Sania pernah dihancurkan sampai titik terendah hidupnya oleh Irfan dan kekasihnya, Nadine. Bahkan ia harus merangkak dari kelamnya perceraian menuju titik cahaya selama 10 tahun lamanya. Sania tidak pernah berniat mengusik kehidupan mantan suaminya tersebut sampai suatu saat dia mendapat surat dari pengadilan yang menyatakan bahwa hak asuh putri semata wayangnya akan dialihkan ke pihak ayah.
Sania yang sudah tenang dengan kehidupannya kini, merasa geram dan berniat mengacaukan kehidupan keluarga mantan suaminya. Selama ini dia sudah cukup sabar dengan beberapa tindakan merugikan yang tidak bisa Sania tuntut karena Sania tidak punya uang. Kini, Sania sudah berbeda, dia sudah memiliki segalanya bahkan membeli hidup mantan suaminya sekalipun ia mampu.
Dibantu oleh kenalan, Sania menyusun rencana untuk mengacaukan balik rumah tangga suaminya, setidaknya Nadine bisa merasakan bagaimana rasanya hidup penuh teror.
Ketika pelaku berlagak jadi korban, cerita kehidupan ini semakin menarik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon misshel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pencuri Tak Tahu Diri
Media sosial mendadak ramai dalam dua minggu belakangan usai iklan dua produk ternama memiliki banyak kesamaan tampil di layar kaca.
"Tidak mungkin sekelas Brick menjiplak, kan? Pasti bocor oleh seseorang, lagipula brand sabun Pretty tidak mungkin mampu menyaingi Brick."
Namun ketika masyarakat menilik siapa vendor iklannya, publik tahu kalau Lumivia berada dibalik sabun Pretty, sementara dari Brick belum juga ditemukan siapa vendor iklannya. Bahkan baik Pretty dan Lumivia sudah mengadakan konferensi pers untuk klarifikasi kepada media.
Nadine cemas hingga sejak tadi pagi hanya mengamuk pada karyawannya meski hanya melakukan kesalahan kecil.
Kata Sania dalam konferensi pers itu: "Sekali pencuri tetap pencuri yang tidak akan dimaafkan"
Entah mengapa, Sania tampaknya tahu apa yang terjadi pada iklan ini.
"Pencipta sebuah karya pasti tahu bagian mana karyanya di plagiasi," ujar Sania selanjutnya. Tidak ada penekanan, tidak ada nada menyindir, Sania menjawab semua pertanyaan wartawan dengan lancar dan sistematis.
Memijat pelipis karena ucapan dan ekspresi Sania terus saja memenuhi kepalanya, Nadine memutuskan untuk menemui Sania. Ia tahu betul Lumivia berada dimana, namun baru tau kalau Sania CEO nya belum lama ini.
Nadine langsung dipersilakan masuk, namun karena Sania masih meeting, ia diharuskan menunggu.
"Katakan saja, Nadine Brooch yang datang, dia pasti segera kesini."
Yang diajak bicara adalah Rey, jadi Rey tersenyum santun dan membungkuk hormat. "Baik, Bu ... akan saya sampaikan. Silakan anda duduk dulu!"
Nadine tahu, hanya orang tertentu yang bisa memiliki kantor di Aveline Avenue. Benar-benar desain yang artistik dan memanjakan mata siapapun yang berada di dalamnya. Ketika Nadine duduk dan mengamati sekeliling, seorang karyawan mengantarkannya teh hijau dan camilan. Cangkir dan piringnya begitu antik dan mewah, Nadine sampai terperangah dibuatnya.
Pasti dia diistimewakan karena semua orang tau siapa dia.
"Kau pandai mengambil hati orang penting sepertiku, rupanya." Nadine menyesap teh yang baru dihidangkan dengan penuh gaya.
"Maaf!" Karyawan wanita itu kaget. "Semua tamu yang menunggu Bu Sania akan kami jamu dengan baik, Bu ... kami tidak membedakan manusia. Biasanya kalau memang istimewa, Bu Sania akan menemuinya di luar kantor."
Gigi Nadine kemudian saling mengerat secara spontan. Mati-matian menahan diri untuk tidak marah, meski rasanya ia ingin melempar karyawan rendahan itu dengan cangkir ini.
"Pergilah! Kau merusak pemandangan!"
"Silakan dinikmati, Bu ...." Karyawan itu tersenyum meski dihina oleh Nadine. Orang-orang seperti itu—kata Sania, lebih baik dibiarkan saja. Mereka bahkan tidak layak diberi perhatian kita yang berharga.
Hampir satu jam dan Sania menyelesaikan meeting tanpa memedulikan Nadine.
"Bu, silakan masuk—"
Rey kaget ketika Nadine sangat kasar berjalan hingga menabrak bahunya. "Wah ...."
Rey menggelengkan kepala melihat Nadine yang seperti kesetanan itu.
Begitu tiba di ruangan Sania, Nadine langsung menggebrak meja. Sania yang tidak paham kenapa Nadine begitu emosional hanya menaikkan alis ketika menatapnya perlahan.
