NovelToon NovelToon
Pernikahan Darah Sang Raja Mafia

Pernikahan Darah Sang Raja Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Nikah Kontrak / Pelakor jahat
Popularitas:433
Nilai: 5
Nama Author:

Islana Anurandha mendapati dirinya terbangun di sebuah mansion besar dan cincin di jemarinya.

​Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan untuk keluar dari rumah istana terkutuk ini. “Apa yang sebenarnya kamu mau dari aku?”

​“Sederhana. Pernikahan.”

​Matanya berbinar bahagia saat mengatakannya. Seolah-olah dia sudah lama mengenalku. Seakan-akan dia menunggu ini sejak lama.

​“Kalau aku menolak?” Aku bertanya dengan jantung berdebar kencang.

​Mata Kai tidak berkedip sama sekali. Dia mencari-cari jawaban dari mataku. “Orang-orang terdekatmu akan mendapat hukuman jika kamu menolak pernikahan ini.”

Islana berada di persimpangan jalan, apakah dia akan melakukan pernikahan dgn iblis yg menculiknya demi hidup keluarganya atau dia melindungi harga dirinya dgn lari dari cengkraman pria bernama Kai Itu?

CHAPTER 22

Chapter 22

Masa Kini

POV – Kairav Arumbay

“Kamu mau bilang sesuatu?” Aku bermain-main dengan pistol milikku. Pistol yang sudah menjadi temanku sejak masih remaja.

​Omar yang ada di sebelahku menjadi kaku mendengar pertanyaanku. Matanya hanya menatap keluar. “Apa maksud pertanyaan kamu?”

​“Jangan pikir aku bodoh, Omar.” Aku menegurnya.

​Omar meneluarkan napas panjang. “Apa Hamdan yang kasih tau?”

​Hamdan jelas-jelas berada di atas Omar sekarang. Jelas sekarang dia sudah tidak pantas jadi tangan kananku lagi. Aku mencengkeram handle pintu. Membayangkan adegan itu di kepalaku rasanya ingin membunuh Omar meskipun dia sudah seperti saudaraku sendiri.

​“Aku ingin denger dari kamu langsung. Semoga kamu bisa jujur kali ini.”

​“Emang selama ini aku selalu bohong?” Suara Omar menuduh dengan tegas.

​“Setelah hari ini, aku akan mempertanyakan semua hal yang kamu lakuin. Aku sedang menahan diri, Omar. Jadi aku beri kesempatan untuk menjelaskan apa yang terjadi di rumah itu. Saat cuman kalian berdua.”

​Semua orang di dalam mobil tidak mengeluarkan suara. Mereka takut dengan apa yang akan dikatakan oleh Omar. Hamdan seperti biasa, melihat ke depan jalan. Matanya lurus dan tidak berani menatap kami di belakang dari spion mobil.

​“Aku mencium dia.”

​Tanganku mendarat persis di kepalanya. Menarik kepalanya dan menekan lehernya. Omar mengerang. Wajahnya memerah meminta asupan udara. Aku tidak akan membiarkannya.

​Aku menarik rambutnya hingga dia kesakitan. “Kamu tau itu namanya pengkhianatan?!”

​Omar sudah kesakitan. Aku menutup mulutnya sehingga dia tidak dapat napas sama sekali. “Kamu mau mati lebih cepet?”

​“Boss,” Hamdan mencegahku melakukan hal lebih jauh lagi.

​Aku melepaskan tanganku. Melihat dengan seksama bagaimana Omar berusaha menarik napas sekuat tenaga. Matanya memerah dan dia tidak mengatakan apapun. Dia mengecek lehernya yang sekarang lebam dengan tangannya.

​Tidak ada gunanya.

​“Apa kita sudah masuk kilometer tujuh belas?” Aku mengalihkan pandangan ke luar jendela. Semua hutan belantara. Pikiranku kembali ke Islana. Dia pasti merasa ketakutan.

​“Sebentar lagi.” Hamdan berkata yakin.

​Tunggu saja Oza, hidupmu sudah tamat.

***

Masa Kini

POV – Islana

Oza menyodorkan sapu tangannya. Aku menepisnya dan mengambil tisu bersih di atas meja.

​“Jangan kaget. Kamu aja nggak menolak nikah sama Kairav.” Oza lagi-lagi menyindir.

​Aku menegakkan postur tubuhku. “Kamu tau apa soal pernikahan kami?”

​Oza menangkup kedua tangannya. “Fakta soal dia menculik kamu, memaksa kamu menikah, dan memaksa melakukan kegiatan suami-istri. Sebenarnya kita bisa laporin dia ke polisi.”

