NovelToon NovelToon
Bukan Sekedar Takdir

Bukan Sekedar Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:628
Nilai: 5
Nama Author: xzava

Aku tak pernah percaya pada cinta pandangan pertama, apalagi dari arah yang tidak kusadari.
Tapi ketika seseorang berjuang mendekatiku dengan cara yang tidak biasa, dunia mulai berubah.
Tatapan yang dulu tak kuingat, kini hadir dalam bentuk perjuangan yang nyaris mustahil untuk diabaikan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xzava, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4

Mereka berlima sudah bersiap-siap untuk berangkat, mereka duduk santai di depan ruang guru sambil menunggu guru-guru lainnya berkumpul.

"Kalian ada yang bawa mobil?" tanya Pak Tamam sambil menghampiri mereka.

"Saya sama Febi Pak," jawab Yura sambil mengangkat tangan.

"Kalau bisa satu mobil aja, biar gak terlalu banyak kendaraan," saran Pak Tamam.

"Guru-guru yang lain aman Pak?" tanya Hana memastikan.

"Aman, aman. Guru-guru lain juga bawa kendaraan sendiri. Ayo, kita jalan ke parkiran," ajak Pak Tamam.

Tanpa banyak bicara, mereka berlima berdiri dan mengikuti Pak Tamam menuju area parkir.

Untuk menghemat waktu, mereka langsung menyiapkan kendaraan agar nanti bisa langsung berangkat. Setelah berdiskusi sebentar, akhirnya diputuskan menggunakan mobil Febi, karena ukurannya lebih besar dan lebih nyaman untuk berlima.

"Terus, siapa yang nyetir?" tanya Febi sambil melirik keempat temannya.

Pertanyaan itu membuat semuanya terdiam. Meskipun keempatnya bisa menyetir, tak satu pun yang tampak antusias.

Yura pura-pura sibuk membuka ponsel, Hana langsung menoleh ke arah lain, menghindari kontak mata, sementara Aldin dan Rizki berpura-pura sedang menerima telepon penting.

"Bener-bener kelakuan kalian," gerutu Febi sambil menyerahkan kunci mobil ke Hana. "Udah lo aja Han."

"Loh, kenapa gue?" protes Hana setengah malas.

"Soalnya cuma lo yang gak nyetir sendiri ke sekolah hari ini, jadi otomatis paling fit dong," jelas Febi sambil mendorong Hana ke arah kursi kemudi.

"Bener-bener ya..." Hana menggerutu sambil mengambil kunci, dan tetap masuk di kursi kemudi. Yang lain hanya tertawa melihatnya.

Beberapa menit kemudian, para guru dan staf mulai berdatangan ke parkiran. Ada yang naik motor, ada juga yang bergabung dalam mobil lain. Rombongan pun mulai bergerak, dan mobil mereka memutuskan untuk berada di barisan paling belakang.

Dalam perjalanan, Hana memperhatikan rute yang mereka tempuh. Ia merasa familiar dengan jalan yang mereka lalui.

"Yur, ini mah masuk kompleks rumah lo," ucap Hana sambil melirik ke arah Yura yang duduk di bangku belakang.

Yura, yang dari tadi sibuk dengan ponselnya, langsung mengangkat kepala dan menoleh ke jendela.

"Eh, iya. Ini jalan ke rumah gue," jawabnya dengan dahi sedikit mengernyit.

"Serius? Masa sih?" sahut Aldin.

"Iya, lo pada kan udah lama gak main ke rumah gue," jawab Yura santai.

"Emang ada acara di sekitar rumah lo hari ini?" tanya Rizki.

"Kemarin sih ada, tapi hari ini gue gak tau. Mungkin beda gang," jawab Yura.

"Tapi tuh, guru-guru pada belok ke gang lo," kata Febi dari kursi depan sambil menunjuk ke arah depan.

"Serius?" Yura tampak bingung. "Kayaknya acaranya kemarin deh. Hari ini gak ada undangan apa-apa."

Begitu mereka tiba dan keluar dari mobil, semua mata tertuju pada satu rumah yang tampak ramai oleh tamu.

"Kotakan makanan yang kita makan kemarin, dari rumah ini kan?" bisik Hana ke Yura.

"Iya, mungkin hari ini khusus untuk guru-guru," jawab Yura menebak.

"Mungkin," Hana mengangguk, masih tampak heran.

"Rumah lo yang mana Yur?" tanya Rizki, karena dia satu-satunya yang belum pernah ke rumah Yura.

"Itu tuh," jawab Yura sambil menunjuk rumahnya.

"Wih, keren juga. Kapan-kapan gue mampir ya," ujar Rizki kagum.

