Suamiku, dia tidak selingkuh tapi membuat aku kesepian. Dia tidak jahat tapi dia membuat aku terluka akan sikap acuhnya. Dia tidak kasar tapi dia selalu menyepelekan segala hal tentang perasaanku dan lebih sibuk dengan ponselnya daripada bersenda gurau denganku. Aku kesepian, namun aku selalu menyemangati diriku sendiri hingga aku bertemu dengan Zavran, teman sekolahku dulu yang pernah menyatakan cinta padaku namun aku tolak karena aku pikir suamiku lah pria terbaik untukku.
Setelah pertemuan tak sengaja, kami mulai berhubungan. Kami saling suport hingga membuat aku tidak menyadari akan perasaan ini. Aku nyaman bersamanya, aku merasa di perhatikan olehnya, aku merasa di hargai dan di sayangi. Rasa yang tidak pernah aku dapatkan dari suamiku sendiri.
Lalu bagaimana aku memendam perasaan ini? Apakah aku akan menyerah pada perasaan ini? Ikuti kisahku hanya di sini.
Terima kasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENDATANGI PEBINOR
Jeduaarrr....
Terasa petir menyambar tubuh Brian saat ini. Detakan jantungnya terasa berhenti seolah ia mau mati. Ia menatap Dera dengan tatapan masih tak percaya. Bagaimana Dera bisa melakukan itu semua? Ya, Brian akui jika Ia telah membuat sang istri kesepian, namun ia tidak pernah menyangka jika Dera tega mengkhianatinya. Bukan kah selama ini ia selalu setia pada Dera? Meskipun sikapnya acuh namun ia tidak pernah bermain api di belakang Dera. Apa kesetiannya selama ini masih kurang untuk mempertahankan cinta mereka? Pikir Brian.
" Mas masih tidak percaya dengan ucapanmu dek. Rasanya tidak mungkin kamu mengkhianati cinta kita. Mas mengenal kamu lebih dari apapun. Apa ini balasan atas sikap mas selama ini padamu?" Brian menatap Dera begitu pun sebaliknya. Namun detik berikutnya Dera menundukkan kepala. Ia tak kuasa menatap mata Brian yang penuh kekecewaan.
" Maafkan aku mas! Aku tidak bisa menjaga hati ini." Ucap Dera penuh rasa bersalah. Dengan tangan gemetar Dera menunjukkan buku pink kepada Brian. Brian tersenyum. kecut, kali ini ia percaya dengan apa yang Dera katakan. Ia mengambil buku itu lalu membukanya berharap menemukan nama pria yang tertera di sana. Siapa tahu Dera hanya mengepranknya. Bisa saja Dera hamil sebelum ia pergi ke kota J. Dengan begitu Dera pasti mengandung anaknya. Namun rupanya usahanya sia sia karena di data suami tidak ada nama siapapun alias kosong. Dan yang lebih membuatnya kecewa lagi, umur kehamilan Dera yang memasuki lima minggu. Itu artinya anak dalam kandungan Dera memang bukan miliknya.
" Siapa pria itu?" Selidik Brian mengalihkan pandangannya menatap Dera.
" Siapa pun dia, mas tidak perlu tahu." Sahut Dera.
" Mas harus tahu Dera. Pria seperti apa yang bisa membuatmu nyaman dan membuatmu jatuh cinta. Beritahu mas siapa dia!" Desak Brian.
" Aku tidak akan mengatakannya mas. Yang jelas dia tidak sesempurna mas dalam menjaga kesetiaan." Sahut Dera.
" Heh." Kekeh Brian. " Jika dia tidak sempurna, bagaimana kau bisa jatuh cinta padanya? Apa karena terlalu kesepiannya sampai kamu merasa nyaman dengannya? Aku yang memberimu segalanya selama satu tahun ini kalah dengan dia yang hanya memberikan sedikit perhatiannya padamu, seperti sudah makan belum? Lagi apa? Jangan lupa makan! Jangan lupa minum obat biar cepet sembuh. Selamat malam, semoga mimpi indah. Apa perjuangan mas selama ini tidak ada artinya bagimu? Mas berpikir, tidak perlu memberikan perhatian sampai sebegitunya demi untuk menunjukkan rasa cinta kita. Cukup dengan memberimu materi yang tidak ada kata kurangnya. Tapi rupanya aku salah. Rupanya kau tidak hanya membutuhkan materi, tapi kau juga membutuhkan kasih sayang. Lalu bagaimana dengan aku?"
Dera yang terkejut dan tidak paham dengan maksud Brian, langsung menatapnya. Tatapan keduanya saling bertemu namun Dera kembali memutuskannya lebih dulu.