​Jariku bermain dengan bibir gelas di depanku. “Kamu lupa dia Raja Mafia?”

​“Dia hanya Raja di Arumbay. Bukan Barabay.”

​Apa kami akan segera menuju kota itu? “Kamu mau bawa aku ke sana?”

​“Siapa yang tahan di Arumbay?” Kebencian Oza pada kota kami begitu terasa. Seakan menghirup udara di sana saja seperti dosa di hidupnya.

​Pelayan membawa steak dan anehnya Oza membantu memotong dagingnya dalam potongan kecil.

​“Aku bukan anak kecil, aku bisa sendiri.” Aku menarik piringku.

​Oza menariknya lagi. Dia menggoyangkan pisaunya. “Kamu bisa memakai pisau kamu untuk menikam aku kapan aja. Aku nggak akan biarin kamu ambil kesempatan sekecil apapun.”

​Aku memutar bola mataku. Dia sangat mengjengkelkan. “Kamu nggak sadar lengan kamu sebesar paha?”

​“Sadar.” Oza masih fokus memotong dengan ukuran potongan yang begitu cermat. Semua irisannya begitu sempurna. Apa dia punya kerja sampingan jadi tukang jagal?

​Hatiku berusaha tenang. “Kalau begitu nggak usah panik kalau aku pakai pisau. Lagian sudah dua kali pasukan minions kamu menyerang kami. Jangan lupa kalau waktu di toilet…”

​Oza tersadar dengan wajah komikalnya. “Ah, iya, anak buahku memang keterlaluan waktu itu. Kamu lagi mandi kan? Pake bunga dua belas rupa?”

​Aku ingin menumpahkan air lemon di depan wajah tidak bersalahnya Oza Barabay. “Cuman bunga mawar yang aku pake, Boss Besar.”

​“Ups, sori, dan sori juga karena dia gak sopan. Ckck, sudah dibilang dia harus sopan dengan gadis cilik.” Oza berucap dengan nada santai.

​“Kenapa kamu selalu menyebut gadis cilik?” Aku berang seketika.

​“Karena kamu memang gadis cilik pas kita ketemu pertama kali.” Dia menjelaskan dengan mulut penuh.

​Sementara aku masih belum berniat makan daging enak yang dipotong olehnya. “Aku menyesal sudah selametin kamu hari itu.”

​Kata itu keluar begitu saja.

​Ternyata orang yang ada di depanku ini justru membawa petaka ke hidupku. Sayangnya aku bukan cenayang yang bakal tahu pria di depanku ini akan menjadi beban untuk semua orang.

​Pisau dan garpu milik Oza berdenting di atas piringnya. Wajahnya berubah seratus delapan puluh derajat. Dia benar-benar tidak menyangka kalimat itu keluar dari mulutku.

​Ya, mulutku memang suka membawa masalah untuk diriku sendiri.

​“Sepertinya kamu nggak sadar, aku sedang memperlakukan kamu dengan baik. Apa perlu kita langsung ke topik utama?” Matanya memberikan ancaman jelas.

​Aku mengigit bibirku dengan khawatir.

​“Apa?”

​“Aku sedang menyiapkan hadiah besar untuk Islana Anurandha.” Oza bersandar seperti Raja di Hutan Rimba.

​“Hadiah?” Apa ini akhir hidupku?

​Aku mengambil garpu dengan tangan kananku. Oza menyadari itu. Dia kembali menyeringai dengan tatapan dan senyuman mautnya. Jauh berbeda dengan pria yang pernah aku selamatkan waktu itu.

​Oza menekan sesuatu di handphonenya dan menyodorkannya padaku. “Ada yang mau ngomong sama kamu, gadis cilik.”

​Aku melihat layar yang menampilkan nomor yang tidak terdaftar itu. Dengan penuh ketakutan di sekujur tubuhku, aku akhirnya mengambilnya dan menaruhnya di telingaku.

​Apa ini Kai?

​“Ha…halo?”

​Suara seorang wanita. Wanita paruh baya. Nada suaranya ketakutan. Aku mulai berpikir keras. Karena aku sepertinya mengenali suara ini.

​“Isla?”

​Ini suara….

​“Ini Ibu. Ibu kamu, putriku.”

​Oza menutup mulutku yang hampir saja berteriak.

1
danisya inlvr
Gemes banget 😍
Irisa_Sherenada: Gemes* Sama Kai ya? 😊
Irisa_Sherenada: Genes Sama Kai ya Kak? 😘
total 2 replies
Inari
Baru baca beberapa chapter aja udah pengen rekomendasiin ke temen-temen semua!
Irisa_Sherenada: Makasih kakak. Stay tuned yah 😉
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!