"Mampir aja, kapan-kapan," sahut Yura santai.

Mereka pun mengikuti para guru dan staf yang sudah lebih dulu masuk ke halaman rumah.

Di depan pintu sudah berdiri tuan rumah bersama Pak Kepsek, menyambut hangat setiap tamu yang datang.

"Itu ibu yang ngasih makanan kemarin," bisik Yura pelan ke Hana.

"Oooh, cantik ya," balas Hana sambil mengamati tuan rumah.

"Iya, tapi gue lebih penasaran sama anaknya. Katanya anaknya yang punya rumah ini," ucap Yura dengan nada penasaran, matanya menelisik ke sekeliling.

"Kepo banget sih lo," protes Hana, namun ikut-ikutan melihat ke sekitar.

"Ini anak-anak PKL di sekolah," ucap Pak Kepsek memperkenalkan kami berlima kepada tuan rumah.

"Masuk aja Nak. Jangan sungkan ya," sambut sang ibu ramah, senyum hangat tak lepas dari wajahnya.

"Iya Bu, terima kasih sudah mengundang kami," ucap Rizki mewakili teman-temannya.

Tuan rumah kemudian menatap Yura sejenak.

"Oh, Mbak yang rumahnya di situ ya? Saya ingat," katanya ramah.

"Iya Bu," jawab Yura sambil tersenyum sopan.

"Anak saya sebenarnya yang punya rumah ini, tapi lagi ngajar. Harusnya bisa ketemu ya, biar kenalan langsung. Kan tetanggaan," lanjut si Ibu sambil tersenyum.

"Hehehe iya Bu, nanti aja kapan-kapan pas ketemu langsung," balas Yura sedikit gugup.

"Masuk dulu, silakan cari tempat duduk," ucap tuan rumah saat melihat tamu lain datang di belakang kami.

"Iya Bu."

Mereka berlima pun memutuskan duduk di luar, karena di dalam sudah tampak penuh, dan mereka mencari posisi duduk paling dekat dengan prasmanan

Aroma makanan dari arah prasmanan langsung menyambut, memancing perut yang sejak tadi mulai keroncongan.

"Aroma makanannya enak banget," ucap Febi spontan. Suaranya cukup keras hingga guru yang duduk di depannya menoleh sambil tertawa kecil.

"Hehehe maaf Bu," ucap Febi, tersipu malu.

"Gak apa-apa, santai aja. Kami juga udah keroncongan dari tadi," bisik guru muda itu sambil tertawa kecil. Candanya membuat suasana jadi lebih akrab.

Tiba-tiba suara dari pengeras terdengar.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," suara guru agama dari sekolah menggema, menandai bahwa acara syukuran dimulai.

Spontan semua tamu yang sedang berbincang langsung diam. Suasana mendadak hening dan khidmat.

Doa dibacakan dengan tenang dan penuh penghayatan. Semua menundukkan kepala, memejamkan mata, menyimak setiap kalimat yang dipanjatkan.

Usai doa, tuan rumah kembali berdiri di depan.

"Alhamdulillah, terima kasih sudah hadir semuanya. Mohon maaf kalau ada kekurangan. Silakan menikmati hidangan yang sudah disiapkan," ucap beliau tulus.

Para guru mulai bangkit satu per satu menuju meja hidangan.

"Ayo kita juga yuk, keburu habis," ucap Rizki sambil berdiri duluan.

"Eh eh, tungguin dong," Febi cepat berdiri menyusul.

"Gue liat-liat Rizki tuh kalo urusan makanan gak pernah mau kalah," celetuk Aldin sambil tertawa.

"Iya lagi malu-maluin, mana Febi ikutan," ucap Yura.

"Rizki sama Febi kalau urusan perut, gak usah ditanya," Hana menambahkan.

Mereka pun ikut antre, mengambil makanan sambil tetap bercanda kecil di sepanjang barisan.

Sementara itu Yura menoleh ke arah Hana, lalu berbisik.

"Pengen juga sih ketemu anaknya. Kayaknya asik deh, apalagi tetanggaan,"

"Sabar, sabar... nanti juga kenalan kalau jodoh," balas Hana menggoda, membuat Yura langsung menepuk bahunya pelan sambil menahan tawa.

"Jodoh mata mu, tau cewek atau cowok aja gue gak tau," ucap Yura berbisik.

"Iya juga," Hana seketika sadar.

Hari itu, suasana syukuran sederhana itu terasa begitu hangat bukan hanya karena hidangannya yang menggugah selera, tapi karena tawa, kebersamaan, dan percakapan ringan yang menenangkan di sela kesibukan mereka sebagai guru.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!