Presdir Cantik Jatuh Cinta

Nicholas tersenyum, ia beranjak dari tempat duduknya. "Semalam kalian bahkan sudah bertemu, berhentilah mengeluh mom. Ia hanya tak ingin terlambat berangkat ke perusahaan. Siang ini ia harus berangkat ke Jepang menemui pak Hiroki. Aku berangkat sekarang." ucapnya seraya mencium kening Falera. "Dan kau nona cantik, ingatkan Roxy untuk terus mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Daddy tunggu di perusahaan."

"Oke siap bos." jawab Zaline.

Nicholas pun meninggalkan mereka. Falera segera mengikuti suaminya sampai keluar rumah. Sedangkan Zaline segera menyelesaikan sarapannya lalu menghampiri Roxy di ruang santai.

"Bagaimana penampilanku hari ini Xy?" tanya Zaline.

Roxy menutup majalah yang sedang ia baca lalu menatap Zaline dari atas sampai bawah.

"Tak bisakah kau berdandan biasa saja, ini terlalu cantik Lin." jawab Roxy.

Zaline terkekeh. "Penampilan pertamaku saat masuk ke perusahaan harus tidak biasa Xy. Apa kau ingin aku memakai daster saja?"

"Ck... itu lebih gila."

"Tapi kenapa kau juga terlihat sangat tampan hari ini? Apa kau berniat menggoda karyawan wanita di perusahaan Cruise?" goda Zaline.

"Apa aku harus pakai kaos oblong dan celana pendek untuk mendampingi Presdir cantik sepertimu?" ejek Roxy balik.

Zaline kembali tertawa seraya duduk di samping Roxy. "Apa kau tahu, aku sangat gugup saat ini?"

Roxy mengambil tangan Zaline lalu menggenggam tangan dingin itu. "Aku bisa melihat kegugupanmu Lin. Dan tanganmu sekarang sedingin es. Apa yang kau takutkan? Ada aku."

"Aku hanya takut akan mengecewakan keluarga Cruise."

"Tidak akan. Kau selalu menjadi kebanggaan kami semua."

Zaline menarik tangannya. "Xy... ini pekerjaan pertamaku. Ditambah lagi ada keluarga besar Cruise yang akan menjadi tanggung jawabku setelah masuk ke perusahaan. Apakah aku pantas menggantikan daddy?"

"Kau mulai lagi Lin. Pantas atau tidaknya kita akan lihat dari kinerjamu nanti. Kita berangkat sekarang saja, aku akan mengendarai mobilnya perlahan agar kau bisa tenang sambil menikmati kota D di pagi hari."

"Setuju." jawab Zaline seraya beranjak dari tempat duduknya.

Roxy ikut beranjak, keduanya mulai melangkahkan kaki mereka menuju pintu keluar tepat saat Falera masuk ke dalam.

"Loh... bukankah setengah jam setelah daddy pergi?" tanya Falera.

"Semakin menunggu disini, semakin terasa gugup mom." jawab Zaline.

Falera terkekeh. "Kau pasti bisa mengatasi kegugupanmu sayang. Roxy... tante serahkan Zaline padamu. Ingat untuk terus menjaganya."

"Tante tenang saja, selama ada aku, Lin pasti akan aman." jawab Roxy.

"Pelan pelan saja mengendarai mobilnya. Keselamatan kalian lebih penting dari apapun."

"Siap mom..." "Siap tante..." jawab keduanya bersamaan seraya berpamitan.

Falera pun hanya bisa melihat keduanya dengan bangga pergi dari rumah besar Cruise menuju perusahaan. Tidak ada rasa khawatir sama sekali tentang pekerjaan bagi Falera, karena ia yakin putri cantiknya akan mampu mengatasi semuanya dan mengambil alih perusahaan.

*****

Roxy benar benar mengendarai mobilnya dengan santai. Bahkan celotehan pria itu di sepanjang perjalanan mampu membuat Zaline lebih tenang sampai akhirnya keduanya sampai di sebuah gedung tinggi bertuliskan "PT. Cruise Kontruksi".

Zaline menatap gedung bertingkat tersebut yang pernah ia masuki saat menghentikan keserakahan Gilbran saat masih kecil dulu. Wajahnya terlihat mulai tegang kembali.

"Kau baik baik saja Lin?" tanya Roxy.

Zaline menganggukkan kepalanya. "Tidak ada yang berubah."

"Saat itu kau menjadi pahlawan. Sekarang berbeda nona."

Zaline menyeringai. "Mengapa daddy dan bang Zi tidak merenovasi gedung tua ini?"

"Mempertahankan bentuk asli dari pembangunan yang kakek lakukan dulu. Tapi dalamnya sudah banyak berubah Lin."

"Apa kau sering kemari Xy?"

Roxy menganggukkan kepalanya. "Bang Zi sering memintaku kemari saat membutuhkan sesuatu. Sampai kapan kita terus didalam mobil?"

Zaline terkekeh. "Tidak ada yang menunggu kita di depan pintu kan?"

