NovelToon NovelToon
Amor

Amor

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Keluarga / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Bullying dan Balas Dendam / Balas dendam pengganti / Dark Romance
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Jonjuwi

Asila Ayu Tahara. Perempuan yang tiba-tiba dituduh membunuh keluarganya, kata penyidik ini adalah perbuatan dendam ia sendiri karna sering di kucilkan oleh keluarganya . Apa benar? Ikut Hara mencari tahu siapa sih yang bunuh keluarga nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jonjuwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hilang

Sudah tiga hari Dewi berada di kantor polisi namun kedua orang tua nya sama sekali tak datang menemuinya, ia tak sebodoh itu sebenarnya Dewi tahu bahwa kedua orang tuanya pasti sudah tahu keadaannya sekarang. Namun mereka pasti memiliki rencana tersendiri jadi ia hanya mempercayainya saja.

Berbeda dengan Hara, ia kini masih terbaring di kasur lepek nya di dalam rumah yang penuh dengan garis polisi belum lagi sangat berantakan.

Hidup nya juga berantakan dan ia sangat malas membereskannya, kini ia mengerjap dan meraih ponselnya menatap jam pada layar yang cukup terang itu.

Beberapa pesan masuk dari Hakim langsung bermunculan tatkala ia menyalakan handphone tersebut.

'Halo? Sudah bangun?'

'Belum ya?'

'Telpon saya kalo kamu mau ke kantor, nanti saya jemput'

'Wah, ini udah siang loh.'

'Halo? Saya di cuekin ya?'

'Loh, saya beneran dicuekin ya?'

'Saya bawa bekal dari Ibu, nanti makan bareng ya!'

'Tangan saya lagi kebas beberapa hari ini."

'Jadi bisa minta tolong suapin juga gak?'

'Hara, saya marah banget kalo di cuekin gini'

Hara tersenyum geli membaca beberapa rentetan pesan dari Hakim, ia membuka room chatnya dan membalas pesan Hakim saat itu juga.

Seketika handphone nya berdering lagi, Ah. Bukan dari Hakim. Itu nomor tak di kenalinya.

'Saya mau bicara.'

'Saya diluar.'

Hara menukikkan alisnya lalu beranjak turun dari ranjang dengan kaki yang menjinjit seolah tak ingin mengeluarkan suara barang sedikitpun, ia terus berjalan berjinjit sampai ke depan pintu rumah nya. Membuka gorden sedikit untuk mengintip siapa yang ada di depan.

Lelaki paruh baya dan seorang wanita yang Hara pikir pasti istrinya itu kini tengah membelakangi pintu rumah Hara sembari menengok kanan dan kirinya seperti maling yang takut ketahuan.

Hara tahu dari porsi kedua tubuh itu, sudah tak asing lagi.

Itu Papa dan Mama Dewi.

Pintu itu ia buka perlahan dengan perasaan yang juga takut dan gelisah.

"O-om, Tante." panggilnya

Kedua orang tersebut lantas menengok ke belakang, mendapati gadis kurus dengan wajah yang sembab persisi orang bangun tidur.

"Kita bicara di dalam."

Hara langsung berjalan masuk di ikuti oleh dua orang setelahnya, ia tak bisa mempersilahkan Papa dan Mama Dewi duduk sebab sofa tempat duduk itu sudah berlumur darah bekas jenazah Kakak nya, Dita.

Pria dan wanita yang baru saja melihat tempat itu sontak bergidik ngeri dibuatnya, sambil menenteng tas yang pasti mahal harganya itu, Mama Dewi menutup hidup dan mulutnya menggunakan tangan.

Kedua orang itu benar-benar menunjukkan ekspresi bahwa mereka tengah menatap hal yang menjijikan, walaupun memang benar namun Hara sedikit tersinggung di buatnya.

"Ini bekas kelakuan Dewi ya?" tanya Mama Dewi dengan santai sambil menunjuk tempat bekas darah

"Disini, Dewi cuma bunuh Kak Dita. Di sofa ini." tunjuk Hara ke arah sofa

Kedua orang itu kembali terlihat bergidik ngeri.

