Dea Gadis desa yang biasa nya berjualan kue di kampung nya.
Karena tradisi perjodohan di kampung nya masih sangat ketat, Dea di paksa menerima perjodohan dengan anak juragan teh di kampungnya.
Untuk menolak juga tidak mungkin, karena orang tua nya bekerja di perkebunan teh milik juragan itu.
Akhirnya Dea memutuskan ke kota, dengan alasan akan pulang saat tunangan juga kembali ke desa. Karena sang tunangan sedang menuntut ilmu di Malaysia.
Tapi, lagi-lagi takdir tak berpihak padanya, setelah ijab Kabul sang suami langsung menceraikan nya.
Bagaimana kah perjalan kisahnya? apa penyebab suaminya menceraikan nya?
.
.
.
Novel ini berbahasa Jawa campur indonesia. ada beberapa yang di beri terjemahan dan tidak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juniar Yasir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatang Abiyu
“Permisi.’’ ucap Biyu.
“Silahkan masuk nak. Ada perlu apa?’’ tanya Bu Ratmi.
“Terimakasih. Apakah saya bisa bicara dengan Dea?’’ tanya Biyu sopan.
“Sebentar Ibuk panggil ya.’’ Bu Ratmi langsung menuju kamar Dea.
.
Sedangkan Romo menatap tajam ke arah Biyu, tapi pemuda ini santai saja. Tidak terlihat takut sama sekali.
Tadi setelah dari rumah Juragan Sunoto Biyu tidak langsung pulang ke Jakarta, Dia memutuskan untuk kerumah pujaan hatinya sebentar. Sudah lama dirinya tidak ke rumah ini, belum banyak yang berubah dari bentuk rumah dan isinya. Karena keluarga Dea bukan orang berada. Dulu pria ini sering ke rumah ini, karena membeli kerupuk opak kesukaan mama Dian. Abiyu akan semangat sekali membeli kerupuk pesanan Mama Dian, karena diam-diam Dia bisa melihat pujaan hatinya.
“Pasti kamu kan yang membawa Dea ke Jakarta?!’’ sergah Romo menatap Biyu dari bawah ke atas dengan pandangan remeh.
“Saya tidak pernah membawanya, mungkin memang jodoh yang mempertemukan kami.’’ jawabnya santai.
“Jangan kurang ajar kamu anak muda!’’ balasnya. Abiyu hanya tersenyum.
Orang tua ini masih belum tau jika Biyu adalah anak dari Juragan Sunoto, sekaligus pemilik asli kebun teh terbesar itu.
“Kamu?!’’ pekik Dea tertahan. Ada rasa geram juga dirinya saat ini.
“Hay Nyonya Dea Husein Mahendra!’’ ucap Biyu santai.
“Pergi kamu dari rumah ini!’’ balas Dea menatap sengit pria vampir di hadapannya ini.
“Aku kesini mau membawamu kembali ke Jakarta. Kamu juga udah cerai sama pria gila itu. Untuk apa juga tinggal di sini?!’’ Biyu mulai memerankan aktingnya.
Dea melototkan mata tak percaya akan ucapan Abiyu yang menurutnya gila.
“Apa?!’’ Bu Ratmi dan Tama bukan main terkejutnya.
“Pantas saja kau sangat terobsesi pergi ke Jakarta, ternyata kau di sana jadi wanita murahan! Dasar anak tidak tau di untung! Anak haram tetap anak haram, sudah di pungut tapi tidak tau terima kasih!’’ ucap Romo berang sekali.
“Diam kau kakek tua! Sekali lagi kau menghina calon istriku, lihat saja nanti’’ balas Biyu menatap Romo.
“Jangan coba mengancam ku sialan!’’ sentak Romo penuh amarah.
Biyu tak lagi menanggapi, dirinya sibuk mengetik sesuatu di ponselnya.
Tak lama ponsel Dea bergetar. Dea segera membaca nya. Setelah itu dirinya menatap tajam ke arah Biyu. Tidak ada yang menyadari tingkah keduanya, kecuali Tama, pemuda itu menatap aneh keduanya.
“Buk, besok kita ke Jakarta ya!’’ ucap Dea tiba-tiba.
“Kamu mau kembali ke Jakarta nduk? Tapi Ibu Ndak bisa ikut to. Kamu kan tau sendiri, di sini Ndak ada yang masak buat....
“Udahlah buk, nggak perlu mikirin lelaki model Romo begini. Ibuk akan terus di hina nya apabila masih tinggal rumah ini. Lagi pula di Jakarta banyak loh buk duda kaya dan sangat tampan di banding modelan begini.’’ Dea menatap sinis Romonya.
