NovelToon NovelToon
Hanya Sebuah Balas Dendam

Hanya Sebuah Balas Dendam

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Mengubah sejarah / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Hazelnutz

Wu Lan Cho, adalah sebuah Negeri yang sangat penuh dengan misteri, pertumpahan darah, perebutan kekuasaan. salah satu kekaisaran yang bernama Negeri Naga yang di pimpin oleh seorang Kaisar yang sangat kejam dan bengis, yang ingin menguasai Negeri tersebut.

Pada saat ini dia sedang mencari penerusnya untuk melanjutkan tekadnya, dia pun menikahi 6 wanita berbeda dari klan yang mendukung kekaisarannya. dan menikahi satu wanita yang dia selamatkan pada saat perang di suatu wilayah, dan memiliki masing-masing satu anak dari setiap istrinya.

Cerita ini akan berfokus kepada anak ketujuh, yang mereka sebut anak dengan darah kotor, karena ibunya yang bukan seorang bangsawan. Namanya Wēi Qiao, seorang putri dengan darah gabungan yang akan menaklukan seluruh negeri dengan kekuatannya dan menjadi seorang Empress yang Hebat dan tidak ada tandingannya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hazelnutz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kastil Kaki Naga Langit

Dua minggu telah berlalu sejak malam ketika Wēi Qiao memulai latihan bersama suara misterius di kepalanya. Dalam waktu singkat, ia menaklukkan seluruh gerakan dari Pedang Kupu-Kupu Kembar—ilmu bela diri yang rumit dan hanya diwariskan pada mereka yang benar-benar terpilih. Lima hari. Hanya lima hari. Dan kini, gerakannya sudah sehalus aliran air namun secepat kilat menyambar.

Malam itu, bulan purnama menggantung sempurna di langit. Udara dingin menyelimuti seluruh istana.

Di depan gerbang besar berlapis baja hitam, Wēi Qiao berdiri tegak. Matanya menyala, tatapannya tajam bak pedang yang baru diasah. Dalam hati, hanya satu tujuan: menemukan pembunuh ibunya… dan merebut kembali tahta Negeri Naga.

Langkah pelan terdengar dari belakang. Penjaga Yue Lan menghampiri, tangannya terulur membenarkan lipatan jubah Wēi Qiao. Senyum hangat menghiasi wajahnya, namun di balik itu terselip rasa khawatir.

“Jaga dirimu baik-baik, Putri,” ucapnya lembut. “Ingat, keberanian harus ditemani kebijaksanaan. Dan jangan pernah menunjukkan semua yang kamu miliki di awal.”

Bagi Wēi Qiao, suara itu seperti suara ibunya yang kembali.

“Aku mengerti, Yue Lan. Terima kasih… untuk segalanya,” balasnya dengan suara yang nyaris bergetar.

Mereka berbincang sebentar, membicarakan hal-hal kecil, seolah ingin memperpanjang waktu sebelum berpisah. Lalu, tanpa kata lagi, Wēi Qiao menunduk hormat, membalikkan badan, dan berjalan meninggalkan istana.

Perjalanan menuju Kastil Kaki Naga Langit memakan waktu tiga hari dua malam. Wēi Qiao menunggang kuda hitam pemberian Yue Lan, melintasi hutan berkabut, lembah curam, dan desa-desa kecil. Di sepanjang jalan, ia bertemu rombongan pemuda dari berbagai daerah. Beberapa menatapnya penasaran, sebagian lain bahkan mencoba mengukur kekuatannya hanya dengan pandangan.

Namun Wēi Qiao tetap diam, pikirannya terus berputar memikirkan wajah ibunya… dan enam klan besar yang ia curigai terlibat.

Pada hari ketiga, menjelang sore, gerbang raksasa Kastil Kaki Naga Langit menjulang di hadapan matanya. Bangunan itu bagai seekor naga yang sedang berbaring, kaki-kakinya menopang awan, punggungnya membelah langit. Dindingnya terbuat dari batu hitam yang memantulkan cahaya matahari sore.