'Mereka aja ngeri, apalagi aku.' Batin Hara

"Langsung aja ya Hara, saya kesini mau kasih tau kamu kalo saya mau bawa kabur Dewi." ucap Papa Dewi

Sontak yang diajak bicara itu kini membulatkan matanya, kenapa orang-orang ini kepalang santai menyikapi situasi yang tengah terjadi. Mereka benar-benar tak merasa bersalah, mereka benar-benar, Ah! Sudah lah.

"Jadi Dewi gak bakal tanggung jawab?" tanya Hara

"Ya nggak lah, ngapain. Orang bukan dia yang salah." jawab Papa Dewi

Hara semakin tak bisa berkata-kata dibuatnya, ada apa dengan keluarga ini. Mereka benar-benar gila?

"Lagian kan dia mau belain kamu, itu sebagai bentuk pembelaan." lanjut Mama Dewi yang masih menutup mulut dan hidungnya

"Om, Tante. Dewi bunuh orang loh."

"Iya, iya saya tau. Masih untung saya gak minta kamu gantiin anak saya. Kan dia kaya gitu karna mau belain kamu." jawab Papa Dewi

Lagi-lagi Hara merasa terpojokkan, siapa yang meminta seperti ini? Hara benar-benar tak meminta hal itu pada Dewi, dan sekarang ia di cap menjadi orang yang seolah mendorong Dewi untuk melakukan semuanya.

"Om, Tante. Kalian kan orang hukum, kok bisa kaya gini sih?"

"Kamu gak usah bawa-bawa kerjaan saya deh, kamu tuh ya harusnya bersyukur punya temen yang sayang banget sama kamu. Masih untung kamu gak jadi di bunuh Dewi kemaren."

Hara menelan ludahnya setelah fakta yang terlontar dari mulut Papa Dewi.

"Hara, saya cuma minta kamu hidup yang bener aja. Saya seneng Dewi bisa berbagi kebahagiaan sama kamu. Soal ini udah biar jadi urusan saya sama istri, sekarang saya mau bawa kabur Dewi dari kantor polisi kamu bantuin saya."

"Hah?" Hara mengernyitkan dahinya

"Iya lah, jadi orang tuh harus tau feedback Hara. Dewi kaya gini tuh karna kamu juga."

"Om, ini serius? Dewi gak bakal tanggung jawab?"

"Hidup anak saya berharga. Saya bakal keluarin Dewi gimanapun caranya."

Hara sontak menatap tajam pada bola mata yang juga tengah menatapnya sedari tadi.

"Kehidupan orang yang di bunuh Dewi juga berharga Om."

"Saya gak peduli itu. Oh ya, bukannya kamu seneng ya keluargamu yang jahat itu mati semua?"

"Om saya gak lagi bahas keluarga saya, tapi ini nyawa orang lain Om. Orang yang Dewi bunuh itu juga berharga dan sudah sepatutnya Dewi menerima konsekuensinya, bukan malah lari dari tanggung jawabnya."

"Hara! Kamu ini ya bener-bener gak tau malu! Anak saya sampe di penjara cuma buat belain kamu! Tapi kamu dengan gak tau malunya jeblosin orang yang belain kamu ke penjara!" kali ini suara tinggi dari Mama Dewi menggema di rumah Hara

"Saya gak minta itu Tante! Semua yang di bunuh Dewi atas dasar kemauan dan nafsu Dewi sendiri!"

"Hara! Udah cukup, udah!" kali ini Papa Dewi menahan Hara yang sudah dengan siap maju ke arah Mama Dewi

"Hara, percaya sama saya aja. Semuanya bakal berakhir dan kamu sama Dewi bisa mulai lagi dari awal. Semuanya udah tersusun Hara, kamu tinggal ikutin aja. Paham ya?"

"Apalagi rencana kalian ..."

Hara kini berjongkok lemas sambil mengusak rambutnya, ia benar-benar tak abis pikir dengan kehidupannya saat ini.

