Ini hanya cerita karangan semata. Semoga bermanfaat.
Ini kisah cinta Viola Armada dan Yuko Eraser. Di lengkapi dengan misteri di balik kematian Lazio Eraser, Daddy nya Yuko Eraser.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22
Yuko turun tangga dengan Yuka yang dirangkulnya. Yuko menatap Viola dengan satu alis terangkat. "Lah, ngapain masih disini? Kan sudah aku..."
"Kamu lupa kalau aku baru nginjeki kaki disini sekali ini doang?" tatapan Viola nyalang, penuh kekesalan.
"Oh iya, ya. Lupa," Dengan entengnya Yuko mengatakan itu. "Ya sudah kamu sama Yuka ke gazebo barengan saja. Aku mau masak mie kuah rasa soto, kamu enggak suka mie?" Yuko menatap Viola.
"Kok nannya gitu? Harusnya kamu nannya.nya tuh gini. Kamu suka mie nggak? Entar aku sekalian buatin, gituuu,"
"Lah, kan aku cuma niru kamu tadi. Kena..."
"Heh, sudah-sudah! Kenapa kalian malah debat sih, kalau gitu kapan tuh mie kuah sotonya jadi!" Yuka menengahi. "Lebih baik kita minta bibik saja buat masakin kita mie sama jus jeruk, gimana?" Yuka menatap kakak dan Viola bergantian.
"Kamu sana yang bilang ke bibik. Aku tunggu digazebo sama Viola. Bilangin jangan lama-lama," Setelah itu Yuko merangkul bahu Viola, meninggalkan Yuka yang berdecih kesal karena merasa dipamerin kemesraan. Padahal mah Yuko nggak pamer.
"Yeee, itu mah maunya kamu, Kak." oceh Yuka setelah kakak dan Viola sudah menghilang dibalik tembok. "Pacaran saja terus. Uh! Kesel aku," Yuka menuju dapur dan melihat bibik sedang mencuci piring.
Melihat tuan mudanya datang, Bibik menoleh. "Ada yang ingin dibantu, tuan muda?" tanya bibik sopan.
"Buatkan mie kuah soto sama jus jeruk tiga ya, Bik. Ada temennya Kak Yuko soalnya. Nanti bawa ke gazebo sekalian," kata Yuko. Dia mengambil sepotong singkong rebus yang berada dipiring. Diatas meja dapur.
"Ini apa, Bik? Kok rasanya agak gimana-gimana gitu," Yuko memang baru lihat makanan seperti itu dia baru meni.cipi.nya juga.
Bibik terkekeh, memaklumi tuan mudanya yang berasal dari orang kaya. Kalau orang kaya kan makanannya aneh-aneh, beraneka ragam gitu dan itu hanya menurut pemikiran bibik saja sih.
"Itu namanya singkong, tuan. Itu pak satpam yang minta katanya biar enggak ngantuk. Kalau tuan suka ya dimakan saja, bawa kedepan juga boleh, nanti bibik rebus lagi. Masih banyak itu yang mentah," Bibik menunjuk singkong mentah dibawah meja dapur, didalam kresek bening.
"Enggak, deh. Entar kenyang malah nggak jadi menikmati mie kuah rasa soto. Jangan lama-lama masak mie nya, Bi. Itu perintahnya kak Yuko,"
"Siap, tuan muda."
Setelah itu, Yuka keluar dapur menuju gazebo. Disana dia melihat Viola dan Yuko sedang tertawa bersama, entah menertawakan apa.
"Ehem-ehem! Pacaran saja terus, inget ya, kalian masih pada bocah loh," Yuka datang, dia duduk ditengah-tengah Viola dan Yuko, lalu mengambil satu potong kue yang ada dalam box didekat Viola.
"Kamu ngapain duduk ditengah sih? Sini sebelah aku," Yuko menarik lengan kaos Yuka, membuat Yuka tertarik dan terpaksa duduk disebelah kakaknya.
"Aduh! KDRT kamu Kak, hisss..." Yuka berpura-pura kesal, padahal mah enggak. Hanya sedikit iri saja karena dirinya masih jomblo. Tapi ya, tidak ngenes. Bagi Yuka sekolah masih yang utama kok.
Mereka bertiga mengobrol, mereka membicarakan hal random yang kadang membuat tertawa dan kesal bersamaan. Dan kedatangan bibik membuat ketiganya berhenti membahas hal tidak penting itu, berganti dengan sorakan senang karena tidak sabar menikmati gurihnya mie kuah soto.
