Bismillah karya baru FB Tupar Nasir
WA 089520229628
Sekuel dari Ya, Aku Akan Pergi Mas Kapten
Kapten Excel belum move on dari mantan istrinya. Dia ingin mencari sosok seperti Elyana. Namun, pertemuan dengan seorang perempuan muda yang menyebabkan anaknya celaka mengubah segalanya. Akankah Kapten Excel Damara akan jatuh cinta kembali pada seorang perempuan?
Jangan lupa ikuti kisahnya, ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 Kedatangan Erni
Lusanya, Bi Ocoh dan Mang Udin akhirnya pulang dan kembali dari kampung halamannya.
"Bi Ocoh. Syukurlah Bibi dan Mang Udin sudah kembali." Zinni terlihat senang ketika Bi Ocoh sudah kembali. Tapi, di balik itu, dia merasa bingung, apa yang harus dia kerjakan setelah Bi Ocoh kembali?
"Iya, Neng. Bibi bawa oleh-oleh banyak ala kampung," ujar Bi Ocoh sembari mengeluarkan satu per satu oleh-oleh yang Bi Ocoh bilang tadi.
"Wah, pasti oleh-oleh kampungnya enak-enak, nih. Banyak lagi, Bi." Zinni ikut mengeluarkan oleh-oleh yang dibawa Bi Ocoh.
Tiba-tiba Excel menghampiri ke dapur lalu memanggil Zinni. Di depan Bi Ocoh, Excel bicara. "Zinni, kamu tetap dibutuhkan di rumah ini, apalagi kalau anak saya datang dan ingin ngingap di rumah ini. Jadi, kamu tidak usah merasa bingung apa-apa saja yang harus kamu lakukan di sini," ujar Excel menguapkan kebingungan yang sempat Zinni rasakan sebelumnya.
"Siap, Pak Excel." Zinni terlihat lega setelah Excel menyampaikan kabar itu. Excel pun berlalu setelah menyampaikan maksudnya.
"Neng Zinni, memangnya selama bibi pergi Non Nada tida di sini?" Bi Ocoh bertanya dengan wajah kelihatan bingung.
"Di sini beberapa hari, Bi. Tapi, seminggu setelah Bi Ocoh dan Mang Udin tidak berada di sini, Nada minta tinggal di neneknya, kata Pak Excel," ujar Zinni apa adanya seperti apa yang dia dengar dari Excel.
"Oh, begitu, ya, Neng?" ujar Bi Ocoh lagi. Zinni mengangguk.
"*Kalau begitu, selama seminggu Neng Zinni berada di rumah ini hanya berdua dengan Den Excel. Apa di antara mereka tidak terjadi apa-apa, mereka hanya berdua dan ... ah ya, ampun, apa yang aku pikirkan? Tidak mungkin Den Excel sepicik itu, Neng Zinni juga tidak mungkin. Tapi? Ah, terserah. Aku tidak perlu ikut campur urusan mereka, mereka sudah sama-sama dewasa dan punya tanggung jawab masing-masing yang harus dipertanggung jawabkan di hadapan Tuhan*." Bi Ocoh membatin.
***
Dua hari kemudian setelah kepulangan Bi Ocoh dari kampung. Siangnya tiba-tiba Bi Ocoh kedatangan tamu yang tidak diundang. Dia langsung masuk melewati pagar rumah yang tidak dikunci Mang Udin. Sementara Mang Udin, baru sepuluh menit yang lalu pamit sama Bi Ocoh untuk ke pasar. Pagar rumah, ternyata tidak dikunci lagi oleh Mang Udin, sehingga tamu yang tidak diundang itu bisa langsung serobot ke dalam pagar rumah.
"Mbak Erni, ini Mbak Erni yang dulu pernah ngamuk di rumah ini, kan? Saya mohon maaf, Mbak. Tolong jangan main masuk pintu pagar, harusnya Mbak permisi dan mengetuk dulu, agar yang berada di rumah ini enak dan tidak merasa terkejut atas kedatangan Mbak Erni," ujar Bi Ocoh tidak senang kedatangan Erni yang tiba-tiba.
Kejadian ini mengulang kembali pada kejadian dua tahun yang lalu, saat Excel baru berpisah dari Elyana. Erni ngamuk saat itu.
Bi Ocoh sedikit panik, karena di rumah ini tidak ada Mang Udin, suaminya yang baru pergi ke pasar.
"Heh, babu tua, jangan sok berkuasa di rumah ini. Kamu itu hanya seorang babu. Jadi, jangan tanya ini itu sama gue," sengor Erni judes dan kasar. Bi Ocoh mencuih, dia tidak suka dengan mulut kasar Erni yang begitu merendahkannya.
