"Setelah bertahun-tahun diabaikan dan diperlakukan tidak adil oleh keluarganya sendiri, senja Aurelie Wijaya anak kandung yang terlupakan memutuskan untuk bangkit dan mengambil alih kendali atas hidupnya. Dengan tekad dan semangat yang membara, dia mulai membangun dirinya sendiri dan membuktikan nilai dirinya.
Namun, perjalanan menuju kebangkitan tidaklah mudah. Dia harus menghadapi tantangan dan rintangan yang berat, termasuk perlawanan dari keluarganya sendiri. Apakah dia mampu mengatasi semua itu dan mencapai tujuannya?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ariyanteekk09, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 26
Mentari sore menyisakan semburat jingga di langit saat Caca, dengan seragam putih abu-abunya yang masih rapi, melangkah masuk ke apartemen mewah Liam. Aroma parfum mahal dan aroma kopi robusta yang kuat memenuhi ruangan. Liam, pria paruh baya dengan kekayaan yang melimpah, tersenyum licik. Caca, masih remaja, duduk di pangkuan Liam, mata penuh ambisi.
"Om, aku mau minta Om bantu aku bikin seseorang menderita. Kalau perlu, buat dia meninggal," ucap Caca, suaranya datar tanpa sedikit pun penyesalan.
Liam terkekeh, tangannya meraba tubuh Caca dengan lancang. "Aduh, cantiknya Om. Baru juga datang, sudah bete saja. Apapun maumu, pasti Om lakukan, asal kamu tetap di samping Om." Ciuman panas mendarat di bibir Caca, menutup sisa kata-kata yang mungkin akan keluar dari bibir mungilnya.
Caca membalas ciuman itu dengan antusias, seolah-olah itu adalah sebuah ritual yang biasa dilakukan. Dia sudah terbiasa dengan sentuhan Liam, dengan kekayaan yang diberikan, dan dengan rasa aman yang palsu.
"Dia seumuran denganku, Om. Tapi dia sainganku dalam segala hal. Namanya Senja," Caca bercerita, suaranya penuh kebencian. Dia menceritakan betapa Senja selalu lebih unggul darinya, baik dalam prestasi akademis maupun popularitas di sekolah.
Liam mendengarkan dengan seksama. Nama Senja membangkitkan sesuatu dalam benaknya. "Senja… jangan-jangan putri Rudy, pengusaha properti kaya raya itu? Aku harus cari tahu siapa gadis itu sebelum bertindak. Kalau memang benar anak Rudy, bisa gawat," gumam Liam dalam hati.
"Gimana, Om? Mau nggak?" tanya Caca lagi, suaranya mendesak.
Liam tersenyum sinis. "Tentu dong, sayang. Nanti Om hubungi anak buah Om."
Liam, dengan senyum licik yang kembali mengembang, menyatakan bahwa "layanan terbaik" yang dia minta dari Caca sebagai imbalan atas bantuannya adalah komitmen penuh Caca untuk membantunya dalam rencana jahat tersebut. Bukan sekadar kepatuhan pasif, melainkan partisipasi aktif.
Liam menjelaskan detail rencana tersebut. Dia telah merekrut beberapa orang untuk menjalankan rencananya, tetapi membutuhkan seseorang yang dekat dengan Senja untuk memberikan informasi dan memastikan rencana berjalan lancar. Dan di situlah peran Caca sangat penting.
Caca, yang masih dipenuhi oleh rasa dendam dan keinginan untuk menghancurkan Senja, menerima tawaran tersebut. Dia berjanji akan memberikan informasi sebanyak mungkin tentang Senja, dan bahkan bersedia untuk terlibat langsung dalam rencana tersebut, meskipun dia tidak secara langsung melakukan tindakan kekerasan.
Caca mulai mendekati Senja dengan pura-pura berdamai. Dia sering mengajak Senja jalan-jalan, bercerita, dan berbagi rahasia. Dia memanfaatkan kesempatan itu untuk mengumpulkan informasi tentang kebiasaan Senja, rute yang biasa dilalui, dan orang-orang yang dekat dengan Senja. Informasi tersebut kemudian dia berikan kepada Liam.
Liam dan anak buahnya mulai menjalankan rencana mereka. Mereka dengan hati-hati melakukan serangkaian tindakan yang dirancang untuk membuat hidup Senja menderita. Namun, seiring berjalannya waktu, Caca mulai ragu. Dia melihat betapa Senja adalah seorang gadis yang baik hati dan polos. Dia mulai merasa bersalah atas perannya dalam rencana jahat tersebut.
Perlahan-lahan, rasa bersalah Caca semakin besar. Dia mulai menyadari bahwa dendam dan kebenciannya telah membutakannya. Dia melihat bahwa menghancurkan hidup Senja tidak akan membuatnya bahagia, malah akan membuatnya semakin menderita.
