Tuan Daniel, Saya Sudah Move On

Setelah peluncuran produk GIMC, Guardian Group menjadi sangat sibuk.

SmartCam GIMC langsung terjual habis kurang dari 1 jam sejak masa peluncurannya. Sekarang Tim produksi meningkatkan jumlah produksi hingga 5x lipat yang tadinya menarget 25.000 pcs perhari, sekarang menjadi 150.000 pcs perhari.

Bahkan saat ini GIMC langsung menjadi posisi pertama penjualan produk CCTV dan yang serupa di semua platform. Salah satu faktor yang membuat GIMC begitu menarik perhatian Masyarakat, karena acara peluncuran produk itu juga di tayangkan live di hampir semua tv nasional, juga platform sosial media yang ramai di gunakan oleh kalangan masyarakat seperti YT, tiktok, Twitter, Facebook dan Instagram.

Maka dari itu, melihat bentuk cctv yang begitu unik, fitur yang lengkap dan menarik, serta harga yang ciamik, membuat GIMC semakin di lirik.

Tentu saja, berita itu sampai kepada keluarga Ishaq dan juga Keluarga Gunawan serta Wicaksono.

Berbeda dengan keluarga Ishaq, paman dan Bibi Kania tentu merasa sangat senang untuk kesuksesannya. Setidaknya Mereka melihat Kania tidak terpuruk setelah prosesi perceraiannya dengan Daniel dan kehilangan hak asuh atas Elisa. Dan itu membuat paman dan bibinya merasa lega.

Tapi, tidak dengan keluarga Gunawan dan Wicaksono, Arga Gunawan bahkan tidak sanggup menonton televisi karena harus melihat wajah Kania yang sukses mempresentasikan produk terbaru Guardian Group. Sementara perusahaannya sendiri yang bergerak dalam bidang yang sama, masih bergulat dengan kesulitan keuangan. Jika bukan karena bantuan dari Daniel Salim. Entah bagaimana nasib perusahaannya.

Melihat wajah suaminya yang muram, Rina Wicaksono mencoba menghibur suaminya. perangainya yang tenang dan angkuh memang menjadi daya tarik tersendiri. Meski khawatir, tapi Rina yang memang pada dasarnya cerdik, mampu menanggapi situasi yang tidak menyenangkan ini dengan tenang.

"Sayang, tidak perlu merasa terbebani hanya karena Dia muncul di tv, Kania hanya lulusan S1, Dia bisa seperti sekarang itu berkat bantuan Alex. Percayalah, Jika perusahaan baru Daniel yang akan diberikan kepada Serena sudah di buka, anak Kita akan melampaui pencapaian kecil gadis itu"

Mendengar ucapan Istrinya, Arga mengangguk setuju. Sebenarnya, dalam hatinya, Arga masih berharap Kania patuh padanya dan menjadi anak yang berbakti menuruti perintah orang tua. Tapi, Kania selalu membangkangnya. Apalagi Ia tetap mempertahankan pengobatan mantan istrinya, Karen Ishaq, yang sudah seperti mayat hidup itu.

Mengingat semua sifat pembangkang Kania, Arga pun menjadi semakin membencinya.

"Anak itu, apa hebatnya bisa bergabung dengan Guardian Group karena hubungan lamanya dengan Alex. Jika tidak, Dia hanya ibu rumah tangga yang dibuang oleh suaminya. Setidaknya, Daniel lebih pintar memilih, Serena Kita lebih baik dalam segala hal dibandingkan anak yang suka membangkang orang tua itu"

Ucap Arga di iringi senyuman sinis. Rina mengangguk setuju dengan perkataan Arga. Ia pun melanjutkan,

"Itu sebabnya, Kita tidak perlu khawatir, Kita hanya perlu menunggu sebentar sampai perusahaan baru Daniel dibuka. Perusahaan itu pasti langsung menggilas Guardian Group. Kita semua tahu nama Grup Salim tidak bisa dibandingkan dengan perusahaan manapun. Serena memang luar biasa, Daniel begitu tergila-gila padanya"

Arga tertawa kecil mendengar penuturan istrinya, namun Ia setuju. Putrinya itu memang membawa keberkahan, tidak seperti Kania yang membawa kesialan.

****

Hari-hari sibuk terus berjalan hingga tidak terasa bahwa besok adalah hari Sabtu. Kania teringat janjinya pada Daniel untuk menjemput Elisa bermain bersamanya Sabtu ini.

Kania yang sedang memiliki waktu luang diantara pekerjaannya pun kemudian menghubungi Elisa.

Elisa dengan cepat mengangkat telepon dari Ibunya yang sudah lama tidak Ia temui.

"Mama!"