Ia pikir setelah kematian keluarga nya, dan Dewi mengakui semua, neraka itu akan berakhir dan dia bisa hidup tenang. Oh, tidak rupanya. Ia akan memulai neraka baru sepertinya.

Hara menenteng plastik bening dengan berisi kardus kotak tipis berjalan memasuki kantor yang sudah tak asing baginya, ia berjalan melewati ruangan Hakim yang kebetulan pintunya terbuka lebar.

Hara sama sekali tak menoleh ke dalamnya, ia berjalan terus ke arah tempat Dewi ditahan.

Hakim yang menyadari Hara melewati ruangan nya itu langsung bergegas berlari menyusul Hara.

"Kan saya udah bilang, kalo mau ke kantor telepon saya biar saya jemput."

Hara masih tak mengindahkan atensi Hakim di sebelahnya, ia malah terus berjalan dengan pandangan lurus tanpa menoleh ke arah Hakim.

"Saya ada buat salah ya?"

"Kok kamu cuekin saya gini?"

Hara masih menjawab, ia masih berjalan dengan suara bawel Hakim yang terus melayangkan pertanyaan.

"Bilang dulu sama saya salahnya dimana, jangan cue-"

"Bisa diem gak Kak?!"

Hara mengehentikan langkahnya tepat di pintu menuju ruangan yang di dalamnya terdapat tempat Dewi ditahan, Hakim juga sontak berhenti dan terkejut kala mendengar nada tinggi dari Hara.

"Aku mau ngobrol berdua sama Dewi, bisa tolong suruh pergi petugasnya Kak."

Tanpa banyak omong Hakim langsung berbicara dengan salah seorang petugas jaga disana, dan pergi meninggalkan Hara tanpa sepatah kata pun pada gadis itu.

Hara masuk dan menutup kembali jeruji besi itu setelahnya ia mengambil kunci yang tergeletak di meja dan masuk ke dalam jeruji besi tempat Dewi di tahan.

"Wah, pizza!" seru Dewi

Hara membuka plastik itu dan menyodorkannya pada Dewi, Dewi langsung menyantap makanan yang Hara bawa.

"Abis ketemu Papa Mama ya?" tanya Dewi dengan mulut yang penuh

Hara mengangguk, ia merasa hubungan komunikasi dengan Dewi sudah lebih baik dari sebelumnya.

"Kamu tau rencana Mama Papa kamu?" tanya Hara

Dewi mengangguk sambil terus menyuap potongan pizza. Hara menghela nafasnya, seolah benar-benar sudah letih.

"Kenapa?" tanya Dewi saat melihat Hara yang tampak lesu

"Masih tanya kenapa?" jawab Hara

Dewi mengunyah sambil terus memandangi Hara yang tak lagi melanjutkan bicaranya.

"Kamu ini bener-bener gak ngerasa bersalah ya?" tanya Hara

Dewi menggeleng mantap dengan pipi yang kembung karna pizza. Lagi-lagi Hara hanya bisa menghela nafasnya.

"Papa udah kasih tau rencananya belum?" tanya Dewi

Dewi meraih minuman kaleng di sebelah Hara dan meneguknya.

Hara menyodorkan ponselnya menyuruh Dewi membaca sendiri tiap chat dari sang Papa.

"Ayo kita mulai semuanya dari awal Hara."

"Apa maksud kamu mulai dari awal?"

"Yaa, kita."

"Dewi aku gak tau lagi, aku bener-bener gak abis pikir sama kamu dan orang tua kamu."

"Udah lah Hara, ikutin aja apa rencana Papa. Toh, kamu masih aman."

"Dewi, kamu kaya bener-bener setan."

Dewi yang tengah mengambil potongan pizza itu kini terhenti saat mendengar hinaan yang Hara lontarkan. Namun tak berselang lama, gerakan itu berlanjut hingga potongan pizza itu masuk ke mulut Dewi.

"Nanti abis keluar dari sini aku gak akan gitu lagi kok."

"Tapi kamu pasti buronan, Dewi."

