NovelToon NovelToon
Sukses Setelah Disepelekan

Sukses Setelah Disepelekan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Spiritual / Berbaikan / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: FAMALIN

Wanita yang sering menangis dalam sujudnya, dia adalah Syifa Salsabila, seorang istri yang selalu dihina dan direndahkan ibu mertua dan saudara iparnya lantaran ia hanya seorang ibu rumah tangga tanpa berpenghasilan uang membuatnya harus berjuang. Dengan kesabaran dan perjuangannya yang tak kenal lelah akhirnya kesuksesan pun berpihak padanya. Akankah ia balas dendam setelah menjadi sultan? ...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FAMALIN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

"Yupz, Setuju, Tapi baik juga misal bang Zaki bisa mensholehahkan seorang istri, cuma ya kembali lagi tentunya itu sesuatu yang tidak mudah." ujar Syifa mengakui kodrat wanita sebagai tulang rusuk yang bengkok.

"Nah itu dia, Harus ektra sabar dan sabar!"

"He he, maafin kaum kami, Bang. Yang suka labil ini,"

"Dan kamu tahu, Zaki? Labilnya seorang istri itu bikin cenut-cenut kepala, bisa tiba-tiba tersenyum dan juga bisa tiba-tiba menangis, hmm suka aneh banget pokoknya ..." Ungkap Fahri dengan mode bercanda.

"Apaan sih, Mas. Jangan curhat dong! Kan malu sama Bang Zaki," sahut Syifa menunjukkan keberatannya atas ucapan suaminya barusan.

"Nggak apa-apa, Sayang. Justru biar jadi pembelajaran bagi Zaki next time kalau dia sudah menikah dan apabila menemui istrinya seperti itu berarti normal dan kami para laki-laki harus selalu mengalah. Iya kan?"

"Baru juga mau otw cari istri, tapi sudah ditakut-takutin gitu jadi serem, Bang. He he ..."

"Tapi jangan salah, Zak. Dibalik sikapnya seperti itu, sebenarnya seorang wanita itu sifatnya penyayang dan bisa mengerti kekurangan kita sebagai seorang laki-laki."

'Ya. Dan itu salah satu alasan Mbak Syifa tetap mau bertahan dengan bang Fahri walaupun sering disakiti oleh bu Rita.' Batin Zaki ikut prihatin dengan apa yang dialami wanita yang tak menyadari sudah mencuri hatinya itu.

Tiba-tiba salah satu saudara Syifa datang menghampiri, ia menyampaikan bahwa menu makan sudah siap di atas meja.

"Mas Fahri, Bang Zaki, yuk makan dulu! Habis perjalanan jauh pasti kalian sudah lapar kan?"

"Menu makannya kamu yang masak, Sayang?" tanya Fahri.

"Heum, dengan dibantuin ibu dan adik tadi."

"Oya, dimana bapak Mbak Syifa? kok nggak kelihatan?"

"Bapakku sudah meninggal saat aku masih kerja dulu sebelum menikah dengan mas Fahri, Bang."

"Oh maaf, Mbak. Saya nggak tahu."

"Nggak apa-apa, Bang. Btw Yuk segera ke ruang makan sekarang! sepertinya kita sudah ditunggu."

"Ya."

Mereka semua pun kini berkumpul di satu meja yang sudah tersaji beberapa menu sayur dan lauk pauk yang menggugah selera.

"Monggo semuanya di icipin, maaf cuma menu rumahan yang sederhana," tawarkan Maryam sambil terus menyajikan menu-menu pelengkap lainnya seperti kerupuk dan berbagai macam gorengan.

Melihat di antara menu-menu itu terselip kol goreng dan sambal membuat rasa lapar Zaki meronta-ronta.

Semua orang sudah mengambil menu-menu yang mereka suka termasuk Zaki juga langsung antusias mengambil ikan goreng, kol goreng dan juga sambal daun jeruk.

"Mari sebelum makan, kita semua berdoa dulu ya, berdoa dimulai," Ujar Harun sang pemimpin doa.

Doa selesai, lanjut dengan lahapnya mereka semua menikmati hidangan itu tanpa bersuara.

'Ini sambal apaan sih? kok rasanya enak banget belum pernah aku makan sambal seperti ini?' batin Zaki penasaran dan ingin mengisi piringnya lagi "Mbak Syifa, maaf. Bolehkah saya nambah nasi dan sambalnya lagi?" pintanya memberanikan diri.