"Makasih bibik." kata Viola.
"Sama-sama, Nona. Temannya tuan Yuko atau temannya tuan Yuka si Nona ini?" tanya bibik sambil menaruh jus jeruk didepan mereka.
"Teman sekolahnya Yuko bik, cuma beda kelas saja." Viola tersenyum manis, yang tanpa disadarinya senyuman itu menular pada orang lain.
"Oh begitu. Bibik ke belakang dulu ya, Nona. Masih ada pekerjaan," ucap bibik setelah selesai dengan tugasnya.
"Iya, Bik." Viola menatap kepergian bibik lalu menoleh, Viola terkejut kala Yuko dan Yuka menatap kearahnya dengan bibir tersenyum.
"Kalian kenapa?" Viola mendorong kening Yuka dan Yuko bergantian. Membuat mereka berdua terkekeh bersama tanpa direncana.
"Kamu cantik," Yuko menyelipkan sehelai rambut Viola yang menutupi mata ke telinganya, hampir saja sehelai rambut itu mencoloknya.
Viola mendadak gugup. "Kan cewek, kalau cowok mah ganteng. Iya, kan?" Viola mengambil segelas jus jeruk jatahnya, meminumnya sedikit untuk menutupi rasa gugup dan bahagianya.
Memangnya cewek mana sih yang enggak seneng kalau dibilang cantik sama cowok? Kek nya sih enggak ada ya?
"Enggak semua cewek itu cantik, Vio. Termasuk kamu,"
Uhuk-uhuk!
Viola tersedak jus jeruk hingga wajahnya memerah, tenggorokannya terasa sakitnya luar biasa. Untung saja masih bisa mengontrol diri biar jusnya enggak menyembur kemana-mana.
"Sialan si Yuko dia ngatain aku enggak cantik, huh!" batinnya, rasa kesalnya meletup-letup. "Tadi dia bilang aku cantik, kenapa sekarang dia bilang aku enggak cantik? Apa maksudnya coba?" rasa kesal Viola semakin menjadi tapi hanya bisa dibatin. Pingin ngomong jujur? Ya malu lah.
"Kamu itu enggak hanya sekedar cantik tapi cantik banget,"
Wajah Viola yang memerah karena tersedak perlahan berubah memerah karena bersemu, merona malu dan seperti ada kupu-kupu menggelitik di dadanya. Geli-geli gimana gitu.
Viola menunduk sambil mengusap sisa jus yang belepotan di sudut bibir. Viola terlalu malu karena salah sangka pada ucapan Yuko barusan. "Yuko, please jangan ngegombal deh ya. Soalnya aku nggak gampang baper, jadi ya percuma." bohongnya, padahal mah Viola sudah salting tingkat dewa.
"Kalau kamu enggak mudah baper. Aku akan berusaha bikin kamu baper, gimana?" Yuko menatap Viola lebih dekat, mengamati wajah Viola yang berubah memerah. "Kamu sakit?" tangan Yuko terulur memeriksa kening Viola.
"E-enggak kok. Dih, siapa juga yang sakit," Viola menarik tangan Yuko dari keningnya, mendorong dada Yuko agar dia tidak terlalu dekat dengan wajahnya.
Dan Yuka hanya bisa berdecih melihat Viola dan Yuko yang mau-mau tapi malu. Tak menghiraukannya, Yuka memilih menikmati mie kuah rasa soto miliknya.
"Kalau kamu nggak sakit, kenapa muka kamu merah begitu? Persis orang lagi demam," Yuko masih tidak percaya pada Viola yang mengatakannya tidak sakit, sudah jelas-jelas wajah Viola memerah gitu. Yuko masih menatapnya dengan seksama.
"Apa sih, Yuko. Jangan liatin aku kek gitu, deh. Aku risih tauk!" Bukannya apa-apa hanya saja Viola ngerasa susah napas, deg-degan banget, dan pokoknya Viola maluuu.
"Kenapa risih, Viola? Orang aku cuma mau mastiin kalau kamu baik-baik saja kok. Hadap sini, coba,"
"Kak, cewek kamu tuh lagi salting tauk. Dia malu kamu liatin mulu, ya masa gitu aja kamu enggak peka," cetus Yuka tiba-tiba.