Ini bukan cerita seorang CEO yang kejam, dingin, dan pemaksa. Giovani adalah seorang CEO yang baik hati, ramah, dan tampan. Namun selalu memiliki nasib buruk dalam kehidupan asmara. Berkali-kali dia gagal dalam menjalin hubungan percintaan dengan perempuan.
Hingga akhirnya dia jatuh cinta kepada sosok Sofia, seorang model cantik yang angkuh namun baik hati, yang berhasil mencuri hati seorang Gio. Bahkan Gio rela menyamar menjadi seorang bodyguard agar bisa mendekati Sofia. Mampukah Gio mendapatkan cinta Sofia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Nolasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Gio sudah sampai di kantor Herm's Group. Saat ini dia sedang memarkirkan mobil miliknya. Setelah itu dia berjalan cepat memasuki gedung. Saat Gio akan melangkah menuju lift dia ditahan oleh satpam.
"Maaf Pak, anda ada kepentingan apa?" tegur satpam itu.
Gio terdiam sejenak mencerna perkataan satpam itu. Dia berpikir apakah dia tidak bisa dikenali. Penampilan dia saat ini apa begitu berubah drastis. Gio tak percaya dengan hal ini. Akhirnya Gio sadar dia tidak bisa dikenali dan dia akan bertemu Okka. Jadi, dia harus menggunakan identitas palsunya.
"Saya ingin bertemu Pak Okka. Saya Danar bodyguard Sofia Aletrino" kata Gio.
"Tunggu sebentar, saya akan sampaikan ke resepsionis dulu" ucap satpam itu berjalan ke meja respsionis dan mengatakan tujuan Gio.
Gio pun mau tidak mau harus menunggu seperti layaknya tamu biasa. Dia juga tidak ingin penyamarannya terbongkar. Gio tersenyum simpul merasa lucu dengan ketidaktahuan pegawainya dengan keberadaannya.
*****
Aghata mendapat telepon dari resepsionis tentang keberadaan bodyguard Sofia Aletrino. Aghata merasa kesal kenapa semua hal di perusahaan ini selalu berhubungan dengan Sofia. Aghata mau tidak mau harus menemui asisten menyebalkan, Okka. Dia pergi ke ruang meeting. Aghata mengetuk pintu sampai akhirnya mendengar suara Feri memperbolehkannya masuk.
"Permisi semuanya" ucap Aghata sambil masuk ke dalam ruang meeting.
"Ada apa?" tanya Desi.
"Ada bodyguard Sofia menunggy di lobi" jelas Aghata.
"Menunggu? Astaga!" seru Okka sambil menepuk jidat.
Okka langsung beranjak dari kursi dan berlari meninggalkan ruang meeting untuk turun ke lobi dan menemui Gio. Saat Okka keluar dari lift, dia sudah melihat Gio yang sedang duduk di sofa yang ada di lobi sambil melipat kedua tangannya.
"Lama banget sih lo" lirih Gio.
"Ya sorry. Gue lupa kalau lo nggak dikenalin sama pegawai di kantor" balas Okka.
"Ayah sama bunda masih ada di kantor?" tanya Gio.
"Nggak cuma masih ada di sini. Tapi emang mereka berdua nungguin lo, Zaenudin. Udah buruan!" Okka menyeret tangan Gio menuju lift.
Mereka berdua memasuki lift khusus CEO. Sesampainya di lantai yang dituju, kedua pria itu langsung berjalan dengan mengambil langkah lebar. Aghata mengamati kedatangan Gio. Dia merasa aneh kenapa Okka terlihat sangat akrab dengan bodyguard Sofia. Dan kenapa Aghata seperti tidak asing dengan wajah bodyguard itu.
"Siapa ya cowok itu? Aku kayak pernah lihat. Tapi di mana?" gumam Aghata.
Okka mengetuk pintu ruang meeting sebelum akhirnya dia mendorong pintu itu dengan pelan. Kedua pria itu pun masuk ke dalam ruang meeting. Gio langsung disambut tatapan tajam kedua orang tuanya. Oh ralat. Tatapan tajam dari ibunya. Ayahnya hanya menatapnya dengan tatapan datar.
"Ayah, bunda" panggil Gio dengan senyum manis semanis janji pria kepada kekasihnya.
Okka langsung menutup dan mengunci pintu ruang meeting. Karena dia yakin akan terjadi perang dunia keempat.
"Masih ingat perusahaan kamu" seru Desi.
Okka melirik ke arah Gio dan sedikit menggerakkan sudut bibirnya. Gio hanya membalas dengan gerakan bola matanya. Feri yang memperhatikan gelagat kedua anaknya hanya menggelengkan kepala. Karena dia tahu keduanya sednag berkomunikasi melalui telepati.
"Masih bunda. Buktinya Gio di sini" ujar Gio begitu lembut.