"Ya ampun, Mbak. Biarpun saya hanya seorang babu. Akan tetapi, saya masih tahu sopan santun dibanding Mbak Erni yang masuk rumah orang tanpa permisi dan langsung serobot. Katanya pendidikan tinggi profesi tenaga kesehatan, apa tidak malu dengan pendidikan yang dikenyam Mbak Erni?" Bi Ocoh membalas karena muak selalu dihina Erni.
"Diam kau babu, jangan sok pintar ngomong. Katakan, apakah benar di rumah ini, majikanmu si Excel memelihara cabe-cabean? Sangat munafik, dulu mengusir gue, tapi sekarang yang dia lakuin memelihara cabe-cabean. Memang tuanmu itu penjahat wanita," sentak Erni membuat Bi Ocoh mendengus kesal.
"Sudah Mbak, silahkan hina saya sepuas Mbak. Tapi, setelah ini, saya mohon Mbak segera pergi. Karena saya tidak enak jika kedatangan Mbak diketahui Den Excel."
"Diam kamu, sejak kapan kamu mengatur-ngatur hidup gue? Jawab saja pertanyaan gue, di mana si cabe-cabean jablay itu?" dengus Erni kesal pada Bi Ocoh.
"Memangnya kenapa, Mbak?" Bi Ocoh balik bertanya dengan kening mengkerut dalam.
"Kamu sama saja, ditanya malah balik bertanya. Dasar babu," sentak Erni lagi-lagi menghina.
"Ya ampun Mbak, semakin saya lawan, Mbak Erni malah semakin menjadi," tukas Bi Ocoh.
"Sekali lagi jawab pertanyaan gue. Di mana perempuan bernama Zinni, apa mereka tidur satu kamar dengan Excel?" tanya Erni garang.
"Tidur satu kamar atau tidak, apa hak Mbak Erni mengusik hidup mereka? Tapi setahu saya, mereka tidak tidur satu kamar. Neng Zinni tidur di kamar bawah, sementara Den Excel tidur di kamar atas," terang Bi Ocoh.
"Alah nggak percaya gue. Pasti kamu menutupi semua ini agar tidak diketahui tetangga. Sama saja kau babu tua, kau biarkan mereka di rumah ini kumpul kebo. Awas, ya, aku laporkan pada pihak RT setempat kalau di rumah ini ada pasangan kumpul kebo," kilah Erni semakin kencang suaranya.
"Bi Ocoh ada apa, Bi?"
Tiba-tiba Zinni muncul sembari menjinjing pel dorong. Dia habis dari lantai atas mengepel lantai yang sudah mulai kusam.
Erni menoleh ke arah Zinni yang menatap ke arahnya dengan wajah sinis disertai senyum mengejek.
"Nah, akhirnya muncul juga si cabe-cabean. Kusam dan kuyu begini, apa yang menarik di mata Excel. Gue tahu, pasti servisan di ranjang yang lebih hot dan menantang," ejek Erni sinis dan menusuk hati.
"Eh, siapa ini? Jangan sembarangan kamu ngomong, ya, Mbak. Saya tidak seperti apa yang mbak tuduhkan." Zinni bersuara dan membela dirinya yang dituduh tidak benar oleh Erni, perempuan yang pernah ditemuinya saat acara ulang tahun salah satu teman Excel.
"Munafik. Mana ada maling ngaku. Lihat saja, aku laporkan kehadiran kalian di rumah ini dengan tuduhan kumpul kebo.Biar kalian diarah keliling komplek," ancam Erni.
"Enak saja. Apanya yang mau diarak, kami tidak melakukan hal yang dituduhkan Mbak ini," sangkal Zinni. Emosinya mulai tersulut karena ia merasa dituduh yang sangat kejam.
"Alah mana ada maling ngaku. Di depan gue saja kalian berani ciuman, apalagi di rumah ini yang hanya ada kalian berdua," tuduh Erni lagi sambil mendekati Zinni.
Bi Ocoh segera menghubungi suaminya dan juga Excel atas kericuhan ini. Sebab Erni sepertinya akan susah dikendalikan dan diusir.
"***Erni? Kebetulan saya sedang menuju ke rumah, Bi. Tolong, Bi Ocoh, lindungi Zinni jangan sampai diapa-apain sama perempuan itu***," balas Excel ketika Bi Ocoh berhasil menghubungi Excel.
kawal si exel sm zinni sampai ke pelaminan