"Aku rasa sesuai permintaanmu. Ayolah... jangan terlalu terlambat juga di hari pertama kita datang kemari." ajak Roxy.

Zaline menganggukkan kepalanya lalu menghela nafas panjang, ia pun keluar dari mobilnya. Seorang sekuriti ternyata mengenalinya, pria itu terbelalak dan langsung menyambut kedatangan Zaline dan Roxy membuat Zaline juga terkejut.

"Nona Zaline Haena Cruise kan?" sapa sekuriti itu.

"Ssstttt... pura pura tak mengenal saja pak." jawab Zaline membuat Roxy tertawa.

Roxy menganggukkan kepalanya pada sekuriti itu membuat pria itu akhirnya mengerti lalu diam.

"Cepatlah Xy." pinta Zaline.

"Ck... kau seperti takut ketahuan polisi saat mencuri sesuatu Lin." ejek Roxy.

"Diamlah..." gerutu Zaline.

Roxy pun segera mengikuti langkah Zaline lalu memasuki perusahaan. Semua karyawan tak ada yang menyadari kedatangannya membuat Zaline bernafas lega. Namun saat keduanya menuju pintu lift, disanalah lift pribadi terbuka lebar dan beberapa orang keluar bersama Nicholas dan Zionel. Mereka langsung tersenyum lebar dan menyambut kedatangan Zaline dan Roxy.

"Ya Tuhan..." ucap Zaline pelan karena tak menyangka masih mendapat sambutan juga.

"Selamat datang nona Zaline Haena Cruise." sambut Nicholas.

"Selamat datang nona Zaline." sahut Zionel.

"Selamat datang nona muda Cruise." sahut yang lain.

Dengan terpaksa Zaline tersenyum lebar. Dan langsung diperkenalkan pada beberapa staf inti perusahaan termasuk Alex yang sudah lama tidak ia temui. Mereka pun mulai mengajak Zaline masuk ke dalam lift membuat suasana menjadi canggung.

"Xy... apa yang harus aku katakan?" bisik Zaline pada Roxy.

"Tenanglah Lin, kau bersama keluargamu sendiri." jawab Roxy pelan.

"Aku merasa sulit bernafas Xy."

Roxy pun menahan tawanya. Namun beberapa saat kemudian, salah satu staf mulai berbicara pada Zaline saat pintu lift terbuka sambil menunjukkan beberapa tempat pada Zaline dan Roxy. Secara alami Zaline pun menjawab mereka tanpa rasa gugup sama sekali.

Zaline sangat mudah beradaptasi dengan perusahaan hingga akhirnya ia sampai juga di ruangannya. Ruangan sementara sebelum akhirnya menempati ruangan Presdir. Zaline menghempaskan tubuhnya ke sofa lalu menghela nafas panjang saat staf sudah mulai meninggalkannya bersama ayah dan abangnya.

"Apa itu tadi dad? Aku nyaris jantungan." ujar Zaline.

"Jangan mengeluh sayang. Tak mungkin kau masuk perusahaan tanpa sambutan sama sekali. Kau bukan memasuki tempat hiburan." jawab Nicholas seraya terkekeh.

"Tapi kau cepat beradaptasi dengan mereka Zaline. Mudah kan pekerjaan yang akan kau lakukan?" tanya Zionel.

"Entahlah bang, aku belum mulai. Dimana Xy?"

Nicholas dan Zionel tertawa bersamaan.

"Kau bahkan tak menyadari asistenmu menghilang Zaline." ejek Zionel.

"Ya Tuhan, aku benar benar melupakannya." jawab Zaline membuat mereka kembali tertawa.

"Ia akan segera kembali. Ia mulai bertindak sebagai asistenmu, ia sedang mengambil beberapa berkas yang akan kau pelajari. Daddy juga akan kembali ke ruangan. Zio... jam berapa pesawatmu berangkat?" tanya Nicholas.

Zionel melihat jam tangannya. "Tiga jam lagi dad, tapi aku harus berangkat sekarang karena jam segini pasti jalanan macet parah. Zaline, selamat bekerja dan abang titip Vani dan Jeje selama dua hari abang berada di Jepang."

"Abang berangkat sekarang juga?" tanya Zaline.

"Lebih cepat lebih baik. Jika proyek ini kita dapatkan, ini adalah proyek pertama yang akan kau tangani nanti. Tapi jika kita tidak mendapatkannya, maka ada proyek proyek lain untukmu." jawab Zionel.

"Baiklah, hati hati bang."

"Jika kau dan Roxy menemukan kesulitan, kau bisa bertanya pada staf yang tadi."

"Kau juga bisa bertanya pada daddy." sahut Nicholas.

"Aku berharap bisa mengatasinya tanpa mengganggu kalian." jawab Zaline.

"Itu lebih baik nak. Kami tinggal sekarang." ujar Nicholas.

Nicholas dan Zionel pun meninggalkan ruangan Zaline untuk melakukan pekerjaan mereka masing masing.

*****

Happy Reading All...