Di depan gerbang, ratusan pemuda dan pemudi mengantri untuk mendapatkan nomor dada. Suasana riuh, langkah kaki bercampur dengan teriakan panitia.

Wēi Qiao ikut mengantri. Namun ketika gilirannya tiba, petugas yang berjaga memeriksa daftar, lalu menggeleng.

“Nomor untukmu… tidak ada.”

Dahi Wēi Qiao berkerut.

“Tidak ada? Bukankah semua peserta seharusnya sudah terdaftar?”

Petugas itu mengangkat bahu dengan senyum tipis yang menyebalkan. “Mungkin hilang. Mungkin belum dikirim. Atau…” ia berhenti, memandang Wēi Qiao dari ujung kepala hingga kaki, “…mungkin memang tidak ada tempat untukmu di sini.”

Dasar enam klan besar busuk! Wēi Qiao mengumpat dalam hati. Pasti ini ulah mereka. Selalu ingin menginjak-injakku. Tunggu saja… satu hari nanti, kalian akan sujud di hadapanku!

Ia berdiri di samping gerbang, kedua tangan terlipat di dada, matanya mengawasi proses pembagian nomor sambil terus menggerutu dalam hati. Enam klan besar ini benar-benar seperti racun. Menghisap semua yang mereka bisa, lalu membuang orang yang mereka anggap tak berguna. Menjijikkan!

Setelah hampir satu jam menunggu, akhirnya seorang panitia lain datang membawa sebuah kain merah kecil. Nomor dada berwarna merah darah, dengan angka 7 yang terpatri jelas di tengahnya.

Petugas itu menempelkannya di dada Wēi Qiao.

“Nomor tujuh. Anak terakhir Kaisar Negeri Naga,” ucapnya dengan nada yang sulit dibaca—antara hormat dan sinis.

Wēi Qiao melangkah masuk ke halaman utama kastil. Pemandangan di dalam membuatnya tertegun. Hampir seribu peserta berdiri berbaris rapi, dan di barisan paling depan berdirilah enam sosok yang sangat ia kenal—keenam kakak tirinya.

Wēi Longzhen, kakak pertama dari Klan Pedang Besar, seorang pria tinggi dengan mata setajam bilah yang ia bawa di punggung.

Wēi Jianhua, kakak kedua dari Klan Kipas Besi, wanita anggun namun memancarkan aura dingin.

Wēi Ruyao, kakak ketiga dari Klan Rapier Racun, pria berwajah tampan namun senyumnya licik.

Wēi Xiàolán, kakak keempat dari Klan Tombak Panjang, wanita dengan tatapan tajam bak tombaknya.

Wēi Hanfeng, kakak kelima dari Klan Pedang Kembar Petir, tubuhnya berotot, gerakannya memancarkan energi listrik halus.

Wēi Yuqi, kakak keenam dari Klan Peluit Perang, wanita cantik yang dikenal memimpin pasukan hanya dengan siulan.

Dan di belakang mereka, sendirian, berdirilah Wēi Qiao—nomor tujuh.

Tiba-tiba, udara di lapangan berubah. Aura menekan datang dari aula pusat kastil. Satu per satu, pengawal pribadi Kaisar keluar.

Pertama, Liang Tianyu—Langit Perkasa, empu senjata terhebat Negeri Naga.

Kedua, Zhao Wenqian—Kebijaksanaan dan Kekuatan, seorang jenderal perang yang telah menaklukkan tujuh kerajaan kecil.

Ketiga, Han Longwei—Naga Perkasa, penjaga yang mampu mengalahkan sepuluh pendekar hanya dengan tangan kosong.

Ketiganya berjalan memasuki lapangan, langkah mereka memancarkan aura yang membuat banyak peserta menelan ludah.

Lalu, suara langkah yang berbeda terdengar. Berat, namun teratur. Setiap hentakan seolah mengguncang tanah. Dan kemudian, ia muncul.

Wēi Longyan—Kaisar Negeri Naga. Tingginya menjulang, matanya tajam, wajahnya memancarkan wibawa sekaligus kebengisan.

Kerumunan menjadi riuh, namun terpotong oleh teriakan lantang Liang Tianyu.