Pada akhirnya, Caca memutuskan untuk membocorkan rencana Liam kepada Senja. Dia memperingatkan Senja tentang bahaya yang mengancamnya, dan membantu Senja untuk menghindar dari ancaman tersebut. Liam dan anak buahnya gagal menjalankan rencana mereka, dan Caca harus menghadapi konsekuensi atas perbuatannya. Namun, dia merasa lega karena telah melakukan hal yang benar. Dia menyadari bahwa kebahagiaan sejati tidak dapat dicapai melalui kebencian dan dendam, melainkan melalui kebaikan dan pengampunan.
********
Dirga, Radit, dan Galih asyik berbincang di kafe milik Dirga, tempat nongkrong favorit anak muda. Suasana santai dan akrab menyelimuti mereka. Dirga, dengan sedikit gugup, memulai pembicaraan, “Bro, gue mau minta izin untuk mendekati Senja, adik kalian.”
Galih langsung menyela, wajahnya menunjukkan keraguan, “Tidak boleh, Dirga! Lo kan terkenal nakal, nanti adik gue lo mainkan lagi.” Kekhawatiran Galih beralasan, Dirga memang punya reputasi sebagai playboy di kalangan mereka.
Dirga berusaha meyakinkan mereka, “Apa lo pernah lihat gue pacaran dan nyakitin cewek? Meskipun terkenal nakal, gue serius kali ini. Asal kalian tahu, dari awal gue lihat Senja, gue udah suka.” Nada suaranya serius, tak seperti biasanya. Kejujurannya tampak dalam sorot matanya.
Memang, selama ini Dirga lebih dikenal karena kegemarannya menggeber motor bersama gengnya daripada menjalin hubungan serius dengan perempuan. Waktu dan energinya habis untuk dunia balap dan persahabatan. Namun, kali ini berbeda. Senja telah mengubah segalanya.
Galih tampak berpikir sejenak, menimbang-nimbang perkataan Dirga. Akhirnya, ia mengangguk, “Benar juga sih… Tapi lo jangan sakiti adik kesayangan kami ya. Cintai dia dengan tulus.”
Radit, yang selama ini hanya mendengarkan, mengangguk setuju. Galih sudah mewakili perasaannya. Dirga merasa lega dan bahagia. Lampu hijau dari kedua kakak Senja telah ia dapatkan. Ini awal yang baru, bukan hanya untuk hubungannya dengan Senja, tetapi juga untuk dirinya sendiri. Mungkin, ini saatnya Dirga meninggalkan masa lalunya dan memulai babak baru dalam hidupnya.
Dirga pulang ke rumah dengan senyum mengembang. Langkah kakinya terasa lebih ringan dari biasanya. Ia bahkan bersenandung kecil, sesuatu yang sangat jarang ia lakukan. Ayah dan Ibunya yang sedang duduk di ruang tamu, saling bertukar pandang heran. Dirga biasanya pulang larut malam, wajahnya lelah dan sedikit murung. Tapi kali ini, anak mereka tampak berbeda. Ia memancarkan aura bahagia yang tak terkira.
"Dirga? Ada apa ini? Kamu kok tumben pulang jam 8 malam, dan senyum-senyum sendiri?" tanya Ibunya, suaranya penuh rasa ingin tahu.
Dirga tertawa kecil, suaranya bergetar karena bahagia. "ma, Pa… aku… aku lagi jatuh cinta!" Ia mengungkapkan perasaannya dengan jujur dan tanpa ragu-ragu.
Ayahnya mengangkat alis, "Jatuh cinta? Serius? Bukannya kamu selalu bilang nggak tertarik sama cewek?"
"Iya Pa, dulu memang begitu. Tapi sekarang… semuanya berbeda. Aku ketemu cewek yang luar biasa, yang bikin aku berubah. Dia… dia membuatku ingin menjadi lebih baik." Dirga menceritakan tentang Senja, tentang kebaikan hati Senja, dan tentang bagaimana Senja telah mengubah hidupnya.
Ibunya tersenyum, mata indahnya berkaca-kaca. "Syukurlah, Nak. mama selalu berdoa agar kamu menemukan kebahagiaanmu. Siapa nama gadis itu?"
"Senja, ma . Nama dia Senja." Dirga menjawab dengan penuh cinta dan kebanggaan. Ayahnya menepuk pundak Dirga, "Semoga hubungan kalian langgeng, Nak. Jangan sampai kamu menyakiti hatinya."
Dirga mengangguk mantap, "Aku janji, Pa. Aku akan menjaganya dengan sepenuh hati." Suasana hangat dan penuh kebahagiaan menyelimuti keluarga kecil itu. Malam itu, Dirga merasa lebih dekat dengan orang tuanya daripada sebelumnya. Ia menyadari bahwa cinta, bukan hanya mengubah dirinya, tetapi juga mempererat ikatan keluarganya.
!!!!
gak tau diri bgt sihhh loe cha