NovelToon NovelToon
Sillent Treatment Suamiku

Sillent Treatment Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Cinta Terlarang / Beda Usia
Popularitas:560
Nilai: 5
Nama Author: Fay :)

Sinopsis



Ini berawal dari Nara yang dijodohkan oleh Ayahnya dengan laki-laki dewasa, umur mereka terpaut selisih 15 tahun. Dimana saat itu Nara belum siap dari fisik dan batinnya.


Perbedaan pendapat banyak terjadi didalamnya, hanya saja Rama selalu memperlakukan Nara dengan diam (sillent treatment) orang biasa menyebutnya begitu.


Semua permasalahan seperti tak memiliki penyelesaian, finalnya hilang dan seperti tak terjadi apa-apa.


Puncaknya saat Nara kembali bertemu dengan cinta pertamanya, rasanya mulai goyah. Perbandingan antara diamnya Rama dan pedulinya Mahesa sangat kentara jauh.


Rama laki-laki dewasa, hatinya baik, tidak gila perempuan dan selalu memberikan semua keinginan Nara. Tapi hanya satu, Rama tak bisa menjadi suami yang tegas dan tempat yang nyaman untuk berkeluh kesah bagi Nara.


Pertemuan dan waktu mulai mempermainkan hati Nara, akankan takdir berpihak dengan cinta Rama atau mulai terkikis karna masa lalu Nara.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fay :), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9. Hari yang panjang

Bab 9. Hari yang panjang

Pagi yang begitu cerah kali ini, menyongsong sinar matahari pagi yang menghangatkan jiwa.

Ada rasa yang beda, ada suasana yang tak lagi sama. Benar katanya tidak ada yang tau takdir kedepannya.

Nara memandang ke arah rumah minimalis di depan hadapannya, warnanya putih tulang dan krem pudar yang dipadu.

“Indah..” Begitu kata pertama yang berbunyi dalam benaknya.

Tanaman hijau yang ditanam berjejer di halaman depannya, memberikan kesejukan sendiri begitu mata memandang.

“Ini tempat yang akan kita huni mulai hari ini dan selamanya.” Ucap Rama begitu menginjak pada pelataran rumah.

Interior warna kayu yang senada memberikan kebetahan pada penghuni didalamnya.

“Maaf aku belum bisa memberimu hunian yang mewah, tapi nanti kita bangun bersama kedepannya.” Sambungnya lagi, kini menunjukkan kamar yang akan mereka tempati.

Lengkap, kasur dengan ranjang bayi untuk Aiden yang nyaman.

“Ini sudah lebih cukup Mas.” Balas Nara.

Sontak Rama yang mendengar panggilan dari Nara merasa menghangat, sudah lama dirinya tak mendengar panggilan seperti itu. Ia merasa dianggap.

“Sekarang istirahat dulu ya, sini Aiden gendong Om dulu.” Ujar Rama mengambil alih Aiden ke dalam gendongannya.

“Jangan Om dong, tapi Papa.” Nara menunjukkan senyum manisnya pada Rama, ia akan memulai dari yang paling kecil dulu, contohnya seperti tadi.

Tawa bahagia begitu terpancar dari wajah Aiden begitu Rama mengajaknya bercanda.

“Akankah laki-laki yang tak banyak bicara ini, menjadi tempat pulang untuk ku.” Hati Nara yang semula merasa hampa, kali ini seperti ada secercah cahaya.

*

*

*

Seharian Rama dan Nara membereskan semua baju, peralatan dapur dan semua kebutuhan untuk rumah yang mereka huni.

Ada pemandangan indah yang lebih indah dari seisi rumah ini sekalipun, yaitu ketika Rama mengajak Aiden bermain dan sesabar itu menanganinya saat menangis.

Sungguh Nara tak akan lupa bersyukur ketika laki-laki yang mendadak datang dan jadi pendamping hidupnya, tak memandang Aiden sebagai anak tirinya.

“Dia memang tidak banyak bicara, tapi cara dia memberikan tawa lepas untuk anakku, itu sudah lebih dari cukup.” pandang Nara ke arah mereka yang tengah duduk disofa dengan bersenda gurau.

*

*

*

Malam ini begitu cukup menguras energi, butuh kesabaran ketika menenangkan Aiden yang tak mau tidur diranjangnya. Entah karna tempatnya yang baru atau karna apa.

Lelah diperjalanan yang butuh dua jam dari rumah Nara, begitu istirahat sebentar langsung membereskan segala kebutuhan rumah dan sekarang diuji kesabaran karna Aiden yang tak mau tenang.

Rama yang biasa menggantikan Nara, kini tak mau sedikitpun di ambil alih.

Butuh satu jam lebih untuk menenangkan dan memberi pengertian untuk Aiden.

Kini mereka berdua menyandarkan punggung dan kepalanya di kepala ranjang milik mereka dan memandang kearah ranjang yang berisi Aiden disana, helaan nafas terdengar panjang dari mulut Nara.

“Apa kamu bahagia dengan pilihan mu?” Tanya Rama sekian detik diam.

