Dipisahkan karena sebuah kesalahan membuat dua remaja mengakhiri hubungan mereka tanpa kejelasan.
Hilangnya Anezha Shepira setelah malam tak terlupakan di antara mereka menyisakan luka bagi Elian. Namun siapa sangka gadis yang ia cari selama ini tiba-tiba muncul disaat ia pasrah dengan keadaan dan mencoba move on dari hubungan masa lalu mereka, lantas akan seperti apa kisah yang sebenarnya belum usai itu?
"Gue udah lupain semuanya, dan anggap kita nggak pernah saling kenal"
"Setelah malam itu? hebat banget." Elian terkekeh sinis, lalu mendekat dan berbisik sinis.
"Dimana dia?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riria Raffasya Alfharizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Orang Tua
Mobil Elian terus melaju membelah jalanan yang cukup padat, meski gerimis sedari pagi tidak berhenti, orang-orang tetap melakukan aktifitasnya. Nezha menatap sekeliling mobil, ada beberapa kendaraan roda dua di sebelah mobilnya. Lalu pandangannya jatuh kepada sepeda motor yang membawa seorang anak kecil, seorang ibu yang sedang menggendong anal berusia sekitar 1 tahun, anak tersebut menggunakan jas hujan, tetapi cukup anteng untuk ukuran anak 1 tahun. Tiba-tiba Nezha teringat Galenino, anak tersebut mungkin seusia Galen, hatinya seketika mencelos.
Elian yang merasa Nezha terus memperhatikan sampingnya menoleh, menatap Nezha yang masih pada tatapan matanya tadi.
"Lo ngga papa?" tanyanya seketika membuat Nezha menoleh, lalu mengangguk.
"Zha, kita ke rumah dulu ya? Mama pengen ketemu kamu."
"Ini beneran mama, bukan akal-akalan gue," lanjut Elian menjelaskan.
Nezha kembali mengangguk saja, ia tidak berniat untuk menolak jika menyangkut tante Luna.
Sampai akhirnya mobil sampai di depan gerbang hitam tinggi dan besar. Seorang satpam berlari dengan membawa payung, membuka gerbang tersebut disusul dengan mobil Elian yang masuk ke dalam.
Nezha menatap sekitar rumah Elian, tidak banyak berubah dari yang terakhir Nezha kunjungi, masih sama seperti dulu, bedanya kini di depan rumah sudah ada pohon bonsai besar yang Nezha yakini per-pohonnya mungkin bisa mencapai ratusan juta. Luna memang sesuka itu dengan tanaman, entah itu bunga ataupun buah-buahan.
Tidak langsung keluar dari mobilnya. Elian menatap Nezha lamat, ini seperti dejavu untuknya, beberapa tahun lalu adegan seperti ini sering terjadi, Elian yang membawa Nezha ke rumahnya. Bedanya keadaan mereka sangat canggung sekarang.
"Zha," lirih Elian masih menatap lamat Nezha.
Kelu, rasanya lidah Elian sangat kelu untuk sekedar mengungkapkan perasaannya. Elian ingin terus mengatakan, mengulang setiap kata jika perasaanya masih sama, tidak berkurang sedikitpun. Bahkan ketika tahu ada buah hati di antara mereka, rasa ingin memiliki Nezha semakin besar, meski ia harus bersabar untuk kembali mendapatkan hati dan kepercayaan Nezha.
Sementara Nezha tidak suka keadaan seperti ini, Nezha tahu Elian sedang mengamatinya, dan itu juga yang membuat Nezha merasa tidak nyaman dan sedikit gugup, Nezha ingin keduanya segera keluar dari mobil, bertemu dengan tante Luna jauh lebih baik dibanding semobil dengan Elian seperti sekarang.
"Kita nggak jadi masuk?" tanya Nezha memberanikan diri.
Sudut bibir Elian tertarik ke atas, lalu mengangguk bersamaan dengan pintu yang terbuka.
"Mama pasti udah nunggu."
Keduanya masuk ke dalam rumah. Dan benar saja Luna seperti sedang menunggu kedatangan mereka. Coklat panas dan beberapa cemilan sudah Luna siapkan untuk keduanya. Nezha yang melihat itu jadi merasa tidak enak, tetapi juga terharu, pasalnya Luna masih ingat minuman kesukaannya. Bahkan makanan kesukaan Nezha saja sengaja Luna kirimkan tadi pagi.
"Sayang, akhirnya kamu ke sini juga." Luna menghampiri Nezha dan Elian yang sedang melangkah dari ruang tamu ke ruang tengah.
"Sini aja sayang, kita ngobrolnya di sini," ajak Luna menuju ke depan tv.
Nezha dan Luna duduk di depan tv dengan cemilan yang semuanya hampir kesukaan Nezha. Elian yang melihat itu kembali menyunggingkan senyumnya, bayangan Galenino jika berada di sini sekarang mungkin akan semakin memperlengkap semuanya, tetapi Elian harus menghormati keputusan Nezha. Elian rela jika harus bersabar untuk sebuah keindahan nanti.
"Zha, gue ke kamar dulu," ujar Elian diangguki Nezha.
"Tante, maaf ya jadi ngrepoti, makasih juga untuk makanannya tadi."