“Jaga ucapan mu itu anak sialan! Anak haram tak tau diri!’’ bentak Romo mengepalkan tangan nya.
“Aku yang mendapat kesialan karena punya ayah sambung gila harta dan gila hormat seperti mu!’’ balas Dea tak kalah tajam,.lalu menatap ibunya.
“Ibuk putuskan malam ini, jika mau ikut aku ke Jakarta segera kremasi pakaian ibuk. Emang ibu mau menyia-nyiakan duda kaya dan tampan di kota? Dari pada di sini, di hina! Lumayan jika yang menghina kaya. Ini jangankan kaya, tampan saja tidak ada.’’ ucapnya sengaja memancing amarah Romo. Dea kesal dan sakit hati, sebisa mungkin dirinya membalikkan keadaan. Enak saja Romo menginjak harga dirinya dan Ibunya, tentu wanita ini tak terima.
Orang tua itu langsung mendelik mendengar ucapan Dea. Tak kalah terkejut Bu Ratmi dan Tama juga shock mendengar ucapan Dea yang sudah tidak bisa di filter lagi.
Selama ini Dea selalu menghormati Romo nya. Tapi hari ini rasa hormatnya telah hilang ketika tau dirinya bukan anak kandung. Tidak! Bukan karena itu dirinya marah, tapi Dnegan tega nya Romo malah menghina dan memakinya. Sudah jelas semua kesalahan Suroto, tapi Romonya malah menyalahkan Dia dan ibunya, apa tak membara hati wanita muda ini.
Dea pikir pantas saja Romonya dengan senang hati menerima perjodohan dari Juragan. Meskipun dengan alasan hutang budi tapi orang tua pasti akan melakukan apa pun asal tidak menumbalkan anaknya. Apa lagi Dea tak menyukai Suroto sama sekali. Ini Romonya malah berbesar hati mau menerima hinaan dari Ndoro Ajeng, asal bisa berbesan dengan keluarga gila Per-Ndoro-an itu. Sudah jelas alasannya Romo juga ingin kecipratan kaya dan di hormati para warga. Dia tidak perlu memikirkan perasaan Dea, karena Dea bukan anak kandung nya.
“Dan kamu Tama! Terserah, mau ikut atau tinggal disini, turut karatan seperti Romo mu itu. Mbak nggak bisa maksa kamu’’ ucap Dea menatap adik bungsunya.
“Maaf Mbak, Tama ndak bisa ikut. Tama sedang ujian dan Mbak pasti lebih faham.’’ jawabnya menunduk sedih.
Dea hanya mengangguk, Dia sangat mengenal kekalutan sang adik. Bagaimana pun Romo tetaplah ayahnya. Tidak mungkin juga harus di tinggal sendiri. Sebagai anak lelaki satu-satunya tentu Dia harus bertanggung jawab atas ayah nya. Meski dalam hati kecewa dan marah juga pada Romo nya tapi bukan berarti harus di tinggal sendiri.
Dea masuk kamarnya memasukkan kembali keperluan nya di dalam koper. Sebagian keperluan nya masih berada dalam koper. Sekarang harus memasukkan semua, karena keputusannya sudah bulat untuk pindah ke Jakarta. Hanya barang yang tidak perlu yang di tinggal.
Begitu juga dengan Bu Ratmi. Wanita itu sibuk mempersiapkan semua di kamarnya. Ada rasa sesak juga di hati nya meninggalkan rumahnya dan kampung ini. Bagaimanapun Rumah ini banyak kenangan bersama anak-anaknya dari masih bayi. Sekarang harus di tinggal, karena sang suami sudah benar-benar menginjak harga dirinya. Jika hanya Dirinya saja yang di hina Bu Ratmi masih bisa tahan, tapi Dea juga turut di hina.dan di makin. Mana membuka rahasia lama, sehingga Dea mengetahui jika Dia bukan anak kandung Romo. Belum lagi harus meninggalkan putra satu-satunya juga, pastilah wanita tua ini sangat sedih.
.
Setelah semua siap, Bu Ratmi keluar dan masuk kamar Dea.
Romo terkejut melihat istrinya menenteng tas besar. Awalnya Romo mengira Bu Ratmi hanya menggertak nya dan tak akan berani untuk meninggalkan dirinya. Tapi setelah melihat tas besar itu, membuat amarahnya kembali memuncak.
.
.
“Ratmi! Mau kemana kamu?! Selangkah saja kau keluar dari rumah ini, ku pasti kan kau tidak akan bisa bertemu Tama lagi!’’ bentak Romo mengancam.
Jangan lupa like dan komentar
,, mawar mendarat 🌹