NovelToon NovelToon
Balas Dendam Si Pecundang

Balas Dendam Si Pecundang

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Identitas Tersembunyi / Dendam Kesumat / Persaingan Mafia / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: nurliana

kehilangan bukan lah kesalahan ku, tetapi alasan kehilangan aku membutuhkan itu, apa alasan mu membunuh ayah ku? kenapa begitu banyak konspirasi dan rahasia di dalam dirimu?, hidup ku hampa karena semua masalah yang datang pada ku, sampai aku memutuskan untuk balas dendam atas kematian ayah ku, tetapi semua rahasia mu terbongkar, tujuan ku hanya satu, yaitu balas dendam, bukan jatuh cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

kesalahpahaman

Dua hari berlalu, dan hari ini Zelena keluar dari rumah sakit. Selama di rumah sakit, Tama sama sekali tidak pernah datang berkunjung, mungkin karena peringatan dari Kenzo.

"Aku sudah memasukkan semua barang yang penting. Sekarang kau turunlah, aku masih ada urusan dengan dokter," ucap Leon kepada Zelena yang sedang duduk di sofa.

Zelena menatap Leon sambil memakai sepatunya. "Aku akan turun bersamamu. Lagipula, tidak nyaman jika aku sendirian."

Leon menatapnya. "Baiklah," katanya, menunggu sampai Zelena selesai memasang sepatu.

Namun tiba-tiba, Tama masuk dan langsung duduk di sebelah Zelena, memegang tangan Zelena. Entah dapat kabar dari mana, tapi Tama tahu hari ini Zelena akan pulang, dan tentu nya tidak ada Kenzo di sana, karena akan bahaya jika Tama dan Kenzo bertemu,

“Kau sudah baik-baik saja sekarang?” Tama terlihat sangat khawatir.

Zelena menatap Leon, lalu perlahan menjauhkan tangan Tama dari dirinya. “Ya, aku sudah baik-baik saja. Kau datang bersama siapa?” Zelena berharap Tama datang bersama Amira agar tidak terjadi salah paham lagi antara dia dan Leon.

Dan benar saja, Amira masuk dan melihat keduanya duduk berdekatan.

“Harusnya kita berikan privasi kepada mereka, Kak Aksara,” ucap Amira yang baru saja masuk, namun langsung peka terhadap keadaan

Benar, Tama dan Amira mengetahui bahwa nama asli Leon adalah Aksara, karena dia sempat mengatakannya kepada mereka saat pertama kali bertemu.

“Ya, baiklah. Kalian bisa lanjut bicara. Aku akan ke ruangan dokter dulu,” ucap Leon, mengikuti alur yang diciptakan Amira.

“Tidak perlu, Kak. Aku dan Tama sama sekali tidak butuh privasi. Kami akan turun ke bawah. Lalu, setelah dari ruangan dokter, Kakak bisa langsung ke mobil saja,” jelas Zelena.

" Ku rasa tidak perlu, karena sudah ada Tama dan Amira, kau bisa pulang bersama mereka kan? " suasana nya semakin tidak nyaman,

Zelena ingin sekali mengambil tanggan Leon, dan menahan nya " ya, tapi lebih baik jika kita semua pulang bersama kan? Kakak langsung ke parkiran saja nanti "

Leon hanya tersenyum lalu keluar, meninggalkan mereka bertiga.

Tama kembali memegang tangan Zelena. “Ayo, aku akan mengantarmu ke bawah. Tapi aku tidak bisa mengantarmu sampai ke rumah, karena Kenzo—kakakmu.”

Zelena menarik lagi tangannya, tapi perhatiannya malah teralih ke ekspresi wajah Amira.

“Kau kenapa?” tanya Zelena, menatap Amira.

Amira langsung sadar bahwa sejak tadi ia menatap Tama. “Tidak, aku hanya berpikir... apakah aku harus ikut dengan kalian atau tidak?” balasnya sambil menatap Zelena.

“Ya, kau bisa ikut sampai ke rumahku. Hanya saja, Tama, nanti sore kita harus bertemu di kafe biasa, ya. Ada yang harus aku katakan,” jelas Zelena lalu berdiri dan pergi meninggalkan ruangan itu sendirian.

Saat keluar, Zelena melihat Leon yang sedang menunggu lift. Ia menatap ke belakang, memastikan tak ada satu pun temannya yang melihat ini.

Zelena berlari dan berdiri di sebelah Leon, lalu memegang tangan Leon. “Apakah kita bisa turun bersama?” ucap Zelena dengan senyuman manis di wajahnya.

