NovelToon NovelToon
Sang Penerus Yang Tersembunyi

Sang Penerus Yang Tersembunyi

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Anak Yatim Piatu / Identitas Tersembunyi / Konglomerat berpura-pura miskin / Menyembunyikan Identitas / Kultivasi Modern
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: dira.aza07

Seorang anak laki-laki kala itu masih berusia 10 tahun, tidak di kenal oleh siapapun karena identitasnya telah di sembunyikan oleh sang Ibu.

Suatu hari sang lelaki itu harus menerima kehidupan yang pahit, karena sang Ibu harus di bunuh, namun sayang dia tidak dapat menolongnya, sialnya lagi dia harus mengikuti keinginan sang Ibu yaitu bersembunyi di suatu tempat agar bisa menjaga sang adik dan membalaskan dendam sang Ibu, dan juga bisa mengambil alih apa yang telah menjadi haknya.

Dan saat tiba di sebuah tempat di mana dana Dan naya di selamatkan, Dana menemukan seorang wanita yang menarik hatinya, namun sayang ketika dewasa, dia harus meninggalkan wanita itu untuk merebut perusahaan dan berpura-pura mencintai wanita lain, yaitu anak dari pembunuh Ibunya sekaligus yang telah merebut perusahaannya.

Bagaimana cerita cintanya dan apakah Dana mampu setia?, lalu apa yang terjadi dengan perusahaannya ketika Dana hadir di perusahaan itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dira.aza07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7 ~ Permintaan maaf

"Terimakasih ... kamu pulang yah... hari sudah mulai sore, takutnya kemalaman jika harus menunggu saya," ucap Dana sambil tersenyum dengan memandang Sylvia.

Sylvia terdiam bagai orang yang berpikir.

"Kenapa?" tanya Dana dengan semakin mendekatkan wajahnya.

"Tidak ... kamu hati-hati ya pulangnya, saya pulang duluan," pamit Sylvia.

Setelah kepulangan Sylvia, Dana pun di sambut teman-teman barunya.

"Ciee ternyata yang dapati bunga Desa orang baru emm, kita kalah," kata Rendi memuji Dana, dan Dana pun tersipu malu.

Yang lainnya ikut menyahutinya dengan tepuk tangan, senggolan dan tepuk pada bahu, seakan Dana telah menjadi juara pertandingan sesuatu yang sangat berharga.

"Sudah-sudah ayo lanjut," Ucap Rofik dan semua berbaris.

Khusus Dana di latih langsung oleh Rofik, karena Rofik tahu dari Jae bahwa Dana adalah anak dari Investor utama atau tertinggi untuk desanya sehingga bisa maju dan mandiri.

Tidak semua mengetahui itu, tapi para tetua, guru pejabat desa itu telah mengetahui siapa Dana.

Dana masih harus belajar teknis dasar dan kuda-kuda, Dana memang pandai mengingat apa yang di ajarkan rofik tapi ketahanan kuda-kudanya masih sangat lemah.

Rofik hanya tersenyum, anak yang biasa menggunakan otak tentu agak sulit melakukan kuda-kuda yang kuat, gerakan bisa cepat di hafal namun ketahanan kaki dan tangannya begitu lemah.

"Latih di rumah, saya ingin kamu bisa menggunakan otot kaki dan tanganmu lebih kuat, bela diri itu harus bisa tahan di serang, perkuat ototmu sehingga bisa menompang kuda-kuda jadi lebih kokoh, ingat itu!" seru Rofik tegas.

"Baik pak," sahut Dana sambil menganggukkan kepalanya.

"Sekarang pulanglah, jaga kesehatanmu," pesan Rofik kembali.

Dana pun kembali mengangguk kepalanya.

Di rumah Dana mencoba kuda-kudanya agar kuat dengan memanfaatkan adik-adiknya, ya kini dia merasa memiliki 2 adik.

Terkadang dia kalah, namun terkadang kuat, di latih pula oleh Jae, sekali pukul Dana terjatuh.

Mereka tertawa, bangkit jatuh lagi, hingga tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 10 malam.

Mereka pun beristirahat...

Keesokan harinya ...

Dana terburu-buru menuju rumah Shifa lebih awal karena ingin bertemu dengan Sylvia.

Namun ketika sampai di kebun, Dana berjalan menghampiri Sylvia namun Sylvia berpura-pura tidak mengetahui kedatangan Dana.

"Sylvia ...," panggil Dana sambil berjalan mendekati Sylvia.

Sylvia diam sambil menggunting daun-daun yang mulai layu.

"Maaf," ucap Dana merasa bersalah.

"Eh Ka Dana, maaf saya sedang sibuk, dan Ibu sedang membeli pupuk, jika ingin bertemu silahkan datang lagi nanti sesuai jadwal saja," ucap Sylvia tanpa melirik Dana.

Dana menghampiri Sylvia semakin dekat, lalu menyentuh tangan Sylvia lembut.

"Kamu marah ya? tolong maafkan aku, aku kelelahan hingga langsung tertidur bahkan handphoneku saja aku lupa untuk di cas lihatlah," ujar Dana yang memperlihatkan tinggal 10% lagi.

"Kenapa aku harus marah?" tanya Sylvia menguji ingatan Dana yang hendak menchatnya.