“SEMUANYA DIAM!!”

Hening.

Kaisar melangkah maju, suaranya pelan… namun entah bagaimana terdengar hingga sudut terjauh kastil.

“Selamat datang di Kastil Kaki Naga Langit. Tingkatkan Ilmu Bela diri Kalian disini, Ikuti semua pelajaran yang kalian bisa. Dan jadilah Kekuatan Bagi Negara Naga, Karena masa depan negara kita ada di tangan kalian.”

Itu adalah pertama kalinya Wēi Qiao melihat ayahnya dari dekat. Dalam hatinya, ia terkejut—begitu pelan, namun setiap kata seolah bergema di tulang.

Tatapan mereka bertemu. Mata Kaisar menatapnya—tajam, dingin, penuh penilaian.

“Akan kutanyakan soal ibu padamu… A-Y-A-H.”

Wēi Qiao mengeja kata itu dalam hati, setiap hurufnya penuh amarah yang ia pendam.

Setelah Kaisar berkata demikian, seluruh calon murid Kastil Kaki Naga Langit sontak bergemuruh, meneriakkan,

"HIDUP KAISAR NAGA!"

Suara mereka bersatu dengan dentuman terompet tanduk yang ditiup panjang, menggetarkan udara di halaman utama.

Kaisar menatap mereka sejenak, bibirnya melengkung tipis, lalu berbalik dan melangkah pergi diiringi para pengawal istana.

Begitu sosoknya menghilang dari pandangan, semua kepala mulai menoleh ke arah belakang—ke arah Wēi Qiao. Desis-desus segera menyebar, tajam bagaikan anak panah yang dilumuri racun.

"Itu kan… anak haram kaisar?"

"Darah kotor seperti dia, bagaimana bisa ada di sini?"

"Hmph, memalukan. Bahkan bayangan ibunya saja membawa aib."

"Dia pikir bisa menjadi murid Kastil Kaki Naga Langit? Menjijikkan."

Semua kata-kata itu sampai jelas di telinga Wēi Qiao. Tatapannya tetap ke depan, tapi rahangnya mengeras. Di sudut matanya, ia menangkap sosok kakaknya—Wēi Xiaolan—yang menyeringai puas.

"Aku tidak perlu repot-repot menyewa pembunuh bodoh itu untuk menghabisimu…" kata Xiaolan dengan nada rendah, penuh racun. "Aku bisa membunuhmu di sini… kapan saja aku mau."

Tatapannya penuh kesombongan, sementara senyum licik mengembang di wajahnya.

Di dalam dada Wēi Qiao, amarah membuncah seperti api yang hampir meledak. Tangannya sedikit bergetar, dan untuk sesaat ia membayangkan menebas semua mulut yang berani menghina ibunya. Namun, dalam hati ia berbisik pada dirinya sendiri:

"Bukan itu tujuanmu. Kau di sini bukan untuk membalas dendam mereka… tapi untuk sesuatu yang jauh lebih besar."

Ia menarik napas dalam-dalam, membiarkan amarah itu mengendap seperti bara yang tersimpan. Tatapannya tetap dingin, tapi di balik mata itu, sebuah janji terbentuk—janji bahwa semua penghinaan ini akan terbayar, namun dengan cara dan waktu yang ia tentukan sendiri.

1
aurel
hai kak aku udah mampir yuk mampir juga di karya aku
Nanabrum
Gila sejauh ini gw baca, makin kompleks ceritanya,

Lanjuuuuutttt
Mii_Chan
Ihhh Lanjuuuuutttt
Shina_Chan
Lanjuttt
Nanabrum
LANJUUUT THOOOR
Nanabrum
Uwihhh Gilaaa banget
Shina_Chan
Bagus, Tapi harus aku mau tunggu tamat baru mau bilang bagus banget
Gerry
karya nya keren, di chapter awal-awal udah bagus banget, semoga authornya bisa makin rajin mengupload chapter-yang bagus juga kedepannya
Gerry
Sumpaaah kereeeeen
Gerry
Gilaaakk
Teguh Aja
mampir bang di novel terbaruku 😁🙏🏼
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!