"Elisa, Besok Mama akan menjemputmu, Kita akan main ice skating favoritmu di kota Odading"

Elisa terdiam, Ia menjadi bingung. Besok Ia sudah ada janji untuk bermain bersama Ayahnya dan Tante Serena. Ia juga ingin bermain bersama Ibunya. Tapi, Ibunya tidak menyukai Tante Serena, jadi...

"Maaf ma, tapi besok.. Aku... Aku sudah ada janji bermain dengan Kakek dan Nenek buyut"

Elisa sedikit tergagap karena berbohong.

"Begitu, ya...

Bagaimana kalau hari Minggu?"

Tanya Kania.

Hari Minggu Ia akan pergi makan seafood bersama Ayahnya dan Tante Serena lagi. Ia tidak ingin melewatkannya.

'Aduh bagaimana ini?' Elisa semakin bingung.

"Kalau tidak bisa ya sudah, Kita atur waktu lagi nanti"

Ucap Kania kemudian. Elisa pun menjadi lega.

"Iya Ma, maafkan Elisa ya Ma"

"Tidak apa-apa, Kakek dan Nenek buyut juga harus sering di temani"

"Iya Ma"

"Ya sudah, Mama tutup teleponnya"

Kania mematikan teleponnya. Kemudian melanjutkan pekerjaannya.

Ia ingat bahwa Sabtu-Minggu ini Dia memang sudah menyediakan waktu luang untuk Elisa sejak pesta peluncuran produk beberapa hari yang lalu.

Tapi karena Elisa tidak bisa pergi bersamanya, Kania akhirnya memutuskan untuk berbelanja di Kota Cakwe, Iya akan mengajak sepupunya, Sandrina Ishaq untuk pergi bersamanya.

Saat Kania kembali berkutat dengan pekerjaannya, Pamannya tiba-tiba menelepon.

"Nak, Kamu bisa pulang sekarang? Mamamu..."

Kania langsung melompat dari kursinya, membereskan barang-barangnya dan pergi dengan panik.

Alex yang baru saja ingin menemuinya untuk mengajaknya makan malam bersama terkejut melihat Kania berlari keluar dari ruang kerjanya.

"Kania!"

Kania pun menoleh.

"Kenapa Kamu berlarian seperti itu? Ada masalah?"

"Mama..."

Alex langsung mengerti, kemudian Ia berkata.

"Aku antar Kamu..."

Kania mengangguk dan kemudian Mereka berdua pergi meninggalkan perusahaan menuju rumah sakit tempat Karen dirawat sekarang.

Sesampainya di rumah sakit, Kania melihat paman dan bibinya sedang menunggu di depan ruang ICU.

"Paman!!!"

Kania segera berlari menghampiri Malik dan Istrinya. Jantungnya berdebar kuat karena ketakutan.

"Apa yang terjadi??"

"Tadi, Aku pergi ke kamar Karen untuk membersihkan tubuhnya seperti biasa, tapi saat Aku masuk, Karen sudah kejang-kejang. Aku panik dan langsung memanggil ambulance, pamanmu sedang di perusahaan, jadi Aku hanya sendirian di rumah. Aku sangat takut, jadi Aku langsung membawa Karen ke rumah sakit setelah ambulance datang"

Ucap Bibi Kania, Sarah Ishaq, dengan matanya yang masih memerah. Bibinya pasti sangat panik hingga menangis. Ibunya tidak pernah kejang-kejang sebelumnya. Jadi hal itu pasti sangat mengejutkan Sarah.

"Tidak apa-apa Bi, terima kasih, terimakasih karena bertindak cepat membawa Mama ke rumah sakit, Jadi bagaimana keadaannya sekarang?"

"Masih belum tahu, Dokter belum keluar sejak tadi. Kita berdoa saja semoga Karen baik-baik saja"

Kania mengangguk. Alex menepuk-nepuk punggung Kania, mencoba menenangkannya dengan sebaik mungkin. Meski Alex sebenarnya juga ikut khawatir.

Kania menatap Alex. Matanya sudah basah.

Alex merasakan kepahitan di hatinya, sudah lama sekali Ia tidak melihat Kania menangis. Bahkan saat melihat suaminya berselingkuh terang-terangan sekalipun Kania tidak terpengaruh, sekarang Ia melihat wanita itu seperti bisa hancur kapan saja, membuat Alex benar-benar merasa kasihan padanya.

Alex meraih tubuh Kania dan memeluknya. Mengelus puncak kepalanya dengan penuh kasih sayang.

"Nia, Tante Karen akan baik-baik saja, Percayalah padaku. Beliau adalah wanita yang kuat. Kakak disini, jangan khawatir, Kakak akan selalu ada disini mendukungmu"

"Kak..."

Kania semakin terisak. Mamanya adalah salah satu alasannya bisa bertahan dan memiliki semangat untuk memperjuangkan masa depan. Jika terjadi sesuatu pada Mamanya, Kania tidak tahu lagi bagaimana caranya Dia akan hidup....

Bersambung....