"Karena aku bersalah melupakan hal penting untuk menghubungimu, padahal aku sudah janji akan menghubungimu, maaf ...," ucap Dana kembali.

"Tidak apa saya paham," ucap Sylvia berpura-pura.

"Jika kamu paham mungkin kamu tidak akan marah, apakah kamu menungguku? maaf," kembali Dana meminta maaf entah untuk ke berapa kali.

"Menurutmu bagaimana?" tanya Sylvia menguji kembali.

"Sepertinya menungguku, tidak mungkin jika kamu tidak menungguku kamu akan semarah ini," sahut Dana jujur.

"Ternyata benar kata Ibu, Kak Dana ini memang cerdas," puji Sylvia.

"Maaf," kembali Dana mengucap kata maaf penuh penyesalan.

"Sudahlah Ka, tidak perlu terus mengucap maaf, aku ini memang bukan siapa-siapa Kakak tidak pantas Kakak berkata seperti itu," ucap Sylvia merasa semakin rendah kedudukannya di banding Dana.

"Tidak Sylvia, aku benar-benar merasa bersalah, karena Pak Rofik menyuruhku untuk memperkuat kuda-kuda, sehingga aku di latih paman Jae semalaman hingga terjatuh beberapa kali, dan setelah selesai aku benar-benar lelah hingga ketiduran. Tolong maafkan aku, aku tidak ingin melihat kamu marah seperti ini, aku merasa tidak berguna bahkan seperti telah menyakiti Ibuku, jadi aku mohon jangan kamu berlama-lama untuk bersikap marah seperti ini," jelas Dana panjang lebar memohon.

"Ya sudah Ka, aku maafkan, sekarang pulang Ya," timpal Sylvia.

"Boleh aku membantumu? sesuai janji aku kemarin," pinta Dana yang ingin semakin dekat dengan Sylvia.

"Ibu tidak ada Kak, aku tidak terbiasa berduaan dengan pria manapun," jelas Sylvia jujur.

"Sylvia, tolong anggap aku pegawaimu, wajarkan jika pegawai itu menemanimu bekerja dan membantumu," pinta harap Dana dengan berkata lebih logis berharap Sylvia dapat menerima bantuannya.

"Ya sudah terserah kamu, berdebat pun tidak ada gunanya, karena pendapat kamu akan tetap yang harus di ikuti," Sylvia mencoba mengalah.

Dana tersenyum mendengar keluhan Sylvia, namun Dana penuh harapan, berharap jalan dia untuk bisa ambil hati lebih dalam.

"Terimakasih ya," ucap Dana sambil tersenyum menatap manik Sylvia.

"Untuk apa?" tanya Sylvia sambil membuang pandangan ke sembarang arah.

"Karena sudah mau memaafkan juga mau menerima saya untuk membantu kamu," jelas Dana yang netranya masih memandang ke arah Sylvia.

"Ya sudah kerjakan ini!" seru Sylvia sambil memberikan sebuah alat untuk menyirami bunga, berharap Dana berhenti untuk menatap dirinya. Sungguh Sylvia merasa tidak nyaman di tatap seperti itu.

"Baik ... , jangan marah lagi ya wanitaku," ucap Dana menekankan kata wanita berharap Sylvia memahaminya sambil tersenyum dan menatap netra Sylvia lebih dekat, lalu Dana pergi ke tempat lain yang di rasa tempat itu belum di siram.

Sylvia terperanjat kaget kala mendengar wanitaku.

Wanitaku? dia mengatakan aku wanitanya? yang benar saja, bagaimana bisa Dana yang kedudukannya lebih tinggi bisa mengakui bahwa aku wanitanya, yang benar saja. Batin Sylvia tidak mempercayainya.

Kini Dana berada tepat di hadapan Sylvia dengan posisi membelakanginya, dengan reflek membuat Sylvia memperhatikannya, menatap Dana, secara dari tadi Sylvia hanya menundukkan wajahnya.

Sungguh Sylvia merindukan Dana, dan dia kecewa akan janji Dana untuk menghubunginya yang tidak dapat di tepati Dana, sedangkan Sylvia telah menunggunya hingga larut tepat pada pukul 12 dia baru tertidur.

Padahal baru saja Sylvia merasa jika Dana tidak serius kepadanya dengan sikapnya yang melupakan janjinya itu.

Tapi kali ini, kembali Sylvia merasa ada kupu-kupu kecil yang menghinggapi dirinya.

Bagaimana caranya aku memastikan jika yang aku dengar tadi itu benar dan bukan mimpi atau bahkan sebuah gombalan yang tanpa kepastian. Batin Sylvia kembali di liputi keraguan.

"Sylvia ... aku sudah selesai menyiraminya, ada yang perlu aku bantu lagi?" tanya Dana yang merasa menyiram tanaman ini mudah.

"Lebih baik kak Dana sekarang berisitirahat karena Otak dan tenaga kakak akan di pergunakan, jika sekarang di pergunakan bekerja seperti ini maka Kak Dana akan kelelahan saat berlatih dan belajar nanti." tolak Sylvia yang merasa Dana tidak pantas untuk membantu dirinya.

Bersambung ....

1
Elisabeth Ratna Susanti
like plus subscribe 👍
dira rahmi: Terimakasih 😘😘😘😘
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!