Luna mengembangkan senyum tulusnya. "Kamu suka Zha?"
Nezha mengangguk dengan seulas senyum. "Masakan tante selalu enak, pasti bikinnya pagi banget ya?"
Ah, melihat Nezha yang kembali banyak berbicara seperti sekarang ini membuat Luna merasa senang.
"Sebenarnya ada beberapa yang dimasak mbak Heti sih," ujar Luna memberitahu.
Memang benar, Luna ikut memasak, tetapi asisten rumah tangganya juga yang membantu beliau.
"Sekali lagi makasih tante," ujar Nezha.
Gerimis yang sedari pagi tidak kunjung reda kini malah berganti menjadi hujan. Nezha masih berada di rumah Elian dengan Luna, keduanya mengobrol ringan sesekali juga melihat film yang diabaikan karena asik mengobrol. Luna senang karena perlahan Nezha mulai lebih terbuka, bahkan Nezha menceritakan bagaimana awal ia tahu hamil. Luna segera memeluk Nezha, lalu mengucapkan maaf berkali-kali karena pada saat Nezha melalui itu semua, baik keluarganya terutama Elian tidak berada di samping Nezha.
"Maaf sayang, kamu melaluinya sendiri."
"Tante tidak usah minta maaf, itu sudah menjadi keputusan Nezha waktu itu, jadi semua sudah konsekuensi Nezha memilih jalan itu."
Luna menggenggam tangan Nezha, menatap lamat Nezha.
"Zha, tante mau ngomong sama kamu."
Entah kenapa Nezha merasa jadi sedikit gugup melihat wajah serius beliau. Padahal baru saja mereka mengobrol santai, tetapi seketika suasana sedikit menegang.
"Iya tante, ngomong aja," balasnya sedikit memaksakan senyum.
Genggaman Luna semakin erat, membuat Nezha jadi semakin yakin kalau apa yang akan dikatakan oleh beliau sesuatu yang sangat penting.
"Kalau tante sama om minta buat kamu terima El jadi suami kamu, apa kamu mau sayang? Setidaknya El tanggung jawab dengan perbuatannya."
Benar dugaan Nezha. Ini lebih dari sekedar penting seperti perkiraannya, tetapi sangat sakral, sebuah pernikahan yang sedang beliu katakan.
"Zha, setidaknya kalian menikah dulu, tante ingin kalian bersatu demi Galenino sayang, dia juga butuh sosok ayahnya, tante tidak memaksa kamu untuk bisa membuka kembali hati kamu untuk El, perlahan tidak apa-apa sampai kamu bisa menerimanya lagi, tapi Elian sungguh ingin menebus semua kesalahannya, semua waktu yang pernah kamu lalui dengan sulit."
Nezha terdiam, ini cukup menyulitkannya untuk bertindak, Nezha sebenarnya tidak akan menolak jika Elian ingin bertemu dengan Galenino, tetapi untuk sebuah pernikahan, rasanya untuk Nezha sendiri terlalu berlebihan, apa lagi mereka masih sekolah, dan baru kembali bertemu belum genap sebulan.
"Zha, mama sama papa kamu sudah setuju, tinggal kamu saja sayang," ujar Luna yang lagi-lagi tidak bisa Nezha mengerti.
Benarkah mama papanya sudah mengerti? Kenapa semua diam tidak ada yang memberitahu Nezha terlebih dahulu, apa setidak penting itu perasaan Nezha untuk mereka? Apa tidak sepenting itu keyakinan Nezha selama ini.
"Tante, aku-"
Belum selesai berucap, tiba-tiba saja ponsel milik Luna bergetar. Dan yang membuat Nezha semakin tidak bisa mengerti, orang yang menghubungi beliau ialah mamanya sendiri. Nezha seperti terpojokan, ia tidak bisa beruat apa-apa.
Elian yang berada di atas tangga mengepalkan tangannya kuat, antara kecewa karena Nezha masih pada pendiriannya, juga kecewa dengan tindakan kedua orang tua mereka yang terkesan terburu-buru, Elian sendiri tidak ingin membuat Nezha semakin tidak nyaman. Meski ia berniat betanggung jawab, apa lagi perasaan Elian memang masih sama, Nezha masih menjadi tujuannya untuk menua bersama seperti yang pernah dulu ia katakan. Sampai saat ini, Nezha masih menjadi tujuan Elian.
Memejamkan matanya sejenak, Elian memilih untuk menghampiri keduanya.
"Ma, jangan paksa Nezha, kita bisa memulainya pelan-pelan, lagian kita masih sekolah." ujar Elian berdiri tidak jauh darinya.
"El, mama sama mama Nezha cuma ingin yang terbaik buat kalian, semua juga demi anak kalian."
"Tapi nggak harus terburu-buru seperti ini ma. Nezha baru aja kembali, Zha butuh waktu untuk terima El lagi." Elian mengusap wajahnya frustasi.
Bukan ini yang ia inginkan, bukan memaksa Nezha, tetapi membuat Nezha kembali memberi kepercayaan dengannya.
"Aku setuju. Aku mau menikah dengan El."
dobel up kk
next up kak
bahagia slalu kaliannn
gemusshh dgn bayik lucu galen
nezha itu kehidupan nya elian