Kiara dan Axel berteman sejak kecil, tinggal bersebelahan dan tak terpisahkan hingga masa SMP. Diam-diam, Kiara menyimpan rasa pada Axel, sampai suatu hari Axel tiba-tiba pindah sekolah ke luar negeri. Tanpa memberitahu Kiara, keduanya tak saling berhubungan sejak itu. Beberapa tahun berlalu, dan Axel kembali. Tapi anak laki-laki yang dulu ceria kini berubah menjadi sosok dingin dan misterius. Bisakah Kiara mengembalikan kehangatan yang pernah mereka miliki, ataukah cinta pertama hanya tinggal kenangan?
*
*
*
Yuk, ikuti kisah mereka berdua. Selain kisah cinta pertama yang manis dan menarik, disini kita juga akan mengikuti cerita Axel yang penuh misteri. Apa yang membuatnya pindah dan kembali secara tiba-tiba. Kenapa ia memutus hubungan dengan Kiara?.
MOHON DUKUNGANNYA TEMAN-TEMAN, JANGAN LUPA LIKE, DAN KOMEN.
Untuk menyemangati Author menulis.❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Story Yuu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Axel menyeberang jalan, ia melangkah menuju rumah Rafa. Sesampainya disana, Rafa yang tengah bersiap memakai sepatu sekolahnya terkejut melihat kedatangan Axel yang tiba-tiba.
“Axel… ngapain? Jemput aku?” tanyanya, matanya masih membelalak seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
“Ngapain repot-repot,” balas Axel singkat.
Rafa berdiri dengan menyilangkan tangan di dada, matanya menyipit menatap curiga. “Lalu? Ada urusan apa?”
Axel mengarahkan pandangannya pada pintu toko yang masih tertutup rapat. “Itu, tokomu belum buka?”
Rafa menoleh. “Toko? Kamu mau beli sesuatu?”
Axel hanya mengangguk.
“Ya udah, ntar aku buka dulu.”
Setelah di buka, Axel segera masuk dan memilih sesuatu di toko itu, sementara Rafa mengikuti dari belakang, sesekali menatap heran pada pria yang bertingkah tak biasa.
Axel meraih satu pack coklat, satu bungkus snack ringan, dua kotak susu strawberry, kemudian… “Di sini nggak ada permen yupi?”
“Yupi?” tanya Rafa, alisnya terangkat heran. Tapi segera ia menunjukkan tempat terletaknya permen tersebut.
“Thanks, ini aja cukup,” balas Axel, ia segera menuju kasir dan membayar belanjaannya.
Rafa masih terheran menatap pria di hadapannya. “Kamu nggak biasanya, beli buat siapa?”
“Untuk peliharaanku.”
“Bukannya Moogi udah dead?”
“Aku punya Moogi baru.”
“Oh, ya? Anjing? Kucing? Jenis apa yang makan coklat dan permen?”
Axel mengangkat wajahnya, menatap tajam pada Rafa. “Kenapa cerewet sekali?”
“Itu… cuma tanya, elah,” cetus Rafa santai, tangannya sambil menata rambut klimisnya.
“Ya udah, buruan kembalian.”
“Nih.”
Selesai dengan belanjaannya. Axel memasukkannya ke dalam tas, ia berjalan menuju ke sekolah, sementara Rafa menyusul di belakang.
“Axel, tunggu!” serunya memanggil temannya itu.
Tapi Axel tak menggubris, ia tetap melangkah lurus tak menghiraukan teriakan Rafa yang terus memanggil namanya.
Setelah berlari, akhirnya Rafa menyamai langkah temannya. “Tuli ya? Di panggil-panggil juga.”
Axel hanya melirik sekilas lalu menghela napas.
“Ada apa denganmu? Kenapa terus menghela napas seolah hidupmu berat.”
“Raf…” belum sempat Axel bicara, ponsel Rafa berdering.
Tring!
“Ntar dulu,” ucap Rafa menahan kalimat Axel, ia segera mengangkat telepon. “Halo sayang…”
Mendengar itu. Axel reflek berhenti, sudut bibirnya menyungging, pipinya mengencang menahan kejulidan. “Dih.”
Sementara Rafa tengah mengobrol dengan Via di telepon, Axel buru-buru mempercepat langkah meninggalkan pria bucin itu sendirian.
“Axel! Tunggu, woy!” teriak Rafa dari belakang.
Seperti biasa, Axel tak menghiraukan.
****
Di kelas. Kiara tengah mengulas ulang pelajaran-pelajaran yang sudah Axel jelaskan tadi, tapi ia masih terlihat kesulitan.
Brak!
Ia menjatuhkan wajahnya di atas meja.
“Apa sih, Ra?” tanya Via yang tengah sibuk touch up.
“Belajar itu… menyeramkan.”
Via terkekeh. “Kamu harus semangat.”
“Vi… aku mau menyerah,” rengeknya pada Via, otaknya seolah sudah tak mampu berpikir.
“Ra, denger ya. Selera priamu aja Axel, jika tidak setara, setidaknya satu tingkat di bawahnya, agar kamu cocok dengannya.”
“Apakah sekarang terlihat tak cocok?”
Via menoleh pelan, menatap sendu temannya. “Heem,” lirihnya sambil menganggukkan kepala.
“Aaaa…” rengek Kiara sambil meremas kepalanya.