"Tentu, Bang Zaki. Dihabisin juga nggak apa-apa, nanti aku masakin lagi, " jawab dengan ramah dan senyuman.

"Alhamdulillah, terima kasih, Mbak. Btw ini sambal apa, Mbak? Jujur saya belum pernah makan sambal ginian?"

"Ini sambal resep bikinanku sendiri, Bang. Namanya sambal daun jeruk. Bang Zaki suka?"

"Masya Allah, suka banget, Mbak. Kalau boleh tolong di share dong resepnya ini?"

"Boleh, nanti aku kasih catatan tutornya,"

"Terima kasih, Mbak."

"Masa kamu belum pernah makan sambal ginian, Nak Zaki?" tanya Rita agak sinis.

"Jujur belum, Bu. Kak Inem dan almarhumah ibuku dulu nggak pernah masak sambal ginian,"

"Cuma sambal gini tuh, Fani juga sering masak, Nak Zaki. Malahan lebih enak daripada ini." Ucap Rita dusta mulai kambuh dengan sikap buruknya.

Syifa hanya bisa terdiam, walaupun agak tersinggung dengan ucapan ibu mertuanya barusan, tapi ia berusaha tetap terlihat baik-baik saja.

"Masa sih, Bu? Kok aku nggak pernah lihat Fani masak ya?" jawab Fahri sama sekali tak percaya.

"Ya karena kamu jarang di rumah, Fahri. Jadi ya nggak pernah lihat adikmu masak,"

Fahri tak ingin menjawab, ia hanya melihat ke arah ibunya dengan tatapan kode supaya menjaga sikap baik yang sudah disepakatinya.

Zaki yang sadar persis bahwa ucapan Rita adalah hoax maka ia pun tak ingin menanggapinya sama sekali.

"Nak Zaki, kalau boleh bapak berpesan, nanti kalau kamu mencari istri jangan hanya melihat kecantikannya, tapi kalau bisa juga yang pandai memasak, karena seorang laki-laki itu nggak akan pernah bisa dikenyangkan dengan paras wajahnya saja!" Tutur Harun menasehati Zaki seolah adalah putranya sendiri.

"Iya, Pak Harun. Insyaa Allah nanti saya akan kritis dalam memilih pasangan hidup demi masa depan yang sakinah dan membahagiakan."

"Ya. Walaupun hanya wanita sederhana tapi kalau dia Sholehah dan cerdas insyaa Allah rumah tanggamu akan selamat sampe ke surga-Nya nanti,"

'Andai saja mbak Syifa punya kembaran pasti sudah langsung ku nikahi kembarannya itu, sayangnya punya adik satu saja laki-laki juga, hmm ...' pikir Zaki berhayal yang berlebihan.

"Nak Zaki? kok kamu diam saja? Apa nasehat bapak tadi tidak berkenan dihatimu?"

"Oh nggak kok, Pak. Justru sekarang saya melamun karena memikirkan itu, gimana caranya mendapatkan wanita yang disarankan Pak Harun tadi,"

"Jangan hanya dipikirkan saja, tapi juga banyakin doa supaya saat nanti kamu mengucap Qobiltu nikah'aha pada seorang gadis itu yang tepat yang bisa menemanimu seumur hidup kelak!"

"Aamiin, terima kasih, Pak Harun."

"Sama-sama."

~~

Waktu sejenak di rumah keluarga Syifa pun harus berakhir dan kini saatnya mereka bersiap untuk pulang ke kampung halaman dengan melakukan perjalanan jauh lagi, dan Syifa juga sudah siap ingin ikut bersama suaminya, ia duduk dibelakang bersama Rita dan Harun, sedangkan Fahri tetap duduk di depan untuk menemani Zaki sebagai sang sopir.

Sepanjang perjalanan Zaki terus fokus dengan kemudinya tapi entah apa yang terjadi tiba-tiba ...

Bersambung ...

1
Tình nhạt phai
Sudah nunggu dari kemarin-kemarin, ayo dong thor.
FAMALIN: Okay Kak .. Siap
inj baru nulis untuk bab 3
🙏🥰
FAMALIN: Okay Kak .. Siap
inj baru nulis untuk bab 3
🙏🥰
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!