“Ya… mungkin aku tidak akan tau kedepannya bagaimana, tapi aku harap bahagia selalu bersama kita.” Balas Nara tanpa menoleh kearah Rama yang tengah duduk disampingnya.

“Seharusnya aku yang mempertanyakan hal itu, karna kamu mau menerima ku dan menerima Aiden.” Kini Nara berpaling memandang ke arah wajah Rama yang tak berekspresi seperti biasa.

“Aku kesini juga tak membawa apapun, hanya raga dan jiwa.” Lanjutnya tersenyum.

Beberapa saat hanya ada keheningan di antara mereka. Lalu Rama berkata pelan, nyaris seperti bisikan, “Aku nggak akan memaksa. Aku mau kamu merasa aman dulu di sini.”

Nara menatapnya, hatinya hangat oleh kata-kata sederhana itu. Ia mengangguk kecil. Perlahan, Rama meraih tangannya, menggenggamnya dengan hangat. Sentuhan itu sederhana, tapi penuh makna. Tidak tergesa. Tidak menuntut. Hanya ingin memastikan, bahwa Nara tahu ia tidak sendiri.

Malam itu mereka lebih banyak berbagi cerita dengan suara pelan, saling mengenal lewat percakapan-percakapan kecil, sambil duduk bersandar di ranjang. Dan saat jarak mulai terhapus, Rama mencium kening Nara dengan penuh kelembutan. Itu bukan malam penuh gairah, melainkan malam penuh kehangatan—permulaan untuk saling memahami, saling menyentuh hati sebelum raga.

Grogi dalam situasi ini pasti mereka rasakan, panas dan dingin menjadi satu, detak jantung yang sama-sama berpacu, bukan karna sakit, melainkan bagaimana caranya terlihat biasa dalam momen yang susah dijelaskan.

Ini memang bukan yang pertama lagi, tapi debar dalam jantung rasanya masih sama.

Nara sadar ini kewajibannya menjadi istri dan memenuhi hak yang seharusnya suaminya dapat.

Rama yang tergolong sudah dewasa pasti sudah mengenal bagaimana dan cara agar memberikan ketenangan dan kepuasan tersendiri untuk pasangannya.

Nara hanya memasrahkan dirinya, bagaimanapun suaminya itu juga harus memberikan kenyamanan yang sama.

Malam kian tak cepat usai, jam rasanya berdetak lebih lama dari biasanya, aktifitas didalam ruangan yang pencahayaannya hanya remang-remang saja begitu intim dan terlihat lebih tenang.

Peluh yang bercucuran menjadi saksi, ada hangat yang timbul dari reaksi diri dan sadar jiwa yang merasa fantasi begitu sangat terpenuhi.

Tak banyak kata yang terucap, mereka melewati sesuai dengan kata hati. Mereka tak sama-sama egois, saling memikirkan satu sama lain.

Hingga tiba pada masanya, yang tersimpan sejak lama memberikan kelegaan saat itu juga, ada kepuasan saat sama-sama dan raut bahagia yang terukir jelas diwajah mereka.

Biarkan malam ini menjadi saksi, dimana langit yang penuh bintang saat itu menghiasai. Ada dua insan yang mengadu kasih dengan memulai perkenalan antara jiwa dan raga.

“Terima kasih…” ucapan singkat yang keluar dari Rama saat-saat mereka menetralkan deru nafas yang saling berkejaran.

“Maaf jika aku terlalu terburu-terburu.” Lanjutnya saat kening mereka disatukan.

Nara tersenyum, ukir senyumnya masih terlihat jelas meski samar.

“Kita mulai dari nol, terima aku dan aku pasti terima kamu Mas.” Ujar Nara malu-malu.

Rama tertawa hampir keceplosan terlalu keras, namun Nara sigap menutup mulut Rama agar tak terlalu kencang ketika bersuara, takut Aiden tantrum lagi.

“Lalu aku memanggilmu apa?” Tanya rama sambil menoel hidung mungil milik Nara.

“Terserah…” Jawab Nara.

“Baiklah Mama saja dan kamu panggil aku Papa.” Rama berusaha menyembunyikan wajahnya, entahlah seperti remaja yang baru jatuh cinta, rasanya malu-malu tapi mau.

Dekapan hangat menemani malam panjang mereka, saling merangkul dan “sekarang tidurlah, menjelang pagi aku akan membangunkan mu lagi.” Ucap Rama mencoba menggoda Nara.

Nara yang malu-malu sontak menyembunyikan wajahnya diantara ceruk leher dan dada Rama, ada rasa menggelit perutnya.

Rama ternyum dan mengecup kening Nara lama, dan membiarkan teman hidupnya kini mengarungi alam mimpinya.

“Selamat malam, Mama…” wajah Rama terukir jelas raut bahagianya.

*

*

*

1
L3xi♡
Nangis deh 😭
Fay :): sedih ya kak 😢😢
total 1 replies
pEyt
Jelasin semua dengan detail
Fay :): siap kak.
masih outor amatir, kritik dan sarannya sangat diperlukan.
terima kasih.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!