***
Tiba jam istirahat, Kiara kembali meletakkan wajahnya di atas meja. Pelajaran yang baru saja ia kerjakan, hanya lewat begitu saja, tak satupun menetap di kepalanya.
Ia terus mendesah berat menatap kosong ke arah jendela, desir angin panas berhembus pelan—mengayunkan tirai putih yang menggantung di tepi jendela.
Bola matanya membulat saat mendengar bisikan Via pelan di telinganya. “Ayo ke toko buku, aku menemukan buku fantasi baru.”
Kiara menoleh dengan cepat. “Hah?! Benarkah?”
Via mengangguk mantap, ia berdiri sambil menarik tangan Kiara. “Ayo, itu limited takut kehabisan.”
Gadis yang sejak tadi tampak frustasi, kini wajahnya terlihat berbinar seolah menemukan secercah cahaya kehidupan. Kedua gadis itu pun melangkah keluar, menuju ke toko buku yang terletak tak jauh dari gedung sekolah.
Saat melewati kelas sebelah, Kiara dan Via terhenti seketika melihat Axel dan Rafa berdiri di depan papan tulis.
“Mau kemana?” tanya Rafa penasaran, ia menatap penuh tanya pada kekasihnya.
“Mau ke toko mang eros,” jawab singkat Via.
“Ikuuuttt…” sahut Rafa, tatapan yang tadinya tegas kini menjadi ciut tak berwibawa.
Rafa memang sosok yang tengil, namun ia tetap memiliki sisi tegas sebagai pria, tapi di hadapan Via—pacarnya. Lelaki itu menjadi seperti adonan tepung yang lembek, ia terus bertingkah lucu dan manja di depan wanita pujaannya.
“Cuih,” sindir Kiara, merasa muak melihat kebucinan laki-laki tak lain adalah sahabatnya.
“Apasih!” desis Rafa sambil mengangkat jari telunjuknya menoyor dahi Kiara.
Kiara melirik sedikit ke ruang kelas, langkah kaki Axel terdengar jelas menghampiri mereka. Kiara terlonjak, mengingat pelajaran yang Axel berikan sama sekali belum ia sentuh apalagi dikerjakan.
“Ayok Vi, buruan!” serunya panik, ia segera menyeret lengan temannya itu.
Via tampak bingung, tapi ia dengan cepat membaca situasi. Matanya melihat Axel yang mendekat, ia langsung menangkap bahwa Kiara hendak menghindari pria itu.
“Ayok,” ujarnya mempercepat langkah.
Tapi gercep. Axel meraih kerah seragam Kiara dari belakang, alih-alih tangannya pria itu malah mencengkeram apapun yang tampak mudah diraih olehnya.
Kiara sontak terhenti. “Akh…” dengusnya.
Gadis itu langsung berbalik menatap pemuda yang mencengkeramnya. Axel berdiri dengan tatapan datar, satu tangannya menggenggam sebuah lunch box yang disiapkan oleh ibunya tadi pagi.
“Mau kemana?”
Kiara mendongak. “Itu… mau ke kantin, makan.”
Axel mengangkat tangannya yang memegang lunch box tadi. “Ini… makan siang, bukanya kamu juga bawa tadi?”
“Anu…” Kiara terbata, bingung harus beralasan apa.
“Kembali ke kelasmu, aku ingin periksa hasil tugasmu,” ucap Axel dingin, wajahnya tak berekspresi, pria itu berbalik menuju ke kelas Kiara.
Sementara gadis itu membeku di sana, batinnya berkecamuk sejak tadi. “Sial, dia pasti ngomel lagi,” ujarnya pelan sambil mengacak-acak rambutnya.
“Ra, nggak jadi?” tanya Via.
“Kamu nggak lihat? Pak tutorku sudah berwajah kesal? Dia pasti nggak akan ngijinin aku pergi sebelum tugasku beres,” sahut Kiara, suaranya terdengar gusar.
“Ya udah, aku pergi sama Rafa aja. Nanti aku beliin satu bukunya buat kamu.”
Kiara hanya mengangguk berat, mulutnya mengerucut melepas Via pergi bersama Rafa.
Akhirnya Kiara menyeret langkah beratnya kembali ke kelas, di sana Axel sudah duduk dengan menyilangkan kedua tangan di dada. Menatap ke arah jendela yang terbuka, cahaya matahari dari kaca memantul menyoroti wajah tampannya, dingin, tapi terlihat hangat di mata Kiara.
“Aku belum sempat ngerjain soal terakhir.” Kiara berbicara dan duduk di depan Axel.
Pria itu memutar pelan wajahnya, lalu menurunkan kedua tangan yang sejak tadi bersedekap rapat. “Makan dulu,” ujarnya seraya membuka box bekalnya.
Kiara mengangkat alisnya. “Makan? Kupikir kita akan langsung membahasa pelajaran.”
“Kamu nggak lapar? Aku lapar.”
Kiara memutar bola matanya malas. “Iya, iya, ayo makan.”
...****************...
Bersambung...
Mohon Dukungannya Teman-teman Sekalian...
Jangan Lupa Like, Vote dan Coment! Untuk Menyemangati Penulis.
Salam Hangat Dari Author, 🥰🥰
yg tadinya seneng ketemu cinta pertama yg udah lama ga ketemu
pas ketemu sikapnya beda banget
hhh
🤣
ak pasti menunggunya thor
otakku baru bangun nih