"Kau—" tunjuk Nadine arogan. "Berani sekali kau menuduh ayahku menjiplak iklanmu!"
Sania makin dalam mengernyit. "Aku tidak pernah menuduh, Nadine! Bagian mana aku menuduh ayahmu?"
"Jelas kau mengatakan pencipta pasti tahu bagian mana karyanya dijiplak!" bentak Nadine tak mau kalah.
Sania berdiri. "Oh, jadi kau bisa menjelaskan bagian mana yang berbeda yang iklan buatanku?"
Nadine menutup mulutnya rapat-rapat setelah terbuka sebentar. Dia tidak tahu mana bedanya. Ya, itu benar. Dia hanya kesal karena dia juga sedang menggarap iklan yang konsepnya adalah milik Sania, tapi bukan Sania yang mengerjakannya. Izin pun tidak.
...
Di kantor Brooch, Boby dibuat gemetar oleh keadan ini. Nadine berada disana juga, minus Irfan yang saat ini sedang mengawasi syuting iklan di luar kota selama 3 hari ke depan.
"Saya tidak tahu kenapa bisa begini, Tuan ... saya sudah setuju dengan Bu Sania bahwa kita tidak jadi bekerja sama, dan konsep dari Bu Sania sudah masuk ke tim di bawah anda langsung." Boby membungkuk. Keringatnya bercucuran di kening hingga dagu.
Brooch menyesap cerutu seukuran ibu jari pria dewasa dan mengetukkan abunya pelan di asbak antik.
"Kalau begitu, buatlah konferensi pers juga." Brooch santai menanggapi seolah ini bukan masalah berat baginya. "Katakan Lumivia lah yang menjiplak iklan dari vendormu."
Boby gemetar sekarang. "Tuan, vendor itu sudah bubar, hanya menyisakan dua orang yang masih bekerja. Konsep mereka bagus, dan saya membelinya dengan harga yang murah. Itu—itu juga dilakukan secara sembunyi-sembunyi ...."
"Jadi kau mau melakukan apa?" Brooch tahu kelicikan yang dilakukan oleh Boby. "Aku tidak mungkin keluar untuk membereskan urusan ini, kan?"
Boby memejamkan mata rapat-rapat. "Tuan, tolong lindungilah saya! Saya hanya melakukan tugas sesuai perintah anda ... saya tidak mungkin menghadapi Sania seorang diri tanpa kuasa anda!"
Karena muak, Brooch mematikan api cerutunya dengan kasar di asbak. Konferensi pers di layar kaca sudah berakhir dan Sania selaku konseptor iklan menjelaskan dengan detail bagaimana iklan itu dibuat dan tidak mungkin menjiplak ataupun mencuri ide orang. Brooch memang licik, tapi ia memahami karakter orang sangat baik. Orang seperti Sania susah dikalahkan dengan cara yang sederhana.
Namanya harus tetap bersih, jadi ia tidak punya pilihan lain sekarang.
"Boby ...." Brooch berdiri. "Bagaimana kalau kau tarik iklan itu dan buat iklan yang baru?"
Boby mendongak menatap Brooch. Nadine yang sejak tadi gemetar juga menatap ayahnya.
Ucapan Brooch seperti angin di musim kemarau yang membakar. Boby sangat bersyukur atas kemurahan hati bosnya.
"Seluruh biaya kau tanggung sendiri lalu setelah itu buatlah surat pengunduran diri."
Boby yang semula berbinar dibuat jatuh perlahan-lahan. Bagaimana bisa dia menanggung semua itu sendirian? Itu—bahkan Boby bekerja siang dan malam selama sepuluh tahun juga tidak akan bisa membayar seluruh biaya satu iklan Brick.
"Kau punya uang, Bob! Aku melihat nominalnya lebih dari cukup untuk membuat iklan receh milikku."
Bob kini merangkak dan bersujud di kaki Brooch. "Tuan, ampuni saya, Tuan!"
Brooch dengan angkuh meludahi Boby. "Kecoa busuk sepertimu berani-beraninya mencoba menipu ku!"
Nadine seperti merasa dimarahi juga. Bagaimana kalau ayahnya juga melakukan itu padanya nanti? Bagaimana kalau ia ditendang nanti? Bagaimana kalau dia juga dibiarkan sendirian menghadapi Sania nanti?
Nadine tidak menyadari apa yang terjadi pada Boby karena tenggelem dalam ketakutannya sendiri. Tau-tau, Boby sudah lenyap dari pandangannya ketika ayahnya memanggil namanya.
"Nadine ... bagaimana kalau kau dan Irfan yang membuat iklan baru untuk Ayah?"
Nadine benar-benar gemetar dan tidak mampu menjawab.
Brooch menatap putrinya dengan tatapan tak terbaca. Dan itu berhasil membuat Nadine ingin pingsan.
Tidak mungkin kan, dia menipu ayahnya lagi?
tp gk apa2 sih kl mau cerai juga, Nadine pasti nyesek🤣
Sifat dasar Nadine suka menghancurkan. Bukan hanya benda, pernikahan orang lainpun dihancurkan.
Dan sekarang rumahtangganya mengalami prahara akibat ulahnya yang memuakkan.