"Gio, apa kamu tahu masalah tentang tertundanya produk terbaru perusahaan kita mendapat izin resmi dari BPOM?" sela Feri.
Okka memberi pelototan kepada Gio agar sahabatnya itu berkata jujur.
"Belum, Yah" jawab Gio dengan polosnya.
"Sudah bunda duga. Kamu hanya sibuk dengan urusan kamu dengan Sofia. Kamu melupakan tanggung jawab kamu sebagai CEO untuk mengurusi urusan perusahan kalau ayah tidak turun tangan, maka produk itu tidak akan langsung mendapat izin BPOM. Dan dipastikan peluncuran produk ini yang direncanakan bulan ini akan batal. Semua ini karena kamu terlalu sibuk mengurusi Sofia yang sama sekali tidak penting" jelas Desi panjang lebar.
Gio hanya diam dengan mulut menganga saat mendengar bundanya melontarkan kalimat itu dari mulutnya dengan begitu cepat dan lantang.
"Bunda, walaupun Gio belum tahu bukan berarti Gio lepas tanggung jawab dari perusahaan. Mungkin maksud Okka belum memberitahu Gio adalah karena dia ingin mencoba menyelesaikannya sendiri. Aku selalu menanyakan semua hal kepada Okka. Tidak ada yang aku lewatkan satupun. Walaupun aku tidak berada di kantor tapi aku selalu mendapat informasi dari para orang kepercayaanku. Dan masalah ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan Sofia. Jadi bunda berhenti menyangkut pautkan nama dia dengan segala hal" balas Gio mencoba setenang mungkin padahal dia sendiri sudah merasa gemas.
"Ayah, kamu lihat kan Gio..."
"Bunda, cukup ya. Masalah ini kan sudah selesai. Dan Gio sudah datang ke kantor. Dia bisa mengurus beberapa hal lainnya" potong Feri yang sudah merasa bosan dengan celotehan istrinya.
"Jadi kamu membela anak kamu ini?" tegas Desi.
"Memang ayah bilang kalau Gio nggak salah? Dia salah, sangat salah. Tapi apa yang perlu diributkan lagi, kalau Gio sudah berada di sini" lanjut Feri.
"Ayah dan anak sama saja" ketus Desi mengambil tasnya lalu beranjak dari kursi dan pergi meninggalkan meeting room.
Gio hendak mengejar bundanya namun dicegah oleh ayahnya, "Biar ayah yang urus bunda kamu. Paling diajak ke mall juga sembuh ngambeknya. Kamu urus perusahaan dengan baik ya. Dan semangat berjuang," kata Feri menepuk bahu Gio memberi semangat.
Gio tersenyum setelah mendapat semangat dari ayahnya, "Makasih, Yah," balas Gio.
Feri pun keluar dari ruang meeting dan menyusul istrinya.
"Terus lo mau ngapain di sini?" celetuk Okka.
"Mancing. Ya kerjalah. Pakai tanya lagi" gerutu Gio.
"Sofia gimana?" tanya Okka.
"Dia di rumah dan nggak akan pergi ke mana-mana" jelas Gio.
"Kenapa?" tanya Okka lagi.
"Kaki dia terkilir waktu pergi ke kantor DC Models karena ulah rival sesama model di agensi itu" jawab Gio.
"Siapa namanya?" ucap Okka.
"Karina" balas Gio.
"Kayak pernah denger nama model itu" ucap Okka sambil mengetuk pelipisnya dengan jari telunjuknya.
"Lo harus cari tahu semua hal sampai masalah sekecil apapun dari model itu. Karena dia termasuk ancaman bagi Sofia. Kalau ancaman karir, dia bukanlah tandingan bagi Sofia. Tapi dia adalah ancaman bagi keselamatan Sofia" kata Gio begitu mantapnya.
"Buset, gaya bahasa omongan lo udah kayak jendral tentara mau berangkat perang. Serius banget sumpah" ujar Okka terkekeh pelan.
"Banyak omong lo. Udah mana berkas yang harus gue periksa. Bawa ke ruang meeting aja. Gue nggak mungkin masuk ke ruangan CEO" kata Gio.
"Kok gitu? Kan itu ruangan lo sendiri? Siapa yang bakal melarang coba?" sela Okka.
"Okka Saputra, tolong anda ingat ya. Di kantor ini tidak ada yang tahu kalau saya ini Giovani Hermawan. Jadi pasti saya akan langsung diusir kalau lancang masuk ke ruangan CEO" ujar Gio dengan nada gemas sambil menoyor kepala Okka.
"Ya ampun gue lupa. Lo sih membuat ribet hidup sendiri. Jadinya gue ikutan ribet juga kan. Lo tunggu di sini, gue ambilin berkas-berkasnya dulu" balas Okka lalu keluar dari ruang meeting.
Okka pergi ke ruangan Gio untuk mengambil tumpukan berkas yang harus dicek oleh Gio.