadira.
"Emm betul saya kejebak hujan daripada saya melanjutkan perjalanan pulang, dan kebetulan tempat ini lebih dekat dari jalanan yang saya lewati, saya berpikir lebih baik memarkirkan di sini, karena saya kira ini tempat lebih aman di bandingkan yang lain," kilah Kendrick panjang lebar.
"Aku takut Pak ... jangan tutup teleponnya," jelas Nadira dengan kembali terisak.
"Takut kenapa sa— Nadira?" Tanya Kendrick yang hampir saja keceplosan.
"Aku paling takut jika hujan deras disertai petir menggelegar dan angin kencang seperti ini Pak," keluh Nadira dengan manangis terisak-isak.
Ya ampun maafkan aku yang tidak dapat menemanimu. Batin Ken penuh penyesalan.
"Kamu jangan takut, aku di sini, jika ada apa-apa aku akan menghampirimu ya, anggap saja aku ada di dekatmu, aku akan menjagamu dari sini," jelas Kendrick panjang lebar mencoba menenangkan Nadira melalui telepon selulernya.
"Benar ya Pak, ARRGHH ...." Nadira kembali menjerit kala mendengar suara petir menggelegar.
"Nara, jangan takut, kamu sekarang posisinya seperti apa?" Tanya Kendrick.
"Aku duduk dengan memeluk kakiku Pak," sahut Nadira dengan bergemetar.
"Coba tidur ya peluk guling dan berselimut tebal, jangan jauhkan ponsel ini darimu, coba untuk tidur meski itu sulit, ingat anggap aku berada di sampingmu Ok," sahut Kendrick panjang lebar memberikan saran.
Nadira pun mengikuti saran Ken, dia mencoba merebahkan tubuhnya dengan memeluk guling dan berselimut tebal hingga menutup seluruh tubuhnya.
"Pak Ken, Nara takut Pak, Pak jangan ditutup teleponnya aku mohon!, aku sendiri di sini, aku ga ada teman aku benar-benar takut Pak." Nadira terisak dengan tubuh bergemetar.
"Iya Ra, aku ga akan meninggalkanmu, aku ada di sini, di sebrang rumahmu. Kamu akan baik-baik saja, jangan risau ya!" Ken terus mecoba menenangkan Nadira melalui teleponnya.
"Ra ... apa yang paling kamu sukai?" Tanya Ken.
"Maksud Bapak?" Tanya Nadira
"Kamu suka makan apa? hobimu apa?" Tanya Ken bermaksud mengalihkan pembicaraan berharap Nadira lupa akan rasa takutnya.
"Aku suka dengan seafood Pak, tapi dengan memasaknya Pak. Tau ga Pak, saat ada Bapakku, aku selalu memasak segala macam Seafood atau kikil atau usus, aku suka banget. Saking Bapakku tau apa yang aku suka, beliau suka memisahkan barang jualannya itu untuk aku masak. Beliau tidak pernah memikirkan dagangan sayurannya rugi atau untung. Hiks hiks ...." Nadira kembali menangis teringat akan Bapaknya.
Ya ampun bukannya buat tenang, yang ada gue malah bikin dia teringat akan Bapaknya. Bego banget gue. Batin Ken merutuki dirinya.
"Wah ... kamu pintar masak dong? boleh dong aku memakan pasakanmu itu? kapan-kapan bawa ke rumah sakit ya, dan jika kita punya waktu boleh dong kita kumpul di rumahmu dengan memakan hidangan dari pasakanmu itu, sepertinya enak ya!" Ken mencoba memuji dan menghibur Nadira meski dia tau Nadira kembali menangis namun Ken mencoba menghiburnya.
"Boleh banget Pak, jika Bapak mau besok aku bawa ya, aku masakin buat Bapak, kita makan di ruangan Bapak gimana? makasih ya Pak, setidaknya aku bisa melakukan kegiatan yang membuatku happy," ujar Nadira kembali bersemangat.
"Iya ... sama-sama Ra, sekarang kamu tidur ya, hujan sudah reda dan ini sudah larut malam," ucap Ken lembut.
"Iya Pak, terimakasih sudah menemaniku." Nadira tersenyum dengan merasakan hati yang begitu bahagia.
"Iya ...." Ken pun tersenyum dia merasa tenang karena dia bisa menemani Nadira di saat hujan deras.
"Bapak juga jangan lupa beristirahat, oya apa Bapak akan pulang sekarang?" Tanya Nadira berharap Ken akan berada di sana sampai pagi hari.
"Apakah kamu menginginkan aku pulang?" Tanya Ken balik bertanya.
"Hmm jujur aku ingin Bapak di sana sampai pagi hari, karena aku takut akan kembali turun hujan dengan deras." Nadira kembali merasakan ketakutan dikala mengingat hujan deras disertai petir yang menggelegar.
"Baiklah, aku akan di sini," ucap Kendrick dengan tersenyum.
"Terimakasih, selamat malam Bapak Kendrick yang baik hati, ternyata Bapak tidak seketus dan sedingin yang aku kira. He he he." Nadira merasa malu sendiri.
"Hmm ... ya sudah cepat tidur!" Seru Kendrick kembali sedikit tegas namun masih dengan nada lembutnya.
"Siap Bos hehe Assalamu'alaikum," salam Nadira dengan tersenyum yang tanpa terlihat oleh Kendrick.
"Wa'alaikumus salaam," Balas salam Kendrick mengakhiri teleponnya.
Telepon pun berakhir, dalam waktu yang bersamaan tanpa mereka sadari mereka mengembangkan senyumnya di tempat mereka berada. Meski Ken bukan yang di sukai Nadira namun Nadira mulai merasa nyaman di dekat Ken.
Bersambung ...