Namun respons Leon tidak begitu baik. Ia malah menarik tangan yang digandeng Zelena. “Aku tidak mau tangan bekas dari laki-laki lain menggenggam tanganku,” ucap Leon dingin.

“Kak, itu Tama yang pegang, bukan aku,” jelas Zelena, mencoba menerangkan situasi tadi di dalam ruangan.

Sama sekali tak ada jawaban dari Leon, seolah dia bicara satu jalur saja, cemburu? Apakah Leon berhak akan perasaan itu? Sementara di dalam rencana nya, dia di larang untuk jatuh cinta, balas dendam adalah tujuan nya,

" kak, tolong percaya, mana mungkin aku pegangan sama orang lain " Zelena lagi-lagi mencoba untuk menjelaskan,

Dan situasi nya tetap sama, tidak ada jawaban hingga,

Ding...

Pintu lift terbuka.

Leon masuk dan membiarkan Zelena di luar. Api amarahnya sama sekali tidak padam hanya dengan penjelasan Zelena tadi.

“Kak?” ucap Zelena saat pintu lift mulai tertutup.

*

*

*

Zelena akhirnya pulang bersama Amira, karena Leon sudah lebih dulu pergi, dan sama sekali tidak mengatakan apa pun selain yang ia ucapkan di depan lift tadi.

Leon tidak pulang ke rumah Zelena, karena ia mendapat pesan dari Alex, yang memintanya datang ke markas karena ada Liora di sana.

Leon datang dan melihat Liora sedang duduk rapi di ruang tamu.

“Apa maksud dari kedatanganmu ini?” tanya Leon, menatap Liora tanpa duduk.

Liora menatap Leon, lalu memberikan sebuah foto yang diambil beberapa tahun lalu. Itu adalah foto ayah Leon dan Ahmad yang terlihat sangat dekat, bahkan orang awam saja akan tahu bahwa kedua nya adalah sahabat dengan hanya melihat foto tersebut,

“Aku tidak akan tertipu dengan foto editan ini,” ucap Leon, bahkan tidak menyentuh foto itu, menatap nya saja tidak Sudi,

Liora mendekati Leon. “Apakah itu terlihat seperti editan? Ayahmu dan Ahmad adalah sahabat. Tapi Ahmad mengatakan bahwa mereka adalah musuh, dan mau percaya begitu saja dengan ucapan nya, apa kau masih waras? " Liora membentak Leon, seolah dia yang paling benar,

Liora membuat Leon merasa bingung. Entah apa rencana Liora kali ini, kedatangan nya yang tiba-tiba, bukti yang ia bawa, semua nya menciptakan alibi baru di dalam rencana Leon dan Alex,

“Apapun yang kau katakan, aku sama sekali tidak percaya. Karena kau sudah sering menipuku, sekali nya penipu akan menjadi penipu selama-lamanya ” ucap Leon yang terlihat sangat emosi, bahkan menggenggam kedua tangannya erat, jika Liora bukan wanita mungkin pukulan sudah melayang ke wajah nya,

Liora kembali duduk, dia berusaha membuat situasi tetap terkendali agar Leon percaya pada ucapan nya “Kau benar. Aku dengan mudah menipumu dengan mengatakan aku mencintaimu. Dan sekarang itu juga terjadi padamu, tapi sedikit berbeda. Karena kali ini, Ahmad mengatakan bahwa dia dan ayahmu adalah musuh, segampang itu membuat mu percaya Leon, dan kau masih tetap sama, "

Leon hanya diam, seolah sedang mencerna semuanya. Apa yang Liora katakan memang ada benarnya. sejak pertama kali ia bertemu Ahmad, semuanya terasa seperti sudah direncanakan. Apakah memang Ahmad yang menipu Leon, atau justru Liora yang kembali memanfaatkannya?

"Aku memang masih sama, aku sama sekali tidak berubah, karena aku adalah korban dari kau dan Ahmad " Leon mendekati Liora,

Liora tersenyum " kepergian ku saat itu juga ada maksud nya Leon " ucap Liora lalu pergi dari sana,

Hai teman-teman, selamat membaca karya aku ya, semoga kalian suka dan enjoy, jangan lupa like kalau kalian suka sama cerita nya, share juga ke teman-teman kalian yang suka membaca novel, dan nantikan setiap bab yang bakal terus update,

salam hangat author, Untuk lebih lanjut lagi, kalian bisa ke Ig viola.13.22.26

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!