" Mas bekerja siang malam demi bisa menuruti apapun keinginanmu. Demi bisa membuatmu bahagia dan tidak mengeluh kekurangan. Aku sakit di sana kamu tidak merawatku. Aku capek di sana, kamu tidak memijatku. Aku lapar di sana, kamu tidak menyiapkan makanan untukku. Aku mau apapun kamu tidak menyiapkan segala sesuatu yang aku butuhkan. Sama sepertimu, aku juga selalu sendiri. Aku juga kesepian sepertimu, tapi aku tidak pernah punya niatan untuk mencari kenyamanan pada wanita lain. Tapi kamu? Hanya di beri sedikit perhatian saja sudah terlena. Bahkan dengan alasan jatuh cinta, kamu sampai mengandung anaknya. Kamu benar benar membunuhku dengan sikapmu ini Dera. Kamu benar benar telah menghancurkan aku." Ucapan Brian begitu mengena di hati Dera. Rasanya sakit seperti di cabik cabik seekor hewan buas.
" Hiks aku minta maaf mas. Aku tidak tahu harus bagaimana untuk menebus kesalahanku padamu." Ucap Dera di sela sela isakannya.
" Bahkan nyawamu saja tidak bisa menebus dosamu ini. Selain kau pengkhianat, kau juga telah berbuat zina. Aku benar benar menyesal telah mengenalmu. Orang yang paling aku percaya dan paling aku cinta telah menusukku dari belakang. Sampai kapan pun kau tidak akan pernah bahagia Dera karena kau telah menghancurkan kebahagiaanku."
Dera semakin terisak dalam tangisannya. Ia menyesali perbuatannya, namun nasi telah menjadi bubur. Andai saja Brian memberinya kesempatan, ia lebih rela kehilangan anak dalam kandungannya daripada kehilangan pria seperti Brian. Memang penyesalan datang belakangan, tanpa Dera sadari ia telah membuat kesalahan tanpa ia pikirkan akibatnya.
" Sekarang katakan siapa pria itu! Aku harus memberinya pelajaran agar dia tidak menggangu wanita lain lagi setelah dia menjadi suamimu nanti. Karena pada dasarnya selingkuh itu penyakit. Penyakit yang tidak bisa di sembuhkan sampai dia mati."
Deg...
Jantung Dera terasa berhenti berdetak.
" Penyakit? Tidak bisa di sembuhkan?" Dera mencoba berpikir untuk sejenak.
" Bagaimana kalau ternyata aku bukan satu satunya wanita yang di buat nyaman oleh Zavran? Bagaimana kalau ternyata Zavran punya wanita lain selain aku dan istrinya? Ya Tuhan, kenapa aku tidak berpikir sampai ke situ? Kenapa aku justru terbuai dalam rayuannya?" Kepercayaan Dera kepada Zavran mulai goyah. Ia khawatir jika ternyata Zavran memiliki banyak wanita lain selain dirinya.
" Dera!!!!"
Ucapan Brian menyadarkan Dera dari lamunannya.
" Ah sudah aku katakan tadi, mas tidak perlu tahu siapa dia. Biarkan ini menjadi rahasia di antara kami." Sahut Dera.
Brian mengangguk anggukkan kepalanya. " Begitu cintanya kamu sama dia sampai sampai kamu melindunginya. Tidak masalah, aku akan mencari tahu sendiri. Jika aku sudah menemukannya maka kau hanya akan melihat jasadnya saja."
Lagi lagi Dera terkejut dengan ucapan Brian. Brian seperti sosok asing yang baru ia temui.
" Aku tidak bisa... "
Belum sempat Dera menyeesaikan ucapannya tiba tiba ponselnya berdering. Tatapan Brian dan Dera tertuju pada ponsel yang menyala yang ada di atas meja.
" Zavran." Gumam keduanya.
Dera hendak mengambil ponselnya namun kalah cepat dengan Brian.
Hap...
Brian langsung mengambil ponsel Dera, ia mengangkat panggilan dari Zavran.
" Halo Ra, gimana? Apa kamu sudah menyelesaikan masalahmu dengan Brian?"
Dera memejamkan matanya merutuki kebodohan Zavran yang langsung to the point. Brian mengepalkan erat tangannya begitu mendengar suara yang sangat tidak asing baginya. Ia mematikan sambungan teleponnya lalu membanting ponsel Dera hingga hancur berkeping-keping.
Prak...
Tanpa berkata apa apa ia segera bangkit dan berjalan cepat menuju pintu. Dera yang tahu jika saat ini Brian sedang emosi segera mengejarnya.
" Mas tunggu! Kamu mau kemana?" Dera mencekal lengan Brian namun Brian langsung menghentaknya hingga tangan Dera terlepas. Ia berjalan menuju rumah Zavran dengan langkah tegap. Dera berlari di belakangnya sambil terus memanggil namanya.
" Mas tunggu! Jangan buat keributan! Malu sama tetangga."
Namun Brian tidak mengindahkan ucapan Dera, emosinya memuncak sampai ke ubun ubun. Yang ada dalam pikirannya saat ini adalah bagaimana caranya menghabisi Zavran, sang pria yang membuat istrinya jatuh cinta yang sialnya menjadi tetangganya.
Sampai di depan rumah Zavran, Brian masuk begitu saja rumah yang pintunya tidak tertutup itu. Sampai tiba tiba...
" Argh!!!!"
TBC...