Suara Hara kali ini terdengar sedikit bergetar, seolah ada kekhawatiran yang juga menggetarkan hati dan perasaannya. Dewi tersenyum sedikit sambil meneguk minumannya.

"Urusan Papa sama Mama itu." jawab Dewi

"Udah sana ke si Hakim, biar Papa lanjutin rencana nya." lanjut Dewi yang kini mendorong tubuhnya ke arah tembok agar bisa bersandar

Hara membawa beberapa sampah bekas makanan keluar dan membuangnya lalu berjalan lagi ke arah ruangan Hakim yang mana salah seorang petugas tadi sudah kembali ke tempatnya.

Ia memasuki ruangan Hakim yang kini sudah terduduk di depan mejanya.

"Eh, ada si cantik" ucap Kala yang dibalas oleh senyuman Hara

Hakim sontak menoleh sebentar lalu setelahnya ia kembali fokus pada komputer, Hara yang menyadari sikap Hakim itu tengah merajuk membuatnya menghampiri meja Hakim dan mendaratkan telapak tangan di bahu Hakim kanan Hakim.

"Maaf ya Kak, tadi udah marah-marah." bujuk Hara

"Et, et, napa dah bocah." tanya Kala

"Kak, masa dia ngambek ke aku. Gak pantes banget kan." jawab Hara dengan nada merajuknya yang sontak mendapat pelototan dari Hakim

"Yaelah, tua bangka bergaya banget ngambek-ngambek kek remaja puber aja najis." sahut Kala

"Diem lo!" teriak Hakim

Kala dan Alves terkekeh geli melihat Hakim yang kini memancarkan aura mencekam seperti akan makan orang.

Hakim berjalan ke arah sofa yang di ikuti oleh Hara.

"Maaf ya Kak. Please," Hara menyatukan telapak tangannya sambil memasang wajah memohon

Hakim menghela nafas dan meraih kedua telapak tangan itu

"Saya nya jangan di marahin kaya tadi lagi, terus gamau di cuekin kaya tadi, kaya di chat juga, gamau."

Hara terkekeh gemas dibuatnya, pasalnya Hakim berkata demikian sambil memajukan bibirnya. Hara menangkup kedua pipi Hakim sambil tersenyum gemas

"Oke kapten! Tidak akan begitu lagi" jawab nya yang juga membawa senyuman senang dari Hakim

"Huweeekkkkk" Kala dan Alves yang kini berlagak ingin muntah itu tak di gubris oleh Hara dan Hakim.

"Pak! Pak!"

Teriakan seorang petugas saat sudah sampai diruangan Hakim itu sontak membuat semuanya menoleh.

"Tahanan Dewi gak ada di tempat!" lanjutnya sambil terengah-engah

Hakim, Kala dan Alves sontak terbelalak dan silih pandang, tak lama mereka kalang kabut ikut mencari dan berpencar membagi tugasnya.

Namun Hara yang masih berdiri santai di ruangan Hakim itu membuang nafas beratnya.

Apa yang akan dilakukan pertama kali oleh Hakim suatu saat nanti jika ia tahu kebenarannya bahwa Hara adalah salah seorang yang ikut andil dalam rencana kaburnya Dewi.

Segala kebencian,

Segala Makian,

Segala Hinaan, suatu saat nanti yang mungkin akan terlontar dari mulut Hakim untuknya dan ia sudah siap akan itu semua.

'Toh, sudah biasa.' Pikirnya.

1
Ulla Hullasoh
keluarga yang kejam..... apa hara itu anak tiri?
lin
wah seru nih lanjutkan thorr jangan lupa buat mampir
Ryohei Sasagawa
Thor, ceritanya seru banget! Aku suka banget sama karakternya.
Jonjuwi: Kakaaa makasi banyak, trs dukung aku yaa🥺❤️
total 1 replies
Nadeshiko Gamez
Terperangkap dalam cerita ini.
Jonjuwi: Makasih kaaa udah mampir, dukung